"Maaf, Pak. Dia tadi menarik lengan saya, saya pikir siapa, ternyata ... buka dong topi sama maskernya, Sayang. Kamu ih, bercandanya bikin jantungku mau jatuh rasanya!" Fenita mencubit lengan Fahri.
Fahri membuka topi, dan maskernya.
"Dia calon suami saya, Pak."
"Walah, Dek. Masa sama calon suami sendiri tidak kenal."
"Maaf, Pak. Saya sedang tidak fokus, Nenek saya sedang sakit. Maaf ya Pak. Maaf semuanya ...."Fenit menangkupkan kedua telapak tangan di dada. Lalu ia tarik lengan Fahri agar menjauh dari sana.
Samar mereka masih mendengar, kalau ada yang mengenali mereka.
Fenita menarik Fahri ke taman di sudut rumah sakit.
"Lo duluan yang bicara, apa gue duluan?"
"Lady first," sahut Fahri.
"Lo harus bantu gue sekali lagi."
"Bantu apa?"
"Nenek aku pingsan gara-gara melihat kita di infotainment. Nenek aku ingin bertemu kamu.. Aku belum bisa cerita sekarang yang sebenarnya sama Nenek tentang kita. kamu harus bantu aku, pura-pura jadi calon suami aku, Om!"