App herunterladen
88.88% Bidadari Pilihan Tuhan / Chapter 8: Pengalaman beranjak dewasa

Kapitel 8: Pengalaman beranjak dewasa

Hari hari yang kami alami (saya dan tia) terasa indah walaupun saat itu pertemuan terasa sulit karena rasa takut dan malu masih menyelimuti perasaan kami, rasa takut karena saat itu kami blum mau tepatnya sih hubungan kami blum siap ter expos oleh teman teman yang lain, rasa malu karena kami (saya dan tia) memang benar benar tidak tau bagaimana cara orang menjalani hubungan pacaran. Tetapi walaupun cuma dengan memandang hati ini sudah terasa sejuk yang membuat senyum di antara kami mengembang seakan akan sengaja untuk saling memikat.

Pada suatu hari rasa rindu ingin bertemu tidak bisa terbendung sehingga otak ini terus berputar mencari cara untuk menyampaikan hajat itu, karena saat itu kami khususnya anak kampung blum memengang alat telekiminikasi canggih (HP), walaupun saat itu Hp sudah ada tetapi yang punya hanya sebatas orang yang berada, satu satunya alat penghubung adalah media surat saja, sehingga hari itu "Ari membuat keputusan untuk membuat sepucuk surat singkat yang berisikan kalimat ucapan rasa rindu dan keinginan untuk bertemu di sebuah tempat yang sudah saya tentukan yakni di salah satu rumah teman saya yang kebetulan rumahnya tidak begitu jauh dengan rumah "Tia. Setelah Surat itu jadi kendala di pikiran itu muncul, bagaimana caranya (ari) untunk memberikan sepucuk surat itu kepada"Tia..

Sampai jam pulang sekolah ide untuk memberikan surat itu belum ada, Ari berjalan dengan santainya sambil fikiran masih menerawang, dia baru tersadar setelah mendengar suara yang tak asing di depannya yakni suara "Tia. setelah memastikan bahwa di depannya itu adalah "tia. Ari spontan mendapatkan ilham, kenapa saya tidak kasih saja dia langsung sekarang, Kebetulan saat itu "tia berjalan berendak bertiga bersama temannya dan "tia pisisinya di samping kanan, dengan lagak slengeannya Ari berjalan mendekati "tia, saat pas di samping nya (tia) Ari menggam tangan "tia dan di dalam genggamannya ada sepucuk surat, Sontak saja "tia sedikit kaget dan langsung menoleh kearah Ari yang tetap berjalan dan melihat kedepan seolah olah tidak terjadi apa apa, "tia menyadari ada lipatan kertas di tangannya dan membuat pikirannya langsung mengerti akan maksut dari tingkah Ari.. benar saja teman teman "tia tidak mengetahui apa yang sedang terjadi karena kejadiannya begitu cepat dan Ari segera mempercepat jalannya meninggalkan mereka..

Sesampai rumah "tia langsung membuka surat yang di berikan Ari tadi, dengan hati berdebar dan di dukung dengan rasa bahagia karena rasa rindu juga melandanya, "Tia membaca surat tersebut

♡Rasa rindu melanda hati yng slalu ada bayanganmu semoga rindu itu ada di kalbumu♡ aku tunggu kamu nanti setelah shalat maghrib dirumah "RIO" smoga rasa rindu itu mempertemukan kita.

Itulah sedikit kalimat isi surat dari Ari tetapi membuat "Tia langsung terdiam karena memikirkan niat hati Ari yang ingin bertemu sedangkan di hati "tia ada sedikit rasa takut karena dia tidak pernah melakukan pertemuan dengan laki laki secara diam diam.

"Rio" adalah salah satu teman bermain Ari, mereka cukup akrab walaupun beda sekolah.

--------------------------------------------------------------------

Di waktu yang sudah ditentukan Ari sudah berada di lokasi yakni di rumahnya Rio yang sebelumnya Ari sudah mengungkapkan niatnya pada "Rio untuk bertemu dengan "tia di rumah itu, Karena Rio memang teman dekat Ari, Rio memberikan izin karena dia juga ikut seneng karena sahabatnya yang satu ini yakni Ari mempunyai gadis pujaan yakni sosok wanita yang di kenal, kebetulan di malam itu rumahnya Rio juga sepi karena orang tua Rio pergi kerumah salah satu kerabatnya .

"Ari menunggu dengan perasaan campur aduk yang jelas harapan smoga "Tia datang menemuinya selalu terucap di doa dalam hatinya. Di saat Ari terdiam di dalam lamunannya dia terkesiap dengan suara Rio yang memanggil namanya

"Rio.... Ari Tia udah datang ni.. kebetulan saat itu Ari berada di dalam kamar tidur Rio dan memang Rio sudah merencanakan kalau dia yang akan menunggu Tia di luar dengan tujuan supaya tidak ada kecurigaan jika ada orang yang melihat Tia datang kerumahnya.

Dengan hati berdebar bercampur rasa bahagia Ari membuka pintu kamar dengan penuh semangat.. Benar saja di luar yang kebetulan kamar tempat Ari tadi berhadapan langsung dengan ruang keluarga rumah tersebut.. Rio dan tia duduk di sebuah tikar tradisional yang sengaja di siapkan oleh rio dan memang hanya itu yang ada.. Ari berdiri tanpa sadar tingkah groginya di lihat oleh temannya (rio)

wey..bro kenapa memamatung begitu,? Ari terkesiap mendengar perkataan yang di lontarkan rio tadi membuat Ari tersadar dan langsung replex duduk di depan mereka . Rio memang sahabat yang penuh pengertian sambil mengerdipkan sedikit matanya pada Ari rio pergi dengan alasan mau membeli rokok, suasana hening tercipta karena tidak ada suara yang keluar dari Ari maupun Tia, yang ada hanyalah suara nafas halus yang tercipta oleh rasa gugup yang mereka (ari dan tia) rasakan. Mata mereka saling bertemu seolah masing masing tatapan mengungkapkan rasa rindu yang mereka rasakan, Tangan Ari bergerak mengambil tangan Tia yang diam menerima tangan Ari yang serasa lembut bahkan mungkin paling lembut diantara tangan yang pernah di pegang, maklum saja namanya juga orang yang lagi sama sama di dera parasaan cinta smuanya pasti akan terasa indah dah enak.

~~~~~~~~~~~♡♡♡♡♡♡♡♡~~~~~~~~~~


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C8
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen