App herunterladen
68.33% Sewaktu Kamu Dewasa / Chapter 41: Mari Pergi Kencan

Kapitel 41: Mari Pergi Kencan

Redakteur: Wave Literature

Di saat yang sama, terlihat seseorang berdiri di depan pintu kamar Ji Xiaonian, menatap adegan panas yang terjadi di dalam kamar. Keberadaannya sama sekali tidak disadari oleh kedua insan yang sedang sibuk saling melumat dengan penuh gairah itu. Dia sama sekali tidak mengucapkan apa-apa, hanya memutar tubuhnya dan pergi menjauh. Hatinya bagaikan remuk melihat apa yang dilihatnya barusan.

Setelah berciuman penuh gairah selama begitu lama, Ji Xiaonian merasa dirinya hampir kehabisan napas. Dengan segera dia meletakkan tangannya di dada Bai Yan dan berusaha memberi tanda kepada lelaki itu agar berhenti sejenak dari kegiatannya.

Merasakan tubuhnya didorong menjauh oleh Ji Xiaonian, Bai Yan merasa kecewa seketika. Namun dia akhirnya menghentikan ciumannya dan melepaskan bibirnya dari bibir gadis itu.

"Ada apa?" tanya Bai Yan setelah melihat wajah Ji Xiaonian yang memerah.

Sambil berusaha mengatur napasnya, Ji Xiaonian menjawab sambil terengah-engah, "Aku kehabisan napas." 

Selesai berbicara, Ji Xiaonian mengangkat kepalanya dan mengadu tatapannya dengan mata Bai Yan. Wajahnya entah kenapa semakin terasa panas.

"Itu.. Kenapa tiba-tiba menciumku? Apa itu artinya kamu menyukaiku?" tanya Ji Xiaonian tanpa basa-basi. Awalnya dia merasa sedih, namun dicium tiba-tiba oleh Bai Yan membuat seluruh kesedihan di dalam hatinya menghilang seketika. Dan lagi, ada perasaan yang sulit untuk diungkapkan di dalam hatinya. Sebuah perasaan yang begitu manis rasanya, bagaikan madu murni.

Bai Yan menatap gadis di hadapannya itu tanpa mampu berkata-kata. Baru saja mereka berdua melakukan adegan yang menggairahkan seperti itu, namun kini Ji Xiaonian malah memintanya untuk berhenti tiba-tiba. Dan lagi, dengan bodohnya malah menanyakan pertanyaan seperti itu. Dia hanya mampu terdiam tanpa kata, gadis ini entah polos atau bodoh, dia sungguh tidak dapat membedakannya.

Apakah mungkin seorang pria akan berinisiatif menciummu jika tidak memiliki perasaan padamu? Jika di dalam hatiku tidak ada dirimu, bahkan hanya sekedar melihat saja sudah membuatku merasa buang-buang waktu, gumam Bai Yan dalam hati dengan kesal.

"Aku rasa, seharusnya kamu juga memiliki perasaan terhadapku," ucap Ji Xiaonian setelah melihat Bai Yan balas menatapnya tanpa bersuara.

"Kak Yan, jangan memintaku untuk menunggumu selama dua tahun. Kita berpacaran saja mulai dari sekarang. Aku janji akan merahasiakannya dari orang-orang di sekolah," sambungnya sambil memeluk Bai Yan dan tersenyum manja.

"Kita bisa berpacaran diam-diam. Asalkan kita berdua bahagia, yang lainnya dapat kita bicarakan lagi nanti. Bagaimana?" sahut Ji Xiaonian lagi, lalu menunggu jawaban dari Bai Yan. Di dalam hatinya muncul perasaan bahagia teringat akan pria dengan egonya yang sangat tinggi ini, berinisiatif untuk menciumnya terlebih dahulu. 

"Ji Xiaonian, kamu begitu inginnya berpacaran?" tanya Bai Yan.

Melihat Ji Xiaonian sebentar menangis, sebentar tertawa, membuat Bai Yan khawatir akan kesehatan mentalnya. Dia belum pernah menemui seseorang yang moodnya berubah-ubah secepat ini sebelumnya.

"Iya," jawab Ji Xiaonian sambil menganggukkan kepalanya dengan penuh semangat. "Tapi aku hanya ingin berpacaran denganmu seorang." 

Sejak dirinya mulai mengerti menyukai lawan jenis, Ji Xiaonian sudah menetapkan bahwa di hatinya hanya milik Bai Yan seorang. Jika bukan karena dirinya masih malu-malu dan tidak berani sebelumnya, dia pasti sudah menyatakan perasaannya padanya sejak awal, tidak sampai menunggu dirinya untuk masuk ke perguruan tinggi seperti ini. Dia merasa, dirinya telah membuang-buang masa mudanya begitu saja beberapa tahun lalu.

"Lihat bagaimana perilakumu ke depannya. Kalau kamu menurut, bagaimana nantinya, terserah padamu saja," tutur Bai Yan dengandatar sambil bangkit berdiri setelah melepaskan pelukan Ji Xiaonian.

"Cepat istirahat. Besok adalah akhir pekan," imbuh Bai Yan singkat tanpa menoleh pada Ji Xiaonian dan berjalan keluar.

Ji Xiaonian duduk di ranjang menyilangkan kakinya. Dia terlihat tenganga selama beberapa detik, hingga akhirnya bangkit berdiri dan berlari ke jendela kamarnya. Dia menanti hingga Bai Yan keluar dari rumahnya dan berteriak keluar jendela tanpa malu, "Tenang saja. Aku akan menurut!"

"Kebetulan besok akhir pekan, mari kita pergi kencan!" tambah Ji Xiaonian.

Bai Yan yang sedang berjalan di pekarangan vila keluarga Ji, menoleh dan mendongakkan kepalanya menatap Ji Xiaonian yang tersenyum memperlihatkan gigi. Dia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan gadis itu, lalu terus berjalan ke arah rumahnya.

Melihat Bai Yan telah berjalan menjauh, Ji Xiaonian dengan terburu-buru berteriak dengan suara keras dari jendela kamarnya, "Kamu tidak mengatakan apa-apa, aku anggap kakak sudah berjanji padaku. Kak Yan, jangan lupa besok pagi-pagi jemput aku ya!" serunya pada Bai Yan.

Bai Yan masih tidak mengatakan apa-apa, bahkan tidak sedikit pun menoleh kebelakang dan menghilang dari pandangan gadis itu.

Walaupun Bai Yan tidak menanggapi perkataannya, namun yakin betul bahwa pria itu telah setuju padanya. Selang beberapa detik setelahnya, Ji Xiaonian tiba-tiba menjadi seperti orang gila. Dia terlihat terburu-buru membongkar seluruh isi lemarinya untuk mencari baju yang akan digunakannya untuk kencan pertamanya besok.

Besok adalah pertama kalinya Ji Xiaonian berkencan secara resmi dengan Bai Yan, jadi dia harus berpenampilan maksimal besok. Paling tidak, dia merasa, dirinya harus dapat mengimbangi pria itu agar tidak membuatnya malu ketika berada di depan umum. Selain itu, tentu saja untuk memperlihatkannya pada Bai Yan dan membuatnya terpesona. Jika tidak, ketika pria itu melihatnya dan merasa jijik padanya, tentu saja akan membawa dampak buruk untuk hubungan mereka ke depannya.

Namun ketika melihat isi lemari bajunya, Ji Xiaonian mulai merasa tertekan. Bagaimana tidak, baju yang ada di dalam lemarinya kurang lebih sama satu sama lainnya. Dia berpikir bagaimana dia dapat memilih untuk dikenakan pada kencan besok? Lagipula, dia takut apabila Bai Yan tidak menyukai pakaian yang dipilihnya. Dia tidak tahu bagaimana selera pria itu sebenarnya.

Tiba-tiba Ji Xiaonian teringat akan Yu Shengjie yang juga berada di rumah itu. Pria itu seharusnya dapat memberinya saran mengenai pakaian seperti apa yang disukai para lelaki. Kini, dia telah memeluk setumpuk baju dan pergi ke kamarnya agar pria itu dapat membantunya memilih.

Ternyata pintu kamar Yu Shengjie tidak terkunci, sementara Ji Xiaonian juga tidak terbiasa untuk mengetuk pintu sebelum masuk. Dia menendang pintu hingga terbuka, lalu dengan terburu-buru memasuki kamar tersebut.

"Shengjie, bantu aku..." kata-kata Ji Xiaonian terhenti setelah melihat pemandangan mengejutkan yang ada di depan matanya.

Di hadapannya kini terlihat seorang pria yang di tubuhnya tidak ada sehelai benangpun baru keluar dari kamar mandi. Pria itu juga terlihat sangat terkejut melihat keberadaan Ji Xiaonian di kamarnya, namun dia sama sekali tidak berusaha untuk menutupi tubuhnya dengan sesuatu. Malah dengan santainya membiarkan gadis kecil itu melihat seluruh bagian tubuhnya.

Entah apa karena sudah pernah melihat 'benda' milik Bai Yan dan sekarang melihat milik orang lain lagi, mata Ji Xiaonian terbuka lebar tanpa berkedip. Dia terlihat menelan air liurnya sesekali, dan untuk sesaat, dia lupa bahwa seharusnya dirinya membalikkan badannya dan berhenti untuk menatap 'benda' itu.

Ji Xiaonian terus menatap pemandangan indah itu selama beberapa detik, sama sekali tidak terlihat malu ataupun berniat untuk segera pergi dari tempat itu. Melihat hal itu, Yu Shengjie mulai merasa risih dan dengan segera menutupi bagian bawah tubuhnya dengan handuk yang ada di kepalanya, lalu berkata dengan salah tingkah, "Hei! Sudah cukup belum melihatnya?"

Ketika Ji Xiaonian tersadar, wajahnya menjadi merah seketika, dia berniat untuk kabur dari situ awalnya. Namun setelah melihat Yu Shengjie telah menutupi tubuhnya dengan handuk, dia merasa hal itu tidak perlu lagi dilakukan.

"I… Itu… Kamu cepat pakai baju dulu. Aku mau minta tolong sesuatu," ujar Ji Xiaonian dengan cepat sambil berdiri membelakangi Yu Shengjie.

Yu Shengjie melihat setumpuk baju di tangan Ji Xiaonian dan teringat akan adegan ciuman barusan, segera tahu apa yang diinginkannya hingga datang ke kamarnya. Dia pun mengenakan baju tidurnya dengan malas-malasan dengan wajah kusut. 

"Sudah selesai. Kamu datang kemari membawa setumpuk baju, pasti ingin memintaku untuk memilih yang paling bagus untukmu, kan?" sahut Yu Shengjie dengan dingin.

"Bagaimana kamu bisa tahu? Wah, ternyata kamu sungguh mengerti wanita ya!" kata Ji Xiaonian yang tampak senang.

"Kalau begitu, menurutmu mana yang lebih bagus? Yang kuning ini, merah, hijau, ungu, putih atau yang bermotif bunga ini?" tanya Ji Xiaonian tanpa basa-basi.


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C41
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität der Übersetzung
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen