Kapitel 38: Tiga Puluh Delapan

Mendengar pertanyaan Anala, Jaeta langsung menatap dengan tajam, "kenapa kamu bertanya seperti itu? Kamu meragukanku?"

Anala menggigit bibir bawahnya sekilas lalu merunduk karena enggan menatap mata Jaeta, "kita terkesan sangat santai, jujur aku menyukainya, namun disisi lain aku takut jika ini hanya main-main.

"Apa karena hubungan kita sembunyi-sembunyi?" Jaeta mulai menebak penyebab utama kegelisahan gadis disampingnya ini. 

"Bukan seperti itu!" dengan cepat Anala menyanggah ucapan Anala, "jangan salah paham, aku ngerti posisi kamu. Aku hanya memastikan perasaan kita secara pribadi saja."

Jaeta menghela napas pendek sambil menggenggam tangan kiri Anala yang ada disebelahnya, ia memperhatikan genggaman tangannya dan Anala dengan latar pemandangan didepan mereka. Disisi lain Anala coba menebak apa yang dipikirkan Jaeta dengan memperhatikan ekspresi pria itu.