App herunterladen
31.11% I Want To Hug You / Chapter 14: 14 - Jangan mengocokku di tempat umum - Part 2

Kapitel 14: 14 - Jangan mengocokku di tempat umum - Part 2

Author : Episode ini, WARNING ALERT!! 21+ ONLY. Silakan lanjut baca buat orang dewasa! Tidak dianjurkan buat anak-anak di bawah umur. Terima kasih...

**************************

Shunta menutupi tirai jendela yang dari tadi terbuka cukup lebar di samping Takeru.

Shunta : (berbisik) Takeru-san, singkirkan tanganmu, jangan menahan tanganku dan jangan merapatkan kakimu. Aku jadi tidak bisa menyentuh dan susah menggocoknya, kan? (berusaha membuka paksa kaki Takeru)

Takeru : (berusaha merapatkan kakinya) Jangan menyentuhnya!

Shunta : Aku ingin menyentuhnya.

Takeru : (wajah berubah menjadi merah) Jangan menyentuhnya, cabul! (menahan diri)

Buku skenario yang dari tadi di pegang Takeru terjatuh di lantai kolong bus. Dan diabaikan oleh mereka. Shunta merasa tidak begitu bisa menyentuh otongnya Takeru dengan leluasa, dia mencari ide lainnya dengan cara memasukkan tangan kanannya yang masih bebas ke dalam celana Takeru lalu menyentuh bagian pantat.

Shunta : Kalau gitu, aku akan memulainya dari sini (menyentuh pantat Takeru)

Takeru tersentak kaget, dia berusaha keras menahan suara desahannya agar tidak keluar dari mulutnya yang kecil itu.

Takeru : Ugh!!! *kaget* (Uwaah.. Dia pikir kita ada dimana?) *pupil mata bergetar*

Shunta : Fuh! (menghembuskan udara ke telinga Takeru)

Takeru : Aa...! (gemetaran) *merona*

Shunta : Ah, kau sudah mulai terangsang (tersenyum)

Tangan Shunta memegangi titik lemahnya Takeru. Takeru menutupi mulutnya dengan kedua tangannya, sekali lagi dia berusaha sekuat tenaga menahan suara desahannya.

Takeru : Hentikan! Kumohon! Kita lagi di bus! (berbicara sambil menutupi mulutnya)

Shunta : Apa kau menyukainya? (tersenyum)

Shunta terlihat sangat kaget. Dia melihat Takeru yang sejak tadi menahannya sekuat tenaga, karena sudah tidak bisa menahannya lagi. Tubuhnya bergemetaran dengan hebat. Terlihat air matanya jatuh di pipinya.

Takeru : Siapa yang akan... (terisak) menyukai hal itu? (gemetaran hebat) Jangan bercanda! Pergi sana, dasar cabul! *menangis*

Shunta menatap Takeru dengan khawatir. Bus tiba-tiba berhenti berjalan. Terdengar suara klakson dan Isomori.

Isomori : Uwah! (berteriak)

Takeru : Aah!! (tersentak kaget mendengar teriakan Isomori)

Isomori : Aduh, kita terjebak macet euy! Jarang banget macet di jam-jam begini. Hee...!

Takeru : (Ma-macet?!) *masih menutupi mulutnya dengan kedua tangan*

Isomori : Saitama-kun, Kanzaki-kun... (memanggil)

Takeru sangat kaget karena terlihat ujung jemari tangan Isomori yang mau memegangi dan membuka tirai.

Takeru : (Eh?! Tu-tunggu! Tirainya!) *berteriak dalam hati* (panik)

Suasana terasa sangat tegang. Seolah-oleh terdengar suara detak jantung Takeru yang berdetak dengan sangat cepat. DEG! DEG! DEG! Takeru merasa sangat ketakutan dan panik luar biasa.

Isomori : Kayaknya ada kecelakaan lalu lintas, jadi jalannya macet.

Takeru : (DEG! DEG!) *pupil mata bergetar* (Tirainya!)

Tirai terbuka. Nampak wajah Isomori yang muncul dari depan, dia menoleh ke belakang melihat ke arah Shunta dan Takeru.

Isomori : Oh? Saitama-kun lagi tertidur, ya?

Dari posisi Isomori, karena terhalangi oleh banyaknya tempat duduk kosong yang berderetan di depan. Jadi seolah-olah terlihat Takeru sedang tertidur pulas yang bersandaran di pundaknya Shunta.

Shunta : Ah, iya (menjawab dengan sangat tenang dan tersenyum)

Sedangkan dari posisi Takeru. Dia gelisah dan memejamkan matanya. Dia menyandarkan kepalanya di dada Shunta. Dia sangat ketakutan sampai bergemetaran hebat. Dipegangnya dengan erat baju di bagian dada Shunta. Shunta sangat menikmatinya. Dia sedang menggocok-gocok otongnya Takeru dengan lembut dan perlahan-lahan.

Takeru : Ugh..! Ha.. *menahan suara desahan* (Cepat, tutup tirainya...) Ng...!! (gemetaran)

Shunta : *sedang menggocok-gocok otongnya Takeru* (berbicara dengan santainya) Kalau macetnya lama, kemungkinan aku juga akan tidur (tersenyum)

Isomori : Baiklah. Aku akan membangunkan kalian kalau sudah tiba nanti.

Shunta : Tolong ya, terima kasih (tersenyum tipis)

Isomori menutup kembali tirai depannya. Shunta tidak bisa menahan nafsunya lagi, dia melihat wajah Takeru yang memerah menggoda membuat gairahnya meningkat, dia langsung mengangkat dagu Takeru ke atas lalu menciumnya. Mereka berciuman dengan panasnya.

Takeru : Ugh... Ng... (membalas ciuman Shunta)

Shunta : Takeru-san... (senang karena Takeru membalas ciumannya)

Takeru : Chunta... (menahan air mata) Kumohon, sudah hentikan (wajah memerah)

Shunta : Apa kau yakin mau aku berhenti? (bertanya memastikan) Kau sudah mulai menikmatinya juga kan? (menggoda)

Takeru : Ugh... (kaget dengan ucapan Shunta)

Takeru malu mengakuinya, kalau dia sudah mulai menikmatinya. Tidak! Dia sudah menikmatinya. Nafsu yang dia tahan dari tadi, pecah juga. Dia langsung mencium Shunta.

Shunta : Kalau aku memasukkannya di sini, apa tidak apa-apa? (tersenyum)

Takeru : Apa?

Shunta : Aku sudah gak bisa tahan. Aku mau memasukkannya sekarang. Bisakah kau menahan suaramu?

Takeru : Aku tidak tahu. Tapi kalau kau mekakukannya dengan pelan, mungkin aku bisa... (membuka tali pinggang dan resleting celana Shunta)

Shunta : Baiklah (tersenyum)

Shunta memangkui Takeru di pangkuannya. Penis Shunta mendorong masuk dan keluar berulang-ulang kali ke lobang pantat Takeru dengan perlahan-lahan. Takeru merasakan sensasi nikmat dan sekaligus rasa sakit menjadi satu. Dia menutupi mulutnya dan menahan suara desahannya dengan sekuat tenaga agar tidak terdengar oleh Isomori.

Takeru : Ugh... (menutupi mulutnya) Aah.. Ng...

Shunta : Takeru-san, aku akan mempercepat sedikit.

Takeru : Eh? Tu-tunggu... Kalau kamu begitu aku... Ugh... Ng...

Shunta mempercepat gerakannya. Shunta yang merasa Takeru tidak bisa menahan suara desahannya lagi langsung membantu Takeru menahan suara desahanya agar tidak keluar dari mulutnya. Dia mencium Takeru, lalu menutupi mulut Takeru.

Takeru : Ngggg.... Nggg....

Shunta memperlambat gerakannya. Takeru terengah-engah.

Takerun : Haa... Haa... Ngg... Chun--ta. Uggh... Haa... Haa...

Shunta menelan ludah saat melihat wajah Takeru yang terengah-engah itu sangat menggoda, dia berhenti dan mencabut kembali penisnya dan tiba-tiba memanggil Isomori.

Shunta : Isomori-san.

Isomori : Ya?

Shunta : Arah menuju apartermen Takeru-san kan sangat macet. Bisakah kau langsung pergi ketempatku saja? Kami berdua memutuskan untuk berlatih akting bersama malam ini.

Isomori : Baiklah, aku akan putar balik, kita akan sampai 5 menit lagi.

Takeru masih terengah-engah menahan nafsunya yang masih belum tuntas sepenuhnya. Wajahnya panas dan memerah, tubuhnya lemas dan nafasnya gak beraturan. Untuk saat ini, dia tidak mempunyai tenaga untuk melakukan sesuatu. Shunta tersenyum melihat Takeru yang sedang berusaha menahannya, dia tahu etika sehingga membantu merapikan pakaian dan membetulkan celana mereka.

Shunta : Takeru-san, sini aku betulkan celanamu. Kamu harus menahannya sebentar lagi ya, kita akan segera sampai (tersenyum)

Takeru : Haa... Haa... Haa...

-Bersambung-

Shunta dan Takeru sedang enjot-enjotan di belakang kursi bus.

Author : (Kyaa... Sumpah! Aku deg-degan!)

Isomori : *saat bus tidak berjalan karena macet* (Sepertinya ada yang mendesah? Dan busnya juga kok bergetar sedikit ya? Apa ada gempa? Mungkin cuma perasaanku saja)

Author : Pak, kok melamun? Lagi mikir apa? Cepat jalan! Sudah maju tuh!

Isomori : Ah, iya iya...

Author : Hehehe... 😎😏

Jangan lupa Komentar, LIKE/FAVORITE ya. Bye! 😁


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C14
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen