Ramel menatap langit malam dengan mata sayu tak bercahaya, raganya seakan akan terbang membawa berjuta pikiran.
apa yang harus ia lakukan setelah ini? haruskah ia bahagia karena kehamilan Reista? ataukah berdiam saja tanpa mengucapkan rasa syukur?.
hati kecilnya tersenyum saat wajah cantik Reista tergambar jelas mengetahui dirinya hamil, namun pikiran menolak untuk menerima berkat dari Tuhan.
apakah hatinya sudah benar benar membeku? ataukah hatinya tak ingin mencair sedikitpun atas apa yang ia lihat?.
Ayah Reista sudah menitipkan anak perempuannya padaku, mencoba menjadi ayam mertua yang mengerti dan tidak ikut campur urusan anak anaknya.
Namun keegoisan dari diri Ramel yang membuat semua ini jadi sulit, salah satunya rasa cinta yang tak pernah hilang untuk andine.
secangkir kopi hangat tak membuat hatinya menghangat, hanya dingin angin malam yang membuat persendiannya lama lama membeku.