App herunterladen
52.38% wiro sableng 212 " rahasia lukisan telanjang " / Chapter 11: RAHASIA LUKISAN TELANJANG

Kapitel 11: RAHASIA LUKISAN TELANJANG

"Setagen sialan," gerendeng Pendekar 212. Baik dia

maupun Dewa Tuak kini segera merubah sikap. Kalau tadi

mereka cuma main-main dan mengejek lawan mereka,

maka setelah terdesak hebat dan terkurung setagen yang

berbahaya itu, mereka mulai lancarkan serangan-serangan

balasan sehingga pertempuran berjalan semakin hebat!

Dalam tempo yang singkat lima jurus telah lewat.

Nenek Rambut Hitam penasaran sekali melihat kedua

anak buahnya tiada sanggup meringkus lawan masing-

masing, padahal tiga jurus yang ditentukannya telah

berlalu!

"Kalian berdua mundurlah!" bentaknya marah.

Nenek Rambut Biru segera melompat mundur. Namun

karena agak gugup ketakutan oleh bentakan pemimpinnya,

dia menjadi sedikit lengah dan akibatnya ujung selendang–

nya berhasil ditarik oleh Dewa Tuak sehingga robek! Dewa

Tuak tertawa gelak-gelak! Di lain pihak Nenek Rambut

Putih begitu melompat begitu dirasakannya sekujur

tubuhnya tak sanggup digerakkan. Ketika ditelitinya

ternyata lawannya telah melibat sekujur badannya dengan

setagennya sendiri! Pucatlah paras nenek tua ini. Dia

maklum bahwa pemuda itu berilmu tinggi sekali dan kalau

bermaksud jahat pastilah sudah sejak tadi dia kena celaka!

Nenek Rambut Hitam maju ke hadapan kedua orang

itu. "Bagus!" katanya. "Rupanya kalian memiliki ilmu yang

diandalkan! Aku mau lihat! Apakah kalian maju berdua

atau seorang-seorang?!"

Dewa Tuak mendengus.

"Bagusnya berdua sekaligus biar lekas kubereskan!"

Dewa Tuak tertawa lagi dan meneguk tuaknya bebe–

rapa kali.

"Dengar Rambut Hitam," kata Dewa Tuak pula. "Main-

main dengan dua orang anak buahmu itu sudah cukup.

Lain kali saja kau kami hadapi...!"

"Kentut tua bangka! Katakan saja kau tidak punya nyali

menghadapi Nenek Rambut Hitam!"

Dewa Tuak ganda tertawa. Dia berpaling pada Wiro

Sableng dan berkata, "Mari kita pergi!"

Tapi baru saja dia bergerak Nenek Rambut Hitam sudah

melompat ke hadapannya dan kirimkan satu serangan

yang luar biasa dahsyatnya. Kalau saja si orang tua tidak

bersikap waspada pastilah dadanya akan kena jotosan

keras dan mukanya disambar cakaran dahsyat!

Marahlah Dewa Tuak melihat kenekatan si nenek.

"Dasar tua bangka geblek! Masih saja mengikuti amarah

membabi buta!"

"Jangan banyak ribut setan tua! Makan jariku ini!"

Dengan lebih ganas lagi Nenek Rambut Hitam menyerbu

ke muka. Lima jari tangan kanan bergerak ke perut sedang

lima jari tangan kiri mencengkeram ke muka Dewa Tuak.

Angin serangan ini bukan main derasnya. Dewa Tuak

memaklumi bahwa dibandingkan dengan kedua anak

buahnya sekaligus, si nenek yang satu ini jauh lebih

berbahaya! Dewa Tuak melompat ke belakang dan putar

kedua bumbung tuaknya. Maka punahlah kedua serangan

Nenek Rambut Hitam!

Sebelum si nenek menyerang lagi Dewa Tuak berseru,

"Wiro kau layanilah perempuan bongkok jelek ini!"

Terkejutlah Nenek Rambut Hitam dan dua nenek

lainnya sewaktu Dewa Tuak menyebut nama si pemuda.

"Manusia-manusia keparat! Kau berani main-main

terhadapku?!" sentak Nenek Rambut Hitam.

"Siapa yang main-main? Kau tanya aku jawab!" sahut

Dewa Tuak.

"Apakah kau manusianya yang bernama Wiro Sableng?!

Yang bergelar Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212?!"

tanya Nenek Rambut Hitam.

"Ah, perlu apa segala macam nama, segala macam

gelar! Majulah! Kuharap kau yang tua mau memberikan

sedikit pelajaran padaku si bocah hijau!" sahut Wiro pula.

Meski Wiro tidak mengaku terus terang siapa dia

adanya namun Nenek Rambut Hitam yakin bahwa pemuda

itu memang Wiro Sableng si Pendekar Kapak Maut Naga

Geni 212! Sejak berbulan-bulan belakangan ini dia telah

mendengar tentang munculnya seorang pemuda gagah di

dunia persilatan, yang bernama Wiro Sableng berjuluk

Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212. Banyak tokoh silat

golongan hitam yang berilmu tinggi mati konyol di

tangannya. Bahkan terakhir sekali, Dewi Siluman Dari Bukit

Tunggul, kabarnya juga telah menemui kematian di tangan

pendekar muda ini! Mau tak mau si Nenek Rambut Hitam

menjadi gentar juga. Untuk mengelakkan baku bantam

dengan si pemuda tapi tanpa kehilangan muka maka

Nenek Rambut Hitam berpaling pada Dewa Tuak dan

berkata lantang, "Kalau kau tak punya nyali untuk

menghadapiku, sebaiknya segera angkat kaki dari sini!"

Dewa Tuak yang sudah dapat menduga hati perempuan

itu tertawa dan berkata, "Aku yang tak punya nyali atau kau

yang takut hadapi kawanku itu?"

Nenek Rambut Hitam tertawa bergetar.

"Orang muda! Tadinya aku hanya berniat untuk

meringkusmu hidup-hidup! Tapi karena kau begitu berani

menantangku, terpaksa umurmu cuma sampai hari ini

saja!"

Sesudah berkata begitu si nenek menerjang ke muka.

Wiro bergerak cepat. Mengelak dan lancarkan serangan

balasan yang anginnya saja membuat si nenek mengeluh!

Tenaga dalam si pemuda jauh lebih tinggi dari yang

dimilikinya. Dalam tempo dua jurus Nenek Rambut Hitam

tak sanggup lagi lancarkan serangan-serangan bahkan

musti mempertahankan diri dan dalam jurus keempat

terdesak hebat ke pojok pondok!

Tiba-tiba si nenek melengking dahsyat! Tubuhnya

lenyap dan jurus permainan silatnya berubah sama sekali.

Serangannya gencar tiada terduga. Gerakan kaki dan

tangannya mendatangkan angin bersiuran dan tipu-tipunya

berbahaya mematikan! Inilah ilmu silat tangan kosong yang

dinamakan Ilmu Silat Delapan Kaki Delapan Tangan yang

telah dipelajari Nenek Rambut Hitam dari mendiang

gurunya!


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C11
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen