App herunterladen
50% The Devil's Back / Chapter 10: Bab 10

Kapitel 10: Bab 10

"Jadi bagaimana?" tanya Dave menyesap minumannya. Saat ini ia tengah duduk santai mansion miliknya. Pencahayaan di sana sangatlah minim, dan hanya cahaya dari lampu meja dan perapian yang menerangi. Sosok tegap dan menakutkan tampak duduk santai di sofa single berwarna hitam.

Davero layaknya dewa kematian yang suka berdiam diri dalam kegelapan dan menyembunyikan diri di kegelapan.

"Kami belum menemukan siapa ayah dari anak itu, Bos." Kay yang berdiri tak jauh darinya mulai membuka suaranya.

Saat situasi seperti ini, siapapun enggan untuk mendekat. Baru melihatnya saja, mereka akan langsung lari terbirit-birit karena aura menakutkan yang di tunjukkan oleh Davero.

"Benarkah?" tanya nya kembali menyesap minumannya dengan tenang.

"Iya," ucap Key dengan lirikan gelisah ke arah Kay yang tampak santai.

"Aku tunggu secepatnya kabar itu!" Dave beranjak dari duduknya dan berjalan menuju ke jendela kaca yang mampu memperlihatkan area depan mansionnya yang sangat luas dan besar. Kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku celana hitamnya.

"Aku ingin semua informasi melengkap-lengkapnya. Dia harus menjadi milikku!" ucapnya penuh penekanan.

"Dave, sebenarnya apa yang kau inginkan dari wanita anak satu itu? Kenapa tidak cari wanita lain saja. Banyak sekali wanita yang menginginkanmu, bahkan putri bangsawan dari keluarga Larte sangat menginginkanmu," ucap Kay.

"Ayahmu juga menginginkan perjodohan ini untuk mempererat kerjasama perusahaan kalian. 2 perusahaan bangsawan di Indonesia," timpal Key.

Sudut bibir Dave tertarik ke atas seperkian detik saja. "Kalian tidak paham."

"Kalian tau, Dave tidak akan melakukan apa yang orang lain lakukan dan pikirkan. Davero hanya akan melakukan apa yang dia inginkan. Dan aku sangat menginginkan Agneta!"

Mendengar ucapan Dave, Kay dan Key saling adu pandang dengan kegelisahaan.

"Jangan hanya bertanya, sebaiknya gunakan waktu kalian untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang dia dan suami juga ayah dari anak itu."

Kay dan Key pun memilih pamit dari sana dengan pikiran yang berkecamuk.

Dave memejamkan matanya saat mendengar pintu tertutup. Ia menutup matanya mengingat kejadian di masa lalu.

Agneta...

Wanita itu seperti obat untuknya. Obat yang mampu menghilangkan rasa sakit, dan Dave membutuhkannya saat ini tak perduli bagaimanapun caranya, ia harus mendapatkan Agneta.

***

"Bagaimana ini Kay?" tanya Key.

Kay tampak merenung dan meneguk minumannya. Ia juga tampak memikirkan sesuatu.

Flashback

"Dave!" Kay berlari saat melihat Dave tersungkur ke tanah. Ia langsung membopong tubuh Dave dan membantunya masuk ke dalam mobilnya.

"Kenapa dia menghilang?" gumamnya tak jelas.

Kay melirik ke arah Dave yang berbicara tak jelas. Ia semakin menginjak gas mobilnya menuju apartement miliknya.

"Damn You!!!" pekik Dave.

"Dave, loe kenapa?" tanya Kay.

"Semuanya pergi, dia juga ikut menghilang."

"Dia siapa? Siapa maksud loe?" tanya Kay.

"Dia. Wanita itu ikut menghilang," gumamnya.

Kay menghela nafasnya. Nampaknya Dave mabuk berat.

Flashback off

"Angelina Jouli!!!"

"Dimana?" pekik Kay membuat Key tertawa terbahak-bahak melihat Kay yang langsung meloncat dari duduknya dengan mata yang berbinar. "Damn you!!!" pekik Kay saat tau Key mengerjainya.

"Abis bengong mulu, kayak kurang orgasme. Muka loe cengok," tawanya membuat Kay mencibir kesal dan kembali duduk di tempatnya seraya meneguk minuman miliknya.

"Apa mungkin Agneta wanita yang di maksud Dave?" gumamnya.

"Kenapa?" tanya Key.

"Gue akan ke Semarang besok. Loe pantau di sini," ucap Kay.

"Mau ngapain ke Semarang?" tanya Key meneguk minumannya.

"Udah loe ikutin saja ucapan gue," ucapnya.

"Tapi kan gue kepo, Adik kembaranku."

"Jijik gue!"

"Wah wah, si kembar akur banget di sini."

"Daffa? Wah ada angin apa seorang artis datang kemari," teriak Key membuat Daffa tersenyum simpul dan menyalami mereka berdua lalu duduk di samping Kay.

"Dimana bos kalian? Dia sulit sekali di temui."

"Dia sibuk, Bro. Kalau mau loe datang saja ke mansionnya."

"Gue juga sedikit sibuk, gue baru balik dari Bali."

"Honeymoon?" goda Key membuat Daffa terkekeh.

"Sudah terlalu sering honeymoon. Tetapi kali ini berbeda, gue bertemu cewek yang sangat spesial dan gue sangat menginginkannya." Daffa berucap dengan senyuman simpulnya.

Mereka kini memang sedang berada di sebuah club malam tempat biasa mereka berkumpul di private room.

"Semua cewek selalu spesial buat loe, Daf." ucap Kay.

"Ini berbeda serius, dia bahkan gak mau dekat sama gue."

"Seriously?" tanya Key.

"Yap," jawab Daffa. "Dan gue makin penasaran sama cewek ini."

"Hmm, rata-rata pria memang menginginkan sesuatu yang berbeda." Key berucap dan itu seakan sebuah kata kunci bagi Kay.

Ada sesuatu yang Agneta miliki hingga membuat Dave seperti ini.

***

"Bunda, om Velo baik banget. Egan senang di dekatnya," ucap Regan.

"Untuk selanjutnya jangan mau menerima tawaran dari siapapun, walaupun itu teman Bunda."

"Tapi kenapa? Om Velo gak jahat kok, dia baik sama Egan," ucap Regan.

"Kalau Bunda bilang jangan, ya jangan. Kamu paham?" ucap Agneta penuh penekanan membuat Regan ketakutan. " maafkan Bunda."

"Kalau itu buat Bunda kesal, ya udah nanti Egan gak akan mau lagi pulang sama om Velo."

Agneta memeluk Regan dengan penuh kasih sayang. Rasa ketakutan itu masih menggelayutinya. 'Maafkan Bunda, tapi inilah yang terbaik. Bunda tidak ingin kamu di rebut olehnya. Bunda tidak bisa hidup tanpa kamu, Regan sayang.'

Agneta keluar dari kamar Regan dan melihat Aiden tengah duduk di ruang tengah meneguk minumannya.

"Dia sudah tidur," ucap Agneta.

"Syukurlah," ucap Aiden. " siapa Vero itu?"

Agneta sedikit tersentak mendengar penuturan Aiden barusan. Tidak menyangka kalau Aiden akan menanyakan hal itu.

"Temannya Sonya," ucap Agneta tanpa menoleh pada Aiden. Ia tak handal berbohong jadi ia memunggungi Aiden dengan meneguk minuman yang tertata di atas meja makan.

"Sepertinya sudah akrab dengan Egan," ucap Aiden.

"Hmm,"

"Baiklah sayang, aku harus kembali. Egan sudah aman," ucap Aiden memeluk tubuh Agneta dari belakang dan mengecup kepalanya.

"Aku antar kamu ke depan," ucapnya beranjak lebih dulu meninggalkan Aiden.

Aiden berjalan mengikuti Agneta keluar rumah dan menarik lengan Agneta hingga tubuh Agneta tertarik dan menabrak dada Aiden.

Agneta menengadahkan kepalanya menatap manik mata teduh milik Aiden. "Beristirahatlah," ucap Aiden mengecup bibir Agneta.

Tanpa mereka sadari, sosok tajam dengan tatapan yang menyala memperhatikan mereka dari dalam mobil. Kedua tangannya mengepal kuat mencengkram setir mobil.

"Aiden!"

***


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C10
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen