App herunterladen
21.08% My Teacher My Husband / Chapter 39: Ch. 39

Kapitel 39: Ch. 39

Suzy terdiam. Mematung di tempatnya berdiri dengan tangan yang terkepal erat.

Pernah mendengar suara kaca pecah? Kurang lebih hati Suzy berbunyi demikian.

Orang yang dia khawatirkan karna kritis, malah bertanya ia siapa? Lelucon ini tidak lucu.

"Sehun kau bercanda? Ini tidak lucu sama sekali." Ujar Suzy menahan isakannya. Ia sudah sangat lelah jika ini hanya lelucon.

"Siapa yang kau maksud bercanda?" Tanya Sehun. Mulai heran sendiri dan memegang sekilas kepalanya.

Suzy menunduk. Makin menguatkan kepalannya dan berjalan mundur. Keluar. Dadanya sesak, sangat sesak sekarang.

**

"Sehun kau benar-benar tak ingat?" Tanya Kris. Dan anggukan yang ia dapatkan. Kris dapat melihat bahwa tak ada kebohongan sedikitpun di mata adiknya.

Walaupun Sehun itu selalu datar, tapi ia tau. Kapan adiknya itu bercanda dan kapan adiknya itu serius. Dan pancaran di mata Sehun menunjukan semuanya. Sehun jujur kali ini.

"Oh my god!" Desah Kris tak percaya. Mendudukan dirinya di samping ranjang Sehun dan memijat pelipisnya.

"Siapa saja yang kau lupakan?" Tanya Kris.

Sehun mengeryit heran. Membuat dirinya senyaman mungkin lalu menatap Kris heran.

"Aku lupakan apa? Kau aneh Kris." Ujar Sehun. Memutar bola matanya jengah lalu menatap sekitarnya.

"Yang tadi itu siapa?" Tanya Kris.

"Murid-muridku. Dan aku baru sadar kalau mereka itu kurang ajar sekali." Dengus Sehun. Merogoh kantong celananya dan menatap tajam kris.

"Apa?" Kris bertanya.

"Ponsel." Tagih Sehun. Menengadahkan tangannya dengan wajah anak setan tak tau terima kasihnya.

"Manaku tau!" Dengus Kris. Melipat kakinya lalu kembali menatap Sehun.

"Apa?" Tanya Sehun risih.

"Kau benar tak ingat apa pun?" Ulang Kris penasaran.

Decakan kesal yang ia terima, turun dari tempat tidur dan mematut dirinya di depan cermin. "Ada apa dengan kepalaku?" Gumam Sehun heran.

Kris benar-benar tak percaya, Sehun benar-benar lupa semuanya? Kenapa hanya Suzy yang tak ia ingat. Apa ini lelucon?

**

Jiyeon diam. Hanya bisa terdiam melihat Suzy yang saat ini sedang terpuruk.

Duduk diam dengan lelehan air mata dan bahu yang bergetar. Isakannya terdengar pilu. Sangat sakit.

"Hiks." Suzy makin terisak. Suasana sunyi rumah sakit makin menambah sesak dada Suzy. Meremas dada sebelah kirinya guna untuk menghilangkan sesak yang tak kunjung reda.

Perih.

"Suzy mm.." Baekhyun kehilangan kata-katanya. Menatap ke sekitar berharap ada sesuatu yang memberi pencerahan padanya. Namun hasilnya nol. Tak ada. Hanya ke sunyian di sini.

"Ya! Baek! Jangan menangis! Pria tak boleh menangis." Suzy bercetoleh, berseru seraya bergacak pinggang.

"Hiks.. aku membencinya." Baekhyun makin terisak. Menyembunyikan wajah basahnya di balik pelukan lutut kecilnya.

"Huh? Kenapa? Dia itu ayahmu Baek." Ujar Suzy, mengusap pundak Baekhyun lalu menghapus air matanya.

"Dia bukan ayahku!" Bentak Baekhyun. Berdiri dari duduknya lalu melotot dengan wajah sembabnya ke arah Suzy.

"Tak apa. Kau boleh menangis, aku berubah pikiran. Pria juga manusia, jadi aku akan menemanimu disini. Aku tak akan meninggalkanmu. Janji." Ujar Suzy. Ikut berdiri lalu memeluk tubuh Bakhyun. Mengusap punggung rapuh sahabatnya seraya membisikan kata-kata penenang.

Baekhyun diam, tak bergerak sedikitpun saat suara Suzy kembali terdengar dalam telinganya.

"Menangislah." Ujar Suzy.

Baekhyun diam. Tanpa sadar air matanya meleleh, berjalan mendekati Suzy lalu duduk di sampingnya. Tersenyum kecil lalu mulai merentangkan tangannya.

"Menagislah. Aku akan menemanimu disini. Aku tak akan meninggalkanmu. Janji." Ujar Baekhyun, mengusap punggung bergetar yang rapuh itu seraya membisikan kata-kata penenang.

Baekhyun tau kalau itu tak akan berguna, tapi setidaknya, Suzy bisa membagi kesedihannya melalui bahu Baekhyun.

Baekhyun tak peduli jika air mata Suzy akan membasahi baju skolahnya, ia benar-benar tak peduli. Bahkan Suzy rela basah-basah hanya untuk menyusulnya ke taman dalam keadaan demam dan juga hujan deras.

Kini saatnya ia membalas Suzy bukan, hanya meminjamkan bahu dan berbagi kesedihan itu tak masalah. Baekhyun tak keberetan. Dia bukan tipe manusia yang hanya ada saat waktu senangnya, walau kemarin ia akui ia melakukan hal demikian.

**

"Chanyeol? Kau kenapa?" Tanya Suzy kaget. Pasalnya ia tak sengaja melihat Chanyeol di atap sekolah, menangis dalam diam di sudut sana.

"Kau ada masalah?" Tanya Suzy lagi.

Chanyeol diam. Menghapus air matanya lalu berdiri tegap, hendak pergi meninggalkan Suzy sebelum tangan gadis itu mencekal pergelangannya.

"Jika kau ada masalah ceritalah. Aku akan membantumu sebisaku." Ujar Suzy, duduk santai di atas lantai seraya menarik pelan tangan Chanyeol untuk duduk di sampingnya.

"Aku siap mendengarkan." Suzy berucap santai dengan senyum manisnya.

"Aku, aku hampir saja membunuh ibuku." Ujar Chanyeol. Matanya kembali berkaca-kaca. Suzy kaget tentu saja, apa maksudnya dengan kata 'hampir membunuh?'

"Maksudmu?" Tanya Suzy. Merubah posisinya menjadi berhadapan dengan Chanyeol dan mengusap lelahan air mata yang mengotori pipi sahabatnya.

"Aku bertengkar dengan ayahku, aku berniat kabur dari rumah, tapi saat di tangga ibu menahan tanganku. Aku benar-benar tak sengaja mendorongnya hingga ia jatuh ke bawah. Aku benar-benar tak sengaja Suzy." Chanyeol memeluk lututnya, menangis dibalik lipatan tangannya dengan bahu yang bergetar hebat.

"Hey, ibumu akan baik-baik saja, dan juga kau tak sengaja bukan. Jangan menyalahkan dirimu sendiri Chanyeol. Ini sudah takdir, kau tak sepatutnya seperti ini." Ujar Suzy. Beringsut ke depan dan meraih kepala Chanyeol untuk ia letakan di atas bahunya. Menepuk bahu bergetar si happy virus lalu mengusap punggungnya.

"Berdoa saja supaya ibumu tak apa-apa. Dimana ibumu sekaran?" Tanya Suzy. Menghapus air mata yang mengalir deras itu lalu menarik ke dua sudut bibir Chanyeol membentuk suatu senyuman.

"Di rumah sakit." Jawab Chanyeol.

"Ingin menjenguknya?" Tawar Suzy.

Chanyeol menggeleng. Matanya kembali berkaca-kaca. Takut. Pasti.

"Kenapa?" Tanya Suzy.

"Takut, aku belum berani menampakan wajahku di sana." Ujar Chanyeol. Raut sedih jelas sekali tertera di sana.

"Aku akan menemanimu. Ayo kita bolos untuk sisa jam hari ini." Ajak Suzy. Menarik tangan Chanyeol setelah ia memberikan sebotol air mineral untuk Chanyeol, guna membasuh wajahnya.

"Kau akan kena masalah." Cemas Chanyeol.

"Persetan." Ujar Suzy.

Chanyeol membuka resleting tasnya, merogoh isinya lalu tersenyum kecil saat mendapatkan apa yang ia cari.

"Nah. Basuhlah wajahmu." Ujar Chanyeol. Memberikan botol mineral tadi lalu tersenyum lebar. Menarik kedua sudut bibir Suzy ke atas membentuk sebuah senyuman. "Ini lebih baik." Ujarnya lagi.

"Kita akan jalan-jalan setelah ini. Selesaikan acara meratapmu lalu kita bersenang-senang." Chanyeol berucap seraya mengeluarkan sapu tangannya. Menyerahkannya pada Suzy lalu tertawa kecil.

"No sad no cry!" Ujar Chanyeol.

**

"Ya! Bodoh! Apa yang kau lakukan?!" Teriak Suzy marah. Melempar pisau yang kapan saja Jiyeon inginkan akan membunuhnya secara perlahan.

"Hiks.. aku benci. Ini menjijikan!" Gumam Jiyeon. Mengusap seluruh tubuhnya dengan brutal. Berteriak marah lalu kembali meraih pisau yang tadi Suzy lempar entah kemana.

"YA! DENGARKAN AKU BODOH!" Teriak Suzy sekali lagi. Mencengkram kuat bahu Jiyeon hingga gadis itu meringis menatapnya. Air matanya menganak sungai, mengotori pipi chubby sahabatnya ini.

"Ini menjijikan, BENAR-BENAR MENJIJIKAN!" Teriak Jiyeon. Memberontak namun percuma, berteriak namun tak berpengaruh apa-apa bagi Suzy.

"Bodoh! Kau akan mati sia-sia jika seperti ini. Mana saja yang sudah di sentuh brengsek keparat itu? Katakan padaku." Ujar Suzy. Menggoyang-goyangkan bahu Jiyeon dan menatap tepat pada mata bulat yang selalu tertawa padanya itu.

"Semuanya. Aku benci tubuhku. Tak ada gunanya lagi." Gumam Jiyeon, nadanya terdengar sangat putus asa. Menunduk lalu kembali berteriak marah.

"Ayo ke taman bermain!" Ajak Suzy. Menarik tangan Jiyeon untuk segera berdiri lalu menyeretnya.

"Kenapa? Aku tidak mau!" Bentak Jiyeon.

"Kau. Harus. Mau! Kita akan membersihkan bekas keparat brengsek itu dari tubuhmu. Ayo!" Ujar Suzy menggebu-gebu. Ia juga tak mau munafik jika saat ini ia juga sedang menahan air matanya. Ikut terpuruk melihat sahabatnya yang hampir saja ah, sudahlah. Suzy tak mau lagi membahasnya.

"Aku tidak mau." Suara Jiyeon melemah.

"Tidak ada penolakan dalam kamus pemaksaanku." Dengus Suzy seraya tertawa kecil. Kembali menarik tangan Jiyeon dan tersenyum lembut padanya.

"Ayo ke taman bermain!" Ajak Jiyeon. Mengusap air matanya lalu berdiri di depan Suzy.

"Ayo kita bersenang-senang di sana. Tak ada lagi kata sedih dalam hidup kita. Ayo!" Seru Jiyeon. Menarik tangan Suzy dan mengusap air matanya.

"Chanyeol! Kita pakai mobilmu. Baek kau yang membeli tiket. Aku dan Suzy akan membeli kembang gula, balon, dan lollypop." Ujar Jiyeon. Memberi tau tugas mereka dan kembali merangkul bahu Suzy. Mengusap kepalanya lalu berjalan menuju lift. Berusaha tak menangis di depan sahabat sok kuatnya ini.

**

Suzy ternganga. Mengusap wajahnya yang basah dan juga bajunya tak ada celah kering lagi.

Brush.

"Ahahahahaha. Ini segar!" Teriak Jiyeon antusias. Berenang kesana kemari lalu tertawa keras bersama Baekhyun. Melempar kepala Baekhyun dengan sepatunya karna, manusia pendek itu menahan kepalanya di air tadi.

"Hampir saja aku mati kehabisan nafas siluman!" Teriak Jiyeon dengan nafas yang berserakan. "YA! SEPATU KU!" Teriaknya lagi saat Baekhyun membuang sepatunya entah kemana. Menatap nyalang Baekhyun lalu mengacungkan jari tengahnya.

"Kau perempuan absurd!" Ledek Chanyeol.

"Diam kau manusia jerapah bertelinga gajah!" Dengus Jiyeon murka. Keluar dari kolam renang dan memunguti sepatu mahalnya yang tergeletak tak berdaya di tengah kerumunan orang-orang. "Entah mereka temanku apa bukan." Gumam Jiyeon lalu menceburkan diri lagi ke dalam kolam.

"Seraaaaaaaang!" Teriak Jiyeon. Berlari ke arah Suzy yang hanya pasang tampang cengo di tengah kolam sana.

"Apa?" Heran Suzy. Menatap sekelilingnya dan mendapati Baekhyun serta Chanyeol yang juga berlari ke arahnya.

"YA! YA! YA! Kenapa semuanya mengarah padaku? Aku harus bersekutu dengan siapa. YA!" Suzy berteriak heboh dan berbalik badan untuk menghindar, tentunya seb-

"Hei! Tungghmppp." -belum ucapannya terpotong saat teman-temannya sudah menenggelamkannya ke dalam kolam. Lalu, melepaskan sepatu serta kaos kakinya. Kurang baik apa coba?

"fuah! Kalian benar-benar temanku!" Sindir Suzy. Mengusap wajahnya lalu berenang kesana kemari guna memunguti barang-barangnya.

"Tai!" Dengus Suzy.

Lama dalam kolam, Chanyeol sadar akan sesuatu. Suzy bukan mengusap wajahnya karna basah. Tapi..

Karena ada air lain disana.

TBC

SEE U NEXT CHAP

HAVE A NICE DAY

THANK U

DNDYP


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C39
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen