Setelah keluar dari ruang persidangan, Revo langsung menghampiri Veve yang sedang bersama papanya.
Revo : "Ve kamu gak apa – apa?"
Veve : "Iya aku baik – baik aja kok"
Revo : "Ve gue minta maaf karena udah gak becus lindungin kamu"
Veve : "Iya Revo gak apa – apa. Lagian ini semua bukan salah kamu kok"
Tak beberapa lama Revo dan Veve yang sedang berbicara, tiba – tiba Papa Veve pun datang.
Papa Veve : "Loh Ve ini siapa?"
Veve : "Ah ini Revo pa"
Revo : "Hai om. Nama saya Revo om"
Papa Veve : "Oo Revo"
Revo : "Kebetulan om ada di sini, ada yang mau saya bicarakan dengan om"
Papa Veve : "Oh apa itu Revo"
Revo : "Om di sini saya mau meminta izin pada om untuk menjalin hubungan dengan anak om, Veve. Saya memang bukan anak dari golongan atas, tapi saya akan berusaha untuk membahagiakan anak om"
Veve : "Ihh Revoo" Kata Veve dengan wajah yang sudah merah merona"
Papa Veve : "HA HA HA. Kamu ini anak yang lucu sekaligus baik Revo"
Revo : "Ha? Maksud om apa?"
Papa Veve : "Biasanya anak zaman sekarang kalau suka sama cewek pasti pada langsung nembak si cewek dan langsung pacaran, tapi ini kamu malah minta izin dulu"
Revo : "Ah.. begitu" Ucap Revo dengan nada sedikit menyesali perbuatannya.
Papa Veve : "Tapi om suka dengan keberanian kamu. Itu menandakan kamu siap mencintai dan menjaga Veve. Maka dari itu om akan merestui hubungan kamu dengan anak saya Veronica"
Veve : "Papa seriusan?"
Papa Veve : "Iya sayang"
Veve : "Makasih paa"
Revo : "Makasih om"
Setelah berbicara dengan Revo, Veve terburu – buru ingin pergi.
Veve : "Sorry Rev gue duluan ya. Ayo pa"
Revo : "Tunggu Ve kamu mau kemana?"
Veve : "Mau ke pemakamannya Valerie"
Revo : "Aku ikut bareng kamu boleh kan?"
Chaca : "Iya Ve gue juga mau ikut" Tiba – tiba Chaca dan yang lainnya pun datang menghampiri Veve.
Veve : "Ya sudah ayo"
Pemakaman
Saat ini semua orang sedang berdiri di depan makam Valerie.
Song : When The Party's Over Cover by Alex Porat
Don't you know I'm no good for you?
I've learned to lose you, can't afford to
Tore my shirt to stop you bleedin'
But nothin' ever stops you leavin'
Veve : "Maaf" Kata Veve sambil menangis
Quiet when I'm coming home and I'm on my own
I could lie, say I like it like that, like it like that
I could lie, say I like it like that, like it like that
Veve : "Maaf. Maaf. Maaf"
Semua orang yang berada di sana mulai menitikan air mata.
Don't you know too much already?
I'll only hurt you if you let me
Call me friend but keep me closer (call me back)
And I'll call you when the party's over
Veve : "Kenapa? Kenapa takdir sejahat ini? Kenapa? Hiks. Hiks. Hiks."
Papa Veve : "Valerie anak papa apa kabar kamu sayang? Apa di sana kamu senang?" Kata Papa Veve sambil merangkul bahu Veve untuk menguatkan anak semata wayangnya itu.
Quiet when I'm coming home and I'm on my own
And I could lie, say I like it like that, like it like that
Yeah, I could lie, say I like it like that, like it like that
Papa Veve : "Papa selalu di sini menjaga kakak mu dengan baik kamu jangan khawatir ya di sana. Maafkan papa karena menjadi papa yang buruk untuk kamu dan Veve" Kata Papa Veve yang kini mulai tak kuasa menitikan air mata.
Veve : "Maaf. Hiks. Hiks. Hiks"
But nothing is better sometimes
Once we've both said our goodbyes
Let's just let it go
Let me let you go
Chaca : "Hai Valerie. Gue Chaca temennya Veve. Gue juga sebenernya enggak tahu lu orangnya kayak gimana karena gue emang gak pernah ketemu sama elu secara langsung. Masalah ini lah yang membawa kita untuk berkenalan. Dari masalah ini gue tau kok lu orangnya sebenernya baik. Dari sikap Jerry yang sayang banget sama elu, gue bisa tahu kalau lu orangnya baiiik banget. Gue seneng bisa kenalan sama elu lewat masalah ini, karena apa? Karena dari masalah ini gue mulai belajar apa arti persahabatan, arti kepercayaan, saling peduli terhadap
sesama dan banyak lagi. Satu doa yang gue minta pada tuhan untuk lu adalah semoga elu bahagia di sana" Kata Chaca sambil menghampiri Veve dan merangkulnya.
Quiet when I'm coming home and I'm on my own
I could lie, say I like it like that, like it like that
I could lie, say I like it like that, like it like that
Tara : "Kami semua sayang sama lu, Valerie Lee"
Di Luar Pemakaman
Tara : "Ken lu lihat Bagas kemana?"
Kenan : "Lah masa lu gak tahu?"
Tara : "Enggak. Emang kemana dia?"
Kenan : "Dia sekarang kan udah gabung sama tim basket nasional, jadinya dia pindah ke Jakarta"
Tara : "Hah masa sih? Kenapa dia gak kabarin gue?"
Kenan : "Ya mungkin saat itu situasi dan kondisinya gak mendukung Tar makannya dia gak sempet kabarin elu dan nyuruh gue ngasih kotak ini"
Tara : "Apa isinya?"
Kenan : "Ya gak tau lah Tar. Kan ini buat lu, jadi yang boleh buka Cuma elu"
Tara : "Ya udah makasi Ken"
Kenan : "Iya sama – sama"
Rumah Tara
Saat ini Tara sedang berada di dalam kamarnya dan berniat membuka kotak pemberian Bagas. Dibukalah kotak itu yang berisi sebuah flashdisk dan sebuah kalung berbentuk love. Kemudian Tara membuka Flashdisk itu. Di dalam flashdisk itu hanya berisi video saja. Lalu diutarnya video itu oleh Tara.
"Hai Tar ini gue Bagas. Mungkin pas lu lihat video ini gue udah gak disisi lu lagi. Tapi gak apa tar, jika tuhan menghendaki kita jodoh maka kita akan bertemu kembali"
"Sabiya Taraka. Cewek paling aneh dengan sikap dan penampilannya. Cewek ini suka banget emosian, tapi dibalik itu semua gue bisa lihat kesedihan lu di kedua bola mata lu. Meskipun lu berusaha sekuat apapun buat sembunyiin semua, tapi mata lu gak pernah bisa bohong. Saat pertama kali gue lihat kedua mata lu, dari situ gue mulai timbul rasa untuk melindungi elu Tar. Meskipun lu bersikap dingin, cuek, sok tegar di hadapan gue, tapi entah garis takdir tuhan mana yang mengharuskan perasaan gue harus melindungi lu Tar"
"Gue sayang sama lu Tar sejak gue memiliki rasa ingin melindungi lu. Tapi sekali lagi rencana tuhan yang tak tertuga pun muncul dan mengharuskan kita menjadi seperti ini. Tar gue bakalan selalu berdoa sama tuhan semoga kita dapat bertemu lagi. Meskipun jarak memisahkan kita, tapi cinta gue tete buat lu kok"
"Dan lagu ini gue persembahin buat lu"
Song : Garis Terdepan Cover by Feby Putri
Bilur makin terhampar dalam rangkuman asa
Kalimat hilang makna, logika tak berdaya
Di tepian nestapa, hasrat terbungkam sunyi
Entah aku pengecut, entah kau tidak peka
Ku mendambakanmu mendambakanku
Bila kau butuh telinga tuk mendengar
Bahu tuk bersandar, raga tuk berlindung
Pasti kau temukanku di garis terdepan
Bertepuk dengan sebelah tangan
Kau membuatku yakin, malaikat tak selalu bersayap
Biar saja menanti tanpa batas, tanpa balas
Tetap menjelma cahaya di angkasa
Yang sulit tertampik dan sukar tergapai
Bila kau butuh telinga tuk mendengar
Bahu tuk bersandar, raga tuk berlindung
Pasti kau temukanku di garis terdepan
Meski hanya sebatas teman…
Huu.. huu..
Yakin kau temukan aku di garis terdepan
Bertepuk dengan sebelah tangan
Hoo… uuu… ooo….
"Sekian dari gue. My love Sabiya Taraka"
Tara : "Enggak ini gak bisa berakhir begini aja. Gue harus ketemu lu Gas. Gue juga cinta sama lu Gas. Hiks. Hiks. Hiks"
Setelah itu Tara langsung menuju rumah Kenan untuk menanyakan keberadaan Bagas.
Rumah Kenan
Pukul 23.15
Tara : "Ken. Ken. Kenannn. Ken plis lu keluar Ken"
Kenan : "Tara? Lu ngapain malem – malem ke rumah gue?"
Tara : "Ken plis bantuin gue cari Bagas. Gue mau susulin Bagas ke sana Ken"
Kenan : "Tar lu tenang dulu ya Tar"
Tara : "Gue nyesel Ken karena gue sekarang gak bisa ungkapin perasaan gue sama Bagas. Hiks. Hiks. Hiks"
Kenan : "Sekarang lu pulang dulu ya. Lu tenangin diri dulu. Gue janji bakalan bantuin lu Tar"
Tara : "Hiks. Hiks. Hiks. Makasi Ken"
Rumah Tara
Pukul 06.45
Saat ini Tara sedang menunggu kabar dari Kenan tentang di mana Bagas berada. Lalu tiba – tiba ada pesan masuk.
From : Kenan
"Perumahan Citra Garden 6, Kota Jakarta Barat"
Setelah mendapatkan pesan dari Kenan, Tara langsung bergegas menuju Jakarta untuk menyusul Bagas
Di Depan Rumah Bagas
"Ah jadi ini rumah Bagas" Batin Tara
Rumah itu terlihat lumayan besar, dengan pagar bernuansa coklat kayu dan juga bagian luar rumah yang bernuansa coklat. Saat ini Tara sedang menunggu kepulangan Bagas di depan gerbang, karena sedari tadi Tara memanggil tetapi yang punya rumah tak kunjung ke luar dan itu berarti dapat disimpulkan jika sang punya rumah sedang pergi.
Tara : "Bagas kemana sih? Sekarang udah pukul 21.00 . Gue di sini udah nunggu lama"
Lalu saat itu tiba – tiba hujan turun.
Tara : "Ah sial kenapa makek hujan segala sih. Apa gue nyerah dan pulang aja ya? Enggak Tara enggak bisa lu nyerah gini aja setelah semua kisah gue sama Bagas selama ini. Dan gue gak bakal biarin kisah ini hilang ditelan bumi"
Pukul 22.00
Hujan pun tak kunjung berhenti malah semakin deras. Tubuh Tara sudah semakin menggigil karena kedinginan. Tak lama ada sorot lampu mobil mengenai wajah Tara. Lalu keluar lah sang punya mobil.
"Tara?"
Tara : "Bagas"
Bagas : "Tar lu kok bisa ada di sini sih? Dan lu kok hujan – hujanan kayak gini. Tar lu kok gak sayang sama tubuh lu sendiri sih. Plis Tar jangan siksa gue dengan elu yang sakit. Ayo cepet ikut gue masuk"
Tara : "Gas tunggu dulu gue mau ngomong sama elu"
Bagas : "Iya kita bisa ngomong di dalam Tar"
Tara : "Enggak Gas ini gak bisa di tunda lagi. Gas gue nyesel gak balas perasaan lu"
Bagas : "Udah lah Tar ini gak usah kita bahas lagi yaa. Gue mencintai lu tulus Tar meskipun lu gak mencintai gue. Mencintai seseorang itu gak harus memilikinya Tar"
Tara : "Gas lu dengarin gue. Gue minta maaf karena gue baru menyadari perasaan ini Gas. Gue juga suka sama elu Gas"
Bagas : "Serius?"
Tara : "Iya"
Setelah mendengar pernyataan dari Tara, Bagas pun langsung memeluk tubuh Tara di bawah rintik hujan.
TAMAT.
— Bald kommt ein neues Kapitel — Schreiben Sie eine Rezension