Velina sampai di rumah jam lima sore. Susana sudah sangat ramai oleh para pekerja yang sibuk dengan tugas mereka masing-masing. Dia melihat Nadine, adiknya itu tengah rapat melalui video konferensi di ruang tengah menggunakan earphonenya. Selain Nadine, dia tidak melihat siapapun lagi.
Hari ini adalah hari ulang tahun Nico Marcello, pemilik perusahaan investasi raksasa bernama Val Capital. Sebenarnya, Eyang Velina tak ingin ulang tahunnya dirayakan dengan sangat mewah, namun, mengingat indentitasnya yang sangat penting, banyak orang memaksa ingin merayakan hari ulang tahunnya.
Seperti biasa, Siapapun yang merayakan ulang tahun di rumah, pasti akan selalu mengundang anak-anak dari Rumah Asuh Valerie, yang merupakan rumah panti asuhan binaan almarhumah ibu Velina, Valerie Al Ghazali.
Semua anak yang tinggal di Panti Asuh Valerie disekolahkan, dan mereka yang memiliki nilai terbaik didukung untuk melanjutkan sekolah mereka sampai ke jenjang yang paling tinggi. Sudah ada ratusan anak-anak panti yang berhasil menyelesaikan pendidikan mereka, meraih gelar bergengsi, dan memiliki pekerjaan bagus dengan bayaran tinggi. Tak sedikit dari mereka yang memilih untuk mendedikasikan hidup mereka untuk bekerja di anak-anak perusahaan Val Capital, berapapun bayarannya.
Mereka juga diperbolehkan untuk memanggil Tuan Nico dengan sebutan 'Eyang' dan juga memanggil ayah Velina dengan sebutan 'ayah'. Sama seperti Velina bersaudara. Namun, mereka hanya diperbolehkan memanggil mereka dengan sebutan seperti itu jika mereka sedang berada di dalam satu komunitas yang sama. Di luar itu, mereka akan bersikap layaknya tidak kenal. Hanya beberapa orang yang memang bekerja sebagai ajudan-ajudan mereka diperbolehkan bersikap lebih akrab.
Hal ini dikarenakan, identitas Nico Marcello yang spesial, seorang tokoh masyarakat yang paling disegani di masyarakat luas, sekaligus tokoh politik yang selalu mencoba untuk bersikap netral diantara dua sayap. Di tambah dengan uangnya yang tak terbatas dan pengaruhnya sampai ke mancanegara, bahkan presiden sekalipun akan berpikir dua kali untuk menyinggungnya.
"Kak Velina!" seorang gadis muda berlari kecil menghampirinya dengan seikat bunga liar di tangannya. Velina menoleh, dan sedikit membungkuk untuk menepuk kepala gadis itu. "Ini hadiah ulang tahun untuk eyang!" ucapnya dengan bangga, memamerkan buket bunga liar yang harum.
"Nanti kamu kasih sendiri ya!" ujarnya sambil tersenyum. Dia melirik rok gadis itu yang tersobek sedikit. "Lain kali hati-hati ya, tuh lihat rok mu kan jadi sobek!" lanjutnya, sambil menunjuk ke teras belakang dan menyuruh gadis itu untuk pergi kesana untuk bergabung dengan yang lainnya.
Di luar kompleks rumah, para penjaga mengawasi sekitarnya dengan lebih ketat. hari ini adalah hari yang sangat penting. Tak heran akan ada orang yang berniat tidak baik pada keluarga Marcello.
Marino telah memasang CCTV jarak jauh dengan teknologi Al terbaru. Tidak mungkin dapat diretas oleh para peretas bayaran, hal ini dikarenakan Marino sendiri adalah peretas terbaik Val Capital. Sayangnya, meskipun jenius, Marino malas luar biasa. Ia lebih memilih untuk mengurusi talent agency dan rumah produksi milik ibunya yang sudah tiada daripada sibuk bermain dengan angka.
Tak lama, malam pun tiba. Para tamu mulai berdatangan dengan membawa kartu undangan. Tak seorangpun tamu diijinkan masuk tanpa menunjukkan kartu undangan tersebut. Banyak orang berusaha untuk turut menghadiri perayaan malam itu, karena mereka tahu, orang-orang dari seluruh pelosok negeri dan negara tetangga akan datang untuk menghormati tuan Nico Marcello dan membangun hubungan bisnis dengan mereka.
Tak sedikit orang yang berusaha menjadi pendamping tamu meskipun mereka harus membayar dengan harga yang sangat mahal. Karena mereka tahu, begitu mereka menghadiri pesta tersebut dan berkenalan dengan vendor-vendor asing, maka uang yang tak terhitung jumlahnya akan masuk ke dalam kantong mereka.
Velina menatap keluar dari jendela kamarnya. Suasana di luar sudah sangat ramai sekali, para tamu berdandan dengan sangat mewah, para pria memakai setelan jas buatan khusus, dan para wanitanya mengenakan gaun-gaun yang mewah, malah hampir tak ada bedanya dengan acara penghargaan televisi bergengsi.
Dengan kaki yang dibungkus oleh sepasang sepatu hak tinggi runcing berwarna perak yang dihiasi oleh kristal swaroski, Velina berjalan anggun keluar dari kamarnya, menuju kamar Nico Marcello dan mengetuk pintu kamarnya dengan pelan.
Nico Marcello membuka pintu kamarnya dan terperangah bahagia, menatap cucunya yang sangat cantik elegan. rambutnya disanggul keatas bergaya french twist dengan sebuah tusuk konde berhiaskan berlian dan mutiara laut warisan almarhumah neneknya.
"Tuan Nico Marcello, ijinkan saya yang rendah ini untuk menjadi pendamping anda" ucap Velina dengan tersenyum, badannya agak dibungkukkan sedikit layaknya seorang gentleman.
Nico Marcello tersenyum bahagia, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, ia menggamit lengan Velina, sambil mengangguk tertawa-tawa. Mereka berdua pun pergi untuk menyambut para tamu yang sudah berkenan hadir di acara perayaan ulang tahunnya yang ke-75.
Hiyaaaaaa!
Sampai detik ini Velina masih belum sadar jika diluar sana dia memiliki seorang pengagum rahasia!
Ulala... kira-kira siapa ya orangnya? kasih tau enggak ya? hihihi (・∀・)