App herunterladen
51.11% HOT DADDY / Chapter 23: Club Party

Kapitel 23: Club Party

Oliv memberhentikan videonya yang merekam videocall mereka kala itu dengan wajah yang memerah. Terlebih ketika melihat bagaimana Jonathan tampak menatapnya melalui layar dengan senyum yang menawan. Terkadang Jonathan akan tertawa kecil, terkadang akan menatapnya dengan intens., Dan demi Tuhan, kala itu, Oliv sama sekali tidak menyadarinya. Yang ia tahu, Jonathan juga ijut berteriak dengannya untuk mendukung tim favoritnya. Namun, melihat Jonathan yang justru lebih memperhatikannya daripada pertandingan Real Madrid melawan Barcelona mampu membuat senyum di bibir Oliv merekah.

Gadis itu menekan video lainnya.

💻💻💻

"Happy 41st Birthday, daddy!" Jonathan tertawa tak percaya ketika Oliv datang dengan dua potong kue tart dengan masing masing satu lilin di atas kue tersebut.

Hari ini, tanggal 2 Mei, tepat jam 00.00 waktu New York, seorang Olivia Natasha memaksa Jonathan Marteen mati matian untuk melakukan videocall. Awalnya, Jonathan menolak karena pekerjaannya sedang banyak. Namun gadia itu berkata bahwa dia hanya butuh waktu 5 menit untuk videocall.

Siapa yang sangka, saat ketika pemandangan kamar Oliv terlihar dari ponsel Jonathan, saat itu pula Oqluv muncul dengan mengucapkan ucapan selamat ulang tahun dan bernyanyi.

"Happy birthday to you, Happy birthday to you, Happy birthday dear daddy, Happy birthday to you."

Jonathan tidak bisa menahan dirinya untuk tidak tersenyum, bahkan pria itu meneteskan air matanya. Tidak menyangka bahwa gadis yang ia kenal di media sosial itu begitu memperhatikannya, sangat dalam.

"Happy birthday daddy, semoga semuanya menjadi lebih baik untukmu. Terima kasih untuk hadir di hidupku. Terima kasih untuk selalu ada dan menghiburku." ucap Oliv, gadis itu tersenyum lebar seraya menatap Jonathan, "Maaf, aku tidak bisa memberikan sesuatu yang lebih mewah."

Jonathan menggeleng,"Ini adalah sesuatu termewah yang pernah ku dapatkan."

Ya. Pria itu memang serius. Kesederhanaan menjadi begitu spesial jika Oliv yang membawanya. Semua menjadi indah jika Oliv ada di dalamnya.

"Ayo, tiup lilin!" Oliv memajukan tubuhnya dan mendekatkan kue itu ke layar, membuat Jonathan tersenyum dan ikut medekat.

"Daddy, kau harus membuat keinginan dulu. Setelah itu, kita berdua akan meniupnya"

Untuk seorang pria matang berumur 41 tahun, hal ini sangatlah kekanak kanakan. Namun, bagi Jonathan, inilah kedewasaan yang Oliv miliki. Pria itu menutup matanya sejenak seraya mengucapkan harapannya. Kemudian, Jonathan membuka matanya.

"One, two, three!"

Mereka berdua meniup lilin ulang tahun itu dan tertawa satu sama lain.

Oliv tersenyum lebar melihat video itu. Setetes air mata jatuh dari sudut matanya. Entah mengapa, Oliv begitu merindukan sosok yang bahkan sedang tertidur di sebelahnya.

💻💻💻

"Sweetheart, kau mabuk ya?" Jonatha memperhatikan wajah Oliv yang tampak sayu, membuat gadis itu tertawa dan menyahut, "Aku? Mabuk?"

Jonathan menggelengkan kepalanya. Sudah jelas bahwa Oliv mabuk. Gadis itu berkata dia memiliki pesta di club malam ini.

"Hanya kau satu satunya orang yang ketika mabuk justru ber-videocall, bukan mencari pasangan one stand night" Jonathan tertawa sekaligus bangga. Pria itu meletakkan laptopnya di meja dapur dan bergegas membuat sereal instan untuk makan siangnya. Patricia memang sedang cuti kala itu.

"What the fuck daddy, how can you be that hotttt" Oliv memegang kepalanya frustasi ketika melihat sosok Jonathan yang hanya memakai singlet putih dan celan pendek sedang membawa mangkok sereal.

Jonathan terkekeh kecil melihat wajah Oliv yang memerah. Gadis itu benar benar lucu ketika mengatakannya.

"Am I?"

"Yes daddy. You are fucking goddamn hot!" Oliv meletakkan rambut panjangnya di bahu kanannya. Memoerlihatkan leher kiri jenjangnya serta dadanya dengan sempurna. Membuat Jonathan mengerang, "Kau sangat mabuk, Oliv!"

Oliv tersenyum manis, "Aku tudak mabuk daddy. Aku mengatakan hal yang benar. I am your good little girl, saying that you are so hot and you turn me on just now"

Jonathan dengan sempurna meletakkan mangkok sereal instannya di meja makan. Rasa laparnya tiba tiba langsung hilang melihat Oliv yang sedang mabuk mengatakan hal semacam itu, membuat dadanya berdesir, dan sesuatu di dalam celananya mulai berkedut.

"Promise me you won't drink anymore" Jonathan mengerang frustasi, "Bagaimana jika ada yang ingin berbuat jahat kepadamu?!"

Oliv tertawa, "Aku tidak mabuk, daddy. I am just, kind of a party girl. Lagipula, siapa juga yang akan berbuat jahat? Memangnya kau akan berbuat jahat jika aku mabuk?!"

Jonathan menghela nafas gemas. Berbicara dengan orang mabuk memang tidak akan ada habisnya, "Aku tidak akan berbuat jahat"

"Kalau begitu aku boleh mabuk jika bersamamu?"

"Olivia" Ucap Jonathan membuat Oliv menatapnya dengan pandangan manis, "Yes, daddy"

Itu bukan jawaban. itu adalah desahan! Dan ya, Jonathan benar benar keras saat ini!

"Kau hanya boleh mabuk denganku. Sebelum bertemu denganku, jangan pernah berani untuk minum dengan pria lain. Bahkan jika itu berarti selamanya."

Jonathan benar benar gila. "Kau mengerti, baby?"

Oliv jelas tidak mengerti. Jonathan hanya berbicara omong kosong

"Yes, daddy"

"Ya Tuhan!!!" Oliv bergidik ngeri melihat dirinya sendiri. Oh, Jika Jonathan berpikiran nakal mengenai Oliv, maka jangan pernah menyalahkan Jonathan, karena pria itu sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menahan gejolak hasratnya. Salahkan saja Oliv yang bertingkah seperti pelacur.

Oliv memukul kepalanya sendiri. Gila. Dia tidak tahu bahwa dirinya tampak menjijikkan jika sedang mabuk. Like, seriously? Apa apan itu?!

Oliv melirik takut takut ke arah Jonathanyang masih tertidur. Benar benar sleeping handsome. Bagaimana suara ramai dari laptopnya tidak membangunkan Jonathan barang sedetik saja? Tapi, well, Oliv bersyukur Jonathan tidak bangun.

Oliv meletakkan laptop Jonathan di meja sebelahnya dan beranjak untuk menoleh seluruhnya ke arah Jonathan. Oliv memajujan tubuhnya, mengamati tiap jengkal wajah Jonatan yang benar benar tenang. Perlahan gadis itu tersenyum. Menyadari bahwa Jonathan tidak melupakannya, membuatnya tersenyum. Menyadari bahwa Jonathan terlihat begitu bahagia dengan kehadirannya, mau seburuk apaoun keadaannya, mau sejalang apapun tingkah lakunya, membuat Oliv semakin tersenyum.

Gadis itu menyentuh telinga Jonathan dengan telunjuknya kemudian menggerakkan telunjuknya mengelilingi telinga Jonathan. Membuat pria itu bergerak kegelian. Olivia tersenyum dan berbisik kecil. "Good evening, my hot daddy"

❤❤❤❤❤

Olivia memaikkan telinga Jonathan, meniup, hingga menyentuhnya degan halus. Hal itu membuat Jonathan merasa geli dan membuka matanya perlahan.

"Hey Jo" hal pertama yang Jonathan lihat saat matanya terbuka adalah senyuman Olivia, membuat pria itumengerjapkan matanya beberapa kali dan membelai rambut Oliv lembut.

"Kau tidur nyenyak sekali, ya?!" cibir Oliv.

"Jam berapa?" tanya Jonathan. Olivia menunjukkan ponselnya dan berkata, "Jam lima sore"

"What?! Did I just sleep that long?" Jonathan membulatkan matanya, membuat Oliv tertawa terbahak bahak. Gadis itu menepuk kedua pipi Jonathan gemas, "Kau tidur seperti sapi. Kalau ada gempa bumi, kau akan jadi orang terakhir yang keluar dari rumah."

Jonathan tertawa, matanya mengunci mata hitam Oliv yang selalu indah di matanya, "Bagaimana makalahnya? Sudah selesai?"

Oliv mengangguk seraya menunjukkan flashdisk-nya, "Akan berada di meja Mr.Marteen sebelum jam 12 siang."

"Bagus."

"Oh ya, Alva tadi menelepon. Katanya dia tidak akan pulang karena harus mengerjakan proyeknya." ucap Oliv seraya bangkit dari tempat tidur Jonathan.

"Oh, ya? Aku tidak dengar?" Jonathan memainkan rambutnya, membuat Oliv memutar bola matanya.

Oliv hendak meninggalkan kamar Jonathan ketika pria itu ikut bangkit dari tempat tidurnya dan memgambil handuk, "Kau istirahat dirumah malam ini. Aku ada sedikit acara. Aku janji tidak akan pulang malam malam."

"Kemana? Apakah acara resmi?"

Jonathan menggeleng, "Hanya undangan dari seorang teman."

"Teman? Wanita?" tanya Oliv menyelidik, membuat Jonathan mendekatinya dan.menepuk pipinua, "Si pemilik butik yang kemarin. Ingat?"

Mata Oliv membulat, "Aku ikut!"

"What?" tanya Jonathan.

Oliv mengangguk, "Lagipula, tugasku sudah selesai, aku tidak berbuat apapun dirumah. Jadi aku bisa ikut, kan?"

Jonathan menggeleng, "Ofcourse you can't! Kau harus istirahat!"

Oliv menggembungkan pipinya kesal, "Aku hanya terkena bola basket, apa masalahnyan Sakitnya juga sudah hilang! Lihat, aku bahkan sudah bisa mengerjakan makalah dalam waktu tiga jam!"

Jonathan tetap menggelengkan kepalanya dan berjalan ke arah kamar mandi, "Sekali tidak, tetap tidak"

Melihat itu, Oliv menarik singlet Jonathan dari belakang dan merajuk, "Ayolah. Aku ikut. Aku janji tidak akan mengganggumu. I am a party girl, you remember? Aku bisa bersenang senang sendiri tanpa harus mengganggu pertemuanmu dengan teman temanmu!"

Jonathan memutar bola matanya. Justru jika Oliv bersenang srnang sendirilah yang akan membuat Jonathan mati karena khawatir. This is New York, guys. Pria itu mengabaikan Oliv dan masuk ke kamar mandi, menyeret Oliv yang sedang menarik singletnya dari belakang.

"Ayolah, Jonathan. Please, aku rindu berpestaaa." ucap Oliv memohon, membuat Jonathan menatapnya dan menggeleng kekeuh.

"Kau bisa keluar? Aku akan mandi." ucap Jonathan membuat Oliv mendengus dan melipat tangannya kesal, "Aku tidak akan keluar sampai kau mengizinkanku ikut!"

Jonathan menaikkan satu alisnya, "Kau yakin?"

"Absolutely, yes!" balas Oliv seraya menatap tajam sosok Jonathan.

Jonathan mengangguk-angguk seraya melepas singlet hitamnya. Memperlihatkam tubuh seksi Jonathan yang bertato. Oliv meneguk ludahnya sendiri melihat bagaimana dada bidang dan perut sixpack Jonathan begitu menggodanya. Namun, gadis itu mengerjapkan matanya. Mencoba tidak peduli dan tetap menatap pria itu tajam. 'Kau tidak akan berani, daddy'

Dan shit. Oliv membulatkan matanya menyadari Jonathan tidak main main. Pria itu kini melepaskan celana pendeknya, menyisakan celana dalam ketat yang dapat dengan jelas memperlihatkan betapa besarnya sesuatu di dalam sana. Wajah Oliv benar benar memerah. Gosh, Oliv tidak tahan lagi. Dia bisa bisa mati kehabisan nafas di dalam kamar mandi hanya karena melihat betapa seksinya Jonathan.

"Ya sudah! Bersenang senanglah dengan Jane! Aku sama sekali tidak peduli denganmu!"

"What?!" ucap Jonathan tak percaya. Oliv segera meninggalkan kamar mansi dengan menghentak-hentakkan kakinya, membuat Jonathan segera mengejar gadis itu.

"Wait, Oliv." Jonathan menahan lengan Oliv, membuat gadis itu berhenti dan menatap tajam, "Kenapa? Hah?!"

"Kenapa aku harus bersenang senang dengan jane? Come on, kami tidak berdua. Ada yamg lain juga." jelas Jonathan membuat Oliv memutar bola matanya, "Jika berdua pun aku tidak peduli! Lakukan semaumu! Kau mau berciuman dengannya, kau mau membawanya ke kamar! Kau mau membuatnya kelelahan sepanjang malam, atau melakukan blowjob dengan bibirnya yang tebal dan seksi itu. Terserah kau saja, aku sama sekali tidak peduli! Itukan alasanmu benar benar tidak mengizinkanku untuk ikut?! Kau takut aku mengganggumu, kan?! Kau takut bocah kecil ini mengacaukan malammu dengan Jane, kan?!"

Jonathan memandang Oliv dengan tatapan geli. Oh, ya Ampun. Bahkan ketika marah marah, Oliv justru terlihat seksi. Lihat bagaimana bibir merah mudanya mengucapkan kata demi kata dengan sangat cepat, "Sudah marah marahnya?" Bukannya kesal, Jonathan justru tersenyum seraya mengaitkan anak rambut Oliv di telinganya, membuat wajah Oliv memerah karena perlakuan manis Jonathan. Gadis itu jadi malu sendiri sudah marah marah di hadapan Jonathan.

Oliv menghela nafas seraya membalik tubuhnya untuk meninggalkan kamar Jonathan, membuat pria itu menarik Oliv dalam pelukannya. Jonathan memeluk Oliv gemas, membawanya ke dalam tubuh shirtless Jonathan, "Aww, how cute my Oliv is!!"

Wajah Oliv memerah. Seriously?! Jonathan memeluknya? Masalahnya adalah, pria itu hanya memakai celana dalam yang membuat Oliv bisa merasakan secara langsung bagaimana hangat tubuh seksinya. Bagaimana lengan kekarnya mengelilingi tubuh Oliv. Bagaimana detak jantung tenangnya terdengar di telinga Oliv.

"Okey. Kau boleh ikut. Lagipula, kenapa aku harus bersenang senang dengan Jane kalau ada gadis kecil semanis ini di sebelahku?"

Oliv tersenyum lebar dan balas memeluk tubuh Jonathan, "Terima kasih!!!"

"Alright. Get ready, girl." Jonathan menepuk pipi Oliv, membuat gadis itu mengangguk dan hendak berlari ketika lagi lagi Jonathan memanggil namanya.

"Apa lagi?" tanya Oliv. Jonathan tertawa kecil melihat wajah Oliv yang merah.

"Jangan lama lama di kamar mandi, kau harus siap siap." Jonathan mengerling jahil seraya berlari menuju kamar mandi, membuat Oliv berteriak kesal dengan wajah yang semakin memerah.

Jonathan sialan.

❤❤❤❤❤

"Oliv, cepat sedikit!" Jonathan berteriak seraya memasang jam tangannya. Beginilah perempuan, butuh waktu berjam jam untuk pergi ke pesta. Serius, Jonathan jadi sedikit menyesal mengajak Oliv.

"Wait a sec!" Oliv berlari sambil membawa heel hitamnya ke tempat Jonathan yang saat ini membelakanginya.

"Oh come on, nanti kita kemalaman!" teriak Jonathan lagi, membuat Oliv memutar nola matanya dan menepuk bahu Jonathan dari belakang. Pria itu berbalik, mendapati sosok Oliv yang....

"What the fuck?" ucap Jonathan spontan. Pria itu menatap penampilan oliv dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Oliv dengan balutan dress merah maroon ketat yang menempel dengan pas di tubuhnya. Gaun itu memperlihatkan dengan jelas belahan dada Oliv dan bentuk bokong indahnya. Oliv menggelombangkan rambutnya dan membubuhi make up di seluruh wajahnya. Membuat gadis itu terlihat seperti wanita 25 tahunan yang begitu seksi. Oh, bahkan kata seksi tidak bisa mendeskripsikan betapa panasnya Olivia Natasha.

"Oliv, aku tidak mau kau, my fuckin gosh, no!" wajah Jonathan memerah. Bukan karena Oliv terlalu memalukan untuk di bawa, well, Jonathan yakin dengan penampilannya yang seperti itu, Oliv akam menjadi wanita favorit di club malam. But, man! Jonathan tidak akan pernah merelakan orang lain melihat tubuh indah Oliv!

"What? Aku ssngaja berdandan lebih tua dari umurku," Oliv tersenyum lebar membuat Jonathan menghela nafas panjang, "And what is that for?"

"Untuk melindungimu dari wanita wanita penggoda di clup malam." ucapan Oliv membuat mulut Jonathan terbuka. Pria uti benar benar tidak habis pikir dengan pemikuran Oliv.

"Melindungiku dan mengorbankan dirimu kepada pria pria penggoda di club malam?!" Jonathan memijat keningnya. Dia jadi tidak mood untuk datang ke club.

"Come on, Jonathan! Apakah aku harus pakaipiyama ke club?!" Oliv memutar matanya, membuat Jonathan lagi lagi menghela nafasnya, "Ganti sekarang, Olivia!"

"What? Kau sendiri yang bilang jika tidak ingin kemalaman?"

"Olivia Natasha, ganti pakaianmu!" perintah Jonathan tegas. Namun gadis itu tidak mengindahkannya. Ia justru berlari menuji mobil yang sudah siap dijalankan, dan duduk di samping kursi kemudi.

Jonathan membuka pintu mobil dan duduk di balik setirnya dengan menatap Oliv tajam, "Pakai ini." Jonathan melepaskan jaket kulitnya dan memasangkan ke tubuh Oliv, membuat gadis itu menoleh tidak terima.

"Jika kau tidak mau, kita tidak berangkat."

"Fine." Oliv mendengus. Dan saat itulah mobil Jonathan melaju.

"Aku tidak mau tahu, kau harus selalu berada didekatku" ucap Jonathan, pandangannya lurus ke jalanan.

"Terdengar seperti kau belum mengatakannya?" Oliv memutar bola matanya. Dia sampai bosan mendengar celotehan Jonathan tentang harus berada di dekatnya.

"Kau tidak boleh minum alkohol" ucap Jonathan lagi, dan kali ini Oliv menoleh ke arahnya dengan mulut terbuka.

"Jonathan. I am almost fucking 20"

"Oh, watch your mouth, young lady." Jonathan melirik Oliv yang masih menatapnya tak terima.

"Like, seriously? Apa aku harus minum susu strawberry di sana?"

"Aku tidak bisa.membiarkanmu mabuk. Aku tidak tahu apa yang akan pria lain lakukan nantinya"

Oliv menatap Jonathan lagi, "Seperti kau akan melepaskanku pergi saja?"

Jonathan tersenyum, "Tepat sekali. Kau harus ada di sebelahku, dan, no alcohol."

"Come on. Kau bilang aku boleh mabuk jika pergi bersamamu? And look, aku pergi bersamamu saat ini. Then, apa yang kau takutkan?"

Jonathan terdiam, pria itu menoleh ke arah Oliv bingung, "Kau ingat ucapanku?"

Oliv menyeringai, "Apakah aku separah itu ketika mabuk?"

Jonathan memutar bola matanya, "Kau hanya boleh mabuk jika pundakmu, dadamu, pahamu, kakimu, semuanya tertutup."

Olov mendengus kesal. Berdebat dengan Jonathan tidak akan pernah ada akhirnya.


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C23
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen