App herunterladen
75% Primer Amor 2 | Kang Daniel / Chapter 6: Daniel Mengetahuinya

Kapitel 6: Daniel Mengetahuinya

Rintik hujan belum sebanding dengan badai yang pernah kulalui. Jadi, ini tidak ada apa-apanya.

***

Di ruangan bernuansa putih, terlihat seorang laki-laki sedang duduk di tepi ranjang rumah sakit sambil sesekali menghela napas pelan. Jari-jemarinya terasa dingin karena suhu tubuhnya yang panas melebihi batas normal.

Wanita bersurai cokelat yang terbaring lemah di ranjang tersebut sangat khawatir melihat lelaki di hadapannya itu yang terlihat pucat. Ingin rasanya ia menggenggam tangan lelaki yang kini sedang berusaha untuk tersenyum padanya.

"Kau sakit Daniel. Pulanglah, aku tidak apa ditinggal sendirian," ucap Sejeong sambil mengangguk pelan.

Laki-laki yang disapa Daniel itu menggeleng pelan dan berkata, "aku baik-baik saja Se. Kau tidak perlu khawatir. Ini rumah sakit jika kau lupa."

Wanita itu hanya tersenyum kecut. "Kau benar. Tapi tetap saja, istirahatlah sebentar di sofa. Atau kau ingin tidur di ranjang ini?" tawarnya dan tanpa sadar menyentuh telapak tangan Daniel yang tergeletak bebas di atas kasur.

Daniel menatap ke arah tangannya. Ia tersenyum kecil, seketika teringat kejadian saat ia di rawat di rumah sakit Kanada. Gadis itu tertidur di kursi samping ranjang tempat Daniel berbaring. Dan kini, malah gadis itu yang terbaring lemah.

Sejeong yang sadar dengan tindakannya, dengan cepat ia menarik kembali tangannya dan mengerjap. "Ah, maaf aku tidak sengaja," ucapnya sedikit gugup.

"Sengaja pun juga tidak apa Se," ujar Daniel sambil terkekeh.

Hal itu membuat Sejeong tersenyum kecil, ia tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya saat ini. Setelah beberapa jam lalu, ia hampir saja ketahuan oleh Daniel kalau ia menyembunyikan tentang ingatannya yang telah kembali.

Padahal, tanpa Sejeong sadari. Daniel juga menyembunyikan sesuatu darinya. Ternyata ia telah mendengar semua pembicaraan gadis itu dengan Sehun tadi.

-----

Daniel membuka pintu ruangan dandelion sambil menatap Sejeong dan Sehun bergantian. Dahi pria itu berkerut dan kedua alis matanya hampir menyatu. Ternyata ia sedang memfokuskan penglihatannya —menurut Sejeong. Kepalanya sungguh terasa pusing, ditambah suhu tubuhnya yang panas.

Ya, Daniel sakit —demam. Akibat dirinya yang terlalu memaksakan diri beraktifitas, seharusnya ia butuh banyak beristirahat.

"Kang Daniel," gumam Sejeong pelan sambil menyeka air matanya.

Laki-laki bernama Daniel itu menghampiri Sejeong dan Sehun. "Maaf aku meninggalkanmu terlalu lama," ucapnya pada wanita itu.

"Tidak apa Daniel-ssi. Kau baik-baik saja? Kenapa wajahmu pucat?" tanya Sejeong khawatir.

Sehun yang sudah bangkit dari duduknya pun angkat bicara. "Sepertinya temanmu itu demam dokter Kim, boleh kuperiksa?" ucapnya sambil menatap Sejeong.

Daniel memerhatikan pria berjas Dokter itu dengan tatapan menelisik. "Kau Dokter pengganti Dokter Kim?" tanyanya to the point.

Dokter tampan itu mengangguk. "Ya, saya Oh Sehun sebagai dokter pengganti untuk merawat Dokter Kim," sahutnya.

"Ah, begitu. Tidak perlu. Aku tidak ingin diperiksa. Biarkan, nanti juga akan baik-baik saja," ucap Daniel sedikit ketus lalu duduk di tepi ranjang.

"Se, kau habis menangis? Kenapa? Apa karena dia?" lanjutnya lagi, sambil menunjuk Sehun.

Padahal Daniel tahu kalau wanita yang ia cintai habis menangis, dan dirinya adalah penyebabnya.

Sejeong menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak, bukan karena dia. Hanya saja... aku... ah tidak apa," jawabnya ragu-ragu.

"Kau yakin? Jangan pernah menutupi sesuatu dariku Se-ya," ucapnya penuh penekanan.

Membuat Sejeong mengerjapkan matanya berkali-kali dan tangannya meremas ujung selimut yang ia gunakan, seperti sudah ketahuan tentang kebohongannya.

Sehun hanya diam berdiri di tempatnya —di ujung ranjang rumah sakit. Ia melihat interaksi keduanya.

Dalam hatinya berkata, "ternyata dia laki-laki yang baru saja Dokter Kim ceritakan. Terlihat sangat jelas kalau dia juga mencintainya."

"Baiklah, kalau begitu aku permisi. Semoga kau lekas sehat Dokter Kim," pamit Sehun dan mengarahkan tungkainya keluar dari ruangan.

Setelah Dokter tampan itu pergi. Daniel menghela napas pelan. "Kenapa makan siangmu tidak kau makan? Lalu di mana Hyera?"

"Dia pamit pulang saat Dokter Oh datang," sahut wanita itu.

Daniel mengangguk, lalu mengambil kotak bekal makanan yang ia bawa dan memberikannya pada Sejeong.

"Makanlah. Aku ingin kau cepat sehat dan keluar dari rumah sakit ini. Makanan ini sudah sesuai dengan saran dari Doyoung," ucapnya santai.

Sejeong menerimanya dan membuka kotak makanan itu. Lalu, ia mengambil satu terlur gulung dengan sumpitnya dan menyuapkannya ke dalam mulut. Lelaki di hadapannya hanya memerhatikan ia makan.

"Aku permisi ke toilet Se," ucap Daniel tiba-tiba dan melangkah menuju salah satu ruangan di ruang dandelion itu.

Sejeong hanya menatap punggung laki-laki itu, yang menghilang di balik pintu ruangan yang bertuliskan toilet.

Di dalam toilet, Daniel menatap cermin di wastafle. Tiba-tiba ia mengepalkan tangannya.

"Apa maksud dari semua ini Se? Kenapa kau berbohong padaku? Apa kau tidak percaya dengan cinta yang kumiliki untukmu?" ucapnya lirih.

Ya, sebenarnya tadi Daniel mendengar semua perbincangan antara Sejeong dan Sehun. Ia kecewa dan juga senang sekaligus karena wanita itu telah mengingatnya. Tapi ia tidak habis pikir, kenapa sampai saat ini wanita yang dicintainya itu belum juga berkata jujur padanya.

Daniel menatap pantulan dirinya dan berkata, "baiklah Se. Aku akan mengikuti permainanmu. Aku akan menunggumu untuk berkata jujur padaku. Akan kutunjukan bahwa aku benar-benar mencintaimu."

Lalu, lelaki itu membasuh wajahnya dengan air dingin. Sesekali sela jarinya menyisir surai hitam miliknya ke belakang. Kini, ia terlihat begitu antusias dan bersemangat. Setidaknya harapannya terkabul, wanita itu telah mengingatnya.

-----

"Ayolah Daniel, jangan membuatku merasa bersalah. Aku tidak ingin kau sakit karenaku," ucap Sejeong serius.

Daniel mengubah ekspresinya menjadi serius juga. Ia mendekatkan wajahnya ke arah Sejeong, dan membuat wanita itu mengernyit. Ingin menghindar tapi tak bisa karena dirinya sedang berbaring.

"A-apa yang —" ucap Sejeong terbata-bata.

Lelaki itu malah semakin mendekatkan wajahnya dan berbisik, "aku sangat mencintaimu Kim Sejeong."

Oh God! Apa kabar jantungnya? Wanita itu mengerjap-ngerjapkan matanya berkali-kali. Menyerap apa yang baru saja Daniel katakan. Dalam hatinya, ia sangat bahagia namun ada rasa bersalah yang terselip.

Daniel terkekeh. "Kenapa wajahmu tegang begitu? Atau jangan-jangan kau sudah jatuh cinta padaku? Kau 'kan baru mengenalku dua hari," ucapnya sarkastik.

Wanita itu terkesiap dan menggeleng pelan. "Ya! Kang Daniel! Apa maksudmu eoh? Kau sedang mengerjaiku ya?" sentaknya sambil mengerucutkan bibirnya.

Lagi, Daniel terkekeh bahkan tertawa. "Kau ini lucu sekali Se. Jangan terbawa perasaan, nanti kau akan terluka. Sepertiku," jawabnya dan bergumam diakhir kalimat.

Beruntung Sejeong tidak mendengar kalimat terakhir. Ia hanya menertawakan dirinya yang terlihat begitu bodoh di depan lelaki itu.

"Awas saja kalau aku sudah sembuh, akan kupiting lalu kupukul kepalamu Kang Daniel!" rajuk Sejeong bercanda.

Daniel hanya menanggapinya dengan terkekeh. Setidaknya ini lebih baik dari pada dia benar-benar tidak mengingatku. Batinnya.

Mereka pun menghabiskan sore hari sambil sesekali bergurau. Hingga Sejeong tertidur karena pengaruh obat.

"Lekas sehat Se. Aku tidak akan marah padamu saat kau berkata jujur nanti. Rasa kecewa memang ada, namun tertutupi dengan cinta yang kumiliki untukmu," gumam Daniel sambil membenarkan letak selimut Sejeong.

.

.

.

Hari senin adalah hari di mana mulainya semua aktifitas kantor. Ramainya jalanan kota Seoul tidak mengurungkan niat seorang Kang Daniel untuk melajukan Ferrari 488 Italia - Black miliknya. Sesekali senyuman menghiasi wajah tampannya. Tampaknya hari ini ia sedang bahagia.

"Aku tidak sabar ingin bertemu dengannya nanti siang," gumamnya sambil tersenyum kecil sambil mengetuk-ngetukan jarinya pada setir.

Ya, Daniel sedang berbunga-bunga hatinya. Pasalnya semalam ia baru saja mendapat telepon dari adik angkatnya —Jeon Somi, perempuan itu akan segera melangsungkan pertunangan dengan Lee Daehwi —salah satu sahabat baiknya.

Lagi, lelaki itu terkekeh. "Aku tidak menyangka kalau gadis kecilku akan segera bertunangan dengan sahabatku sendiri," monolognya.

Menurut Daniel, mereka berdua selalu saja berdebat dan bertengkar. Bagaimana bisa kini malah menjadi jodoh. Takdir tidak akan ada yang tahu, begitu pun dengan kisahnya dengan Sejeong.

Mobil Daniel berhenti tepat saat lampu berwarna merah.

Daniel menghela napas pelan. Bagaimana ya hubunganku dengan Sejeong ke depannya. Bahkan aku belum memiliki hubungan sebagai kekasih dengannya. Batinnya sambil tersenyum miris.

Memang benar, selama ini perasaan Daniel seperti digantung oleh Sejeong. Saat itu, saat musim semi di mana bunga sakura berterbangan mengikuti arah angin, laki-laki itu sempat mengutarakan isi hatinya namun belum ada jawaban dari wanitanya hingga detik ini.

Lampu lalu lintas kembali berwarna hijau, lelaki itu melanjutkan laju mobilnya menuju kantornya yang terletak di kawasan Gangnam.

Namun, tiba-tiba ia melihat sebuah mobil yang tak asing baginya berhenti di persimpangan jalan. Saat melewatinya, terlihat seorang wanita yang sedang panik —sepertinya.

"Hyera?" gumam Daniel.

Mobilnya pun berhenti tidak jauh dari Hyera berdiri. Bagaimana pun, Daniel tidak bisa menghiraukan seseorang yang ia kenal sedang kesusahan. Sepertinya mobil Hyera mogok —menurutnya.

Daniel pun menghampiri wanita itu. "Hyera-ssi? Ada apa?" tanyanya.

Hyera menoleh ke arah yang menyerukan namanya dan tiba-tiba wanita itu langsung berhambur kepelukan Daniel sambil menangis.

***

Nyatanya, aku tetap mencintaimu walau kau melukai perasaanku tanpa kau sadari.

-Aku, Kang Daniel.

***


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C6
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen