"Buka jalan suara mereka!" perintahnya.
Nenek Rambut Biru lepaskan totokan pada jalan suara
kedua orang itu.
Begitu jalan suaranya terbuka maka salah seorang dari
dua laki-laki itu membentak, "Iblis betina, kau rupanya
yang jadi biang racun! Lekas lepaskan totokanku dan
kawan-kawanku!"
Nenek Rambut Hitam tertawa melengking-lengking.
"Ketua Partai Angin Timur, aku akan bebaskan kalian
berdua jika kau beritahu di mana sarangnya Sepasang
Elmaut Kuning!"
Terkejutlah Wiro Sableng. Kalau laki-laki yang seorang
itu adalah ketua sebuah partai, pastilah ilmunya tinggi
sekali! Dan dari situ dapat pula diukur tingginya ilmu Nenek
Rambut Biru dan Rambut Putih yang telah berhasil
menawan ketua partai itu bersama seorang kawannya.
"Ada apa kau tanyakan sarang kambratku itu?!" balas
menanya Ketua Partai Angin Timur.
"Bedebah! Aku tak suruh kau bertanya setan?!" bentak
Nenek Rambut Hitam.
Plaak!
Tamparan Nenek Rambut Hitam melayang melanda
sang Ketua, membuatnya tergelimpang dan terguling di
lantai pondok. Dua buah giginya mencelat mental sedang
bibirnya pecah! Paras Ketua Partai Angin Timur membesi.
Nyata kemarahan menggelegak dalam dirinya, tapi karena
ditolok maka yang bisa dilakukannya ialah memaki habis-
habisan! Nenek Rambut Putih menjambak rambut Ketua
Partai Angin Timur dan menyentakkannya hingga laki-laki
itu berdiri kembali di hadapan, pemimpinnya!
"Lekas terangkan di mana sarang Sepasang Elmaut
kuning!" hardik Nenek Rambut Hitam.
Ketua Partai Angin Timur mendengus!
"Maksudmu untuk mencari lukisan telanjang itu tak
akan berhasil, iblis betina!"
"Keparat betul! Kau mau bilang apa tidak?!"
Lagi-lagi Ketua Partai Angin Timur mendengus. "Aku
tidak tahu!" sahutnya. "Sekalipun tahu aku tak akan bilang
padamu!"
Nenek Rambut Hitam marah sekali. Diulurkannya
tangannya. Sekali remas saja maka hancurlah telapak dan
jari jari tangan kanan sang Ketua! Laki-laki itu menjerit
kesakitan dan memaki habis-habisan! Kawannya keluarkan
keringat dingin.
"Itu masih belum apa-apa," ujar Nenek Rambut Hitam.
"Kalau kau tetap membangkang tak mau kasih kete–
rangan, seluruh tubuhmu akan kubikin hancur! Lekas
katakan!"
"Nenek Rambut Hitam, kawanku itu betul-betul tidak
tahu letak sarangnya Sepasang Elmaut Kuning," berkata
kambrat Ketua Partai Angin Timur.
"Kau tak usah berbacot!" bentak sang nenek. "Kalau
dia tak tahu kau tentu tahu ya?!"
Pucatlah wajah laki-laki itu.
"Ayo lekas kalian katakan! Kalau tidak kalian akan
disiksa sampai setengah mampus!" teriak Nenek Rambut
Biru.
"Nenek Rambut Hitam! Kalian dan kami masing-masing
satu golongan, kenapa berbuat sejahat ini?"
Nenek Rambut Hitam tertawa melengking, "Kalau kau
dan kambratmu tidak mau binasa percuma lekas beri
keterangan!"
"Kalian penggal pun kami berdua, tetap aku tak bisa
kasih keterangan!"
"Aku mau lihat!" ujar Nenek Rambut Hitam. Sekali dia
gerakkan tangan kanannya maka tanggallah lengan kiri
Ketua Partai Angin Timur! Laki-laki ini melolong laksana
srigala lapar, mengerikan sekali!
Pendekar 212 Wiro Sableng bergidik.
"Dewa Tuak, aku tak bisa melihat kekejaman terkutuk
itu berjalan lebih lama!" kata Wiro. Dia bergerak cepat
hendak menerobos atap. Tapi lebih cepat dari itu si orang
tua yang memanggul dua buah bumbung bambu memegang lengannya dan menjawab dengan ilmu menyusupkan
suara seperti yang dilakukan oleh Wiro waktu berkata
padanya tadi.
"Biarkan, kita lihat saja! Ketua Partai Angin Timur tidak
beda dengan tiga orang nenek serta seorang kawannya itu!
Mereka sama-sama dari golongan hitam tukang bikin
kejahatan di dunia persilatan! Biar saja mereka saling
bunuh! Kita menonton saja!"
"Tapi Ketua Partai Angin Timur berada dalam keadaan
tak berdaya!" tukas Wiro Sableng.
"Perduli amat! Sudahlah kita lihat saja!" bentak Dewa
Tuak pula.
Wiro Sableng menggerutu dalam hati lalu dia mengintai
lagi lewat lobang.
"Ayo! Apa kau masih tidak mau kasih keterangan?!" Si
Nenek Rambut Hitam membentak.
Jawaban Ketua Partai Angin Timur adalah suara
raungan yang mengerikan!
Nenek Rambut Hitam berpaling pada kawan Ketua
Partai Angin Timur.
"Jaliwarsa! Kau tentu tak ingin menerima nasib macam
kambratmu itu, bukan?!"
Pucatlah wajah laki-laki yang bernama Jaliwarsa.
"Apa maksudmu Nenek Rambut Hitam...?"
"Kau tentu tahu! Lekas katakan di mana tempat
kediaman Sepasang Elmaut Kuning!"
"Demi setan aku tidak tahu sama sekali Nenek Rambut
Hitam..."
Nenek Rambut Hitam mendengus marah. Dia berpaling
pada anak buahnya. "Rambut Biru! Cungkil mata kirinya!"
perintah Nenek Rambut Hitam.
"Tobat! Jangan...!" teriak Jaliwarsa.
"Kalau begitu lekas buka mulut!" sentak Nenek Rambut
Hitam.
Jaliwarsa menangis macam anak kecil. Meratap
mengatakan bahwa dia betul-betul tidak tahu di mana
letak sarang Sepasang Elmaut Kuning.
"Tak ada ampun bagimu! Cungkil matanya!" bentak
Nenek Rambut Hitam.
Maka Nenek Rambut Biru melompat ke muka. Dua
buah jarinya menusuk lurus ke mata kiri Jaliwarsa. Ter–
dengar suara mengerikan sewaktu biji mata laki-laki itu
mencelat bersama semburan darah yang disusul oleh
suara melolong Jaliwarsa yang laksana gila karena
kesakitan!