Pagi itu, Marino berangkat ke kantornya agak lebih pagi daripada biasanya.
Bahkan, ia lebih memilih untuk membeli sarapan di kantor ketimbang harus bertatap muka dengan Velina di meja makan!
Rupanya, Marino masih agak sedikit mendendam dengan kejadian semalam, namun, ia sama sekali tak dapat berbuat apa-apa, huft…
Namun, di lain sisi, Marino juga tak berani melawan Velina dengan berlebihan, karena ia tak tahu hal lebih gila apa lagi yang sanggup dilakukan oleh adiknya itu apabila dia benar-benar murka.
"Kenapa terdengar suara berisik sekali di luar? Memangnya mau ada balapan atau bagai mana?" Tanya Franco dengan tidak suka, sambil ia menyuapkan roti panggangnya ke dalam mulutnya, langsung dengan tangannya, tidak mengunakan peralatan makan.
"Iya, tumben sekali," Ucap Nadine, menimpali perkataan ayahnya.
Sementara itu, Velina, yang mengerti apa yang sedang terjadi, menyunggingkan sebuah senyuman tipis.
Yah, Nico cuma bisa pasrah punya cucu2 yang sifatnya macam permen Nano2 :D