"Turunlah."
Satu kata yang sederhana dan singkat.
Ia berbicara dengan nada suara yang biasa digunakannya. Tetapi pada saat seperti ini, Li Beinian masih bisa mendengar sedikit amarah dalam suara itu.
Tubuh Li Beinian sedikit gemetar yang tidak terlalu nampak dengan jantungnya yang seperti akan mati rasa dan berusaha meringkuk ke dalam.
Mu Xichen membungkuk untuk menatapnya dengan tatapan mata hitamnya yang mendalam dan wajah yang terlihat tenang, tetapi sejak awal sudah ada ombak yang bergejolak dalam sorot mata pria itu.
Li Beinian tidak bisa menahannya dan membuka mulutnya, "Apa yang ingin kamu lakukan?"
Padahal Li Beinian ingin membentaknya dengan percaya diri. Tetapi saat melontarkan pertanyaan itu, suaranya terdengar sangat kecil hingga terasa kasihan.
Mendengar pertanyaan ini, Mu Xichen menegakkan pinggangnya dengan cepat dan membuka kantong kertas yang senantiasa dia pegang di tangannya.