App herunterladen
8.08% Subarashii Classroom: Kelas Aneh! / Chapter 30: Murid Baru

Kapitel 30: Murid Baru

(POV Emili)

"Perkenalkan! Namaku Emili. Mulai sekarang aku akan belajar di kelas ini. Mohon bantuannya semua!" kataku sambil membungkukkan badan.

Jadi, ini ya kelas aneh itu? Rasanya tidak ada bedanya dengan kelas yang lain, mereka semua tampak seperti murid biasa.

"Baiklah, silakan duduk di bangku yang kosong Emili." Jui-sensei mempersilakanku duduk.

Bangku yang kosong tinggal ada 1, sisanya sudah penuh. Aku duduk di bangku paling belakang, di barisan yang dekat dengan pintu keluar.

Setelah aku duduk, jam pelajaran langsung dimulai.

***

Sekarang jam istirahat sudah hampir habis. Aku masih duduk sendirian, tidak ada yang mengajakku mengobrol atau berkenalan.

Kok, gak ada yang datang menyapaku, ya? Aku murid baru loh, masa dicuekin. Apakah anak-anak di kelas ini memang sombong semua?

Besoknya, aku berinisiatif untuk memulai pembicaraan. Aku mendatangi seorang lelaki yang sedang duduk sendirian di bangkunya, kalau tidak salah namanya Gen.

"Halogen!" sapaku dengan semangat.

"Pergi! Jangan menggangguku, aku lagi sibuk. Kalo berani dekat-dekat lagi, aku akan memukulmu!" kata Gen membentak. Aku hampir menangis, Gen benar-benar menyeramkan. Padahal kemarin dia terlihat sangat ramah. Aku pun mengurungkan niat dan kembali duduk di mejaku.

Besoknya lagi aku mencoba sesuatu yang baru. Aku ingin membuat lelucon.

"Sera, ini buatmu." Aku menyerahkan sesuatu setelah Sera menutup bukunya.

"Ini kan sedotan bekas, buat apa?"

"Aku tidak tahu, tapi tolong terimalah."

"Oh, ok. Terima kasih," kata Sera tanpa berekspresi.

Loh, dia kok gak ketawa sih? Mana ada cewek yang mau nerima hal gak penting seperti sedotan bekas. Kok malah dia terima, sih?

"Ehm, anu Sera, aku—"

"Maaf, aku mau keluar sebentar. Daah..." Sera pergi meninggalkanku.

Yah... aku dicuekin lagi.

Tidak, tidak. Aku tidak boleh menyerah, pasti ada satu orang yang mau jadi temanku di kelas ini. Akhirnya, aku mencoba mendekati semua anak Kelas 1-F satu persatu.

"Halo Ota," kataku sambil tersenyum. Ota malah lari ketakutan.

"Maggiana, mau ke mana?"

"Akemiiiiii!!!!!!" Maggiana juga malah pergi menuju Akemi.

"Hide, kamu sedang apa?"

"Aku membencimu Emili," ucap Hide dengan muka datar.

Semua anak di sini benar-benar mengacuhkanku.

Setiap kali aku bertanya, Akemi hanya membalas dengan senyuman. Ketua kelasnya juga sama saja. Kensel malah menatapku sinis setiap kali aku mendekat padanya.

Huft!!! Aku benar-benar dikacangin nih...

Sekarang tinggal 1 anak lagi yang belum aku dekati. Menurutku, anak ini yang paling tampan di Kelas 1-F. Mukanya khas Eropa dengan sedikit bumbu Jepang.

"Halo Lev apa kabar?" Aku menyapanya dengan lembut.

"Oh, aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu Emili?" Dia balik menyapaku.

Waah, aku sangat senang, akhirnya ada juga yang mau berbicara denganku.

"Aku juga sehat kok, hehehe."

"Baguslah kalau begitu."

Setelah itu, aku sering cari-cari kesempatan agar bisa mengobrol lagi dengan Lev. Kalau dia sedang bersama Roman dan Hoshi, aku tidak bisa mengajaknya mengobrol. Aku hanya mengajak ngobrol Lev ketika dia sedang sendirian.

Selama dua minggu berada di Kelas 1-F, temanku hanya Lev saja. Hanya dia yang mau berteman denganku, yang lain sombong semua. Tapi, tidak masalah. Walau temanku hanya satu, tapi aku merasa nyaman ketika bersamanya.

Suatu sore ketika pulang sekolah, Lev mengatakan sesuatu padaku.

"Emili, mulai besok kamu akan betah di kelas ini," kata Lev, lalu tersenyum.

"Eh? Gimana maksudnya?" tanyaku yang tidak paham perkataan dari Lev.

"Karena nanti malam bakal hujan, besok kamu akan mengerti."

Aku tidak mengerti sama sekali apa yang dikatakan Lev, aku hanya mengangguk saja.

***

Ternyata, yang dikatakan Lev benar. Besoknya, sikap anak Kelas 1-F berubah 180 derajat.

"Halo Emili, ke kelas bareng yuk!" Nana menyapaku di lorong sekolah.

"Oh, i-iya ayoo." Aku agak grogi

Waah senangnya, sekarang Nana sudah tidak cuek lagi.

Aku pun berjalan bergandengan tangan dengan Nana menuju kelas.

Ketika tiba di kelas, ternyata ada seorang gadis yang berdiri di depan. Aku baru pertama kali melihat gadis itu, mungkin dia anak baru sepertiku.

Ketika aku duduk di bangku, gadis itu mulai berbicara.

"Emili, sebagai ketua kelas aku mau berbicara sesuatu. Aku mewakili semua anak Kelas 1-F, ingin meminta maaf. Selama sebulan ini, kami telah mengawasimu. Kami takut, kalau kamu adalah mata-mata yang ingin memanfaatkan kami. Jadi kami pura-pura mengacuhkanmu. Sekali lagi kami semua minta maaf." Gadis itu membungkuk.

"Loh, bukannya ketua Kelas 1-F itu Roman, ya? Kamu siapa? Murid baru?" tanyaku yang keheranan.

Semua anak tertawa.

"Tidak, aku bukan murid baru. Aku Roman. Aku jadi perempuan karena kekuatan anehku." Gadis itu menjelaskan.

Untuk sejenak aku terdiam.

Oh, iya aku baru ingat. Dulu aku pernah lihat di TV tentang cowok yang kalau hujan berubah jadi perempuan. Ternyata dia orangnya.

"Tidak. Dia bukan Roman. Dia adalah Lemon." Hoshi berteriak.

Semua anak tertawa lagi. Kelas mendadak jadi heboh.

Setelah itu, semua anak mendatangiku, mereka semua meminta maaf satu persatu. Aku tersenyum bahagia, dan menerima permintaan maaf dari mereka. Untung aku ini cewek strong. Kalau tidak, mungkin aku sudah pindah kelas sejak lama, hehehe.

"Oh iya, yang kepalanya bisa menyala siapa, ya?" tanyaku

Hoshi langsung mengangkat tangan. Aku menoleh ke arahnya.

"Aku mencintaimu Emili," kata Hoshi. Kepalanya menyala.

"Maaf Hoshi. Tapi, aku sudah suka sama lelaki lain."

"Eh. Enggak, aku cuma berbohong. Lihat, kepalaku akan menyala kalau berbohong," kata Hoshi sambil menunjuk kepalanya yang menyala.

"Oh iya, aku lupa, hehehe."

"Makanya jangan kegeeran woy!"

Padahal selama ini, Hoshi itu anaknya sangat pendiam, kok tiba-tiba jadi banyak ngomong, ya? Oh, mungkin dia sengaja jadi pendiam, agar kepalanya tidak menyala dan ketahuan olehku. Hahaha kasihan sekali dia.

Aku baru ingat, ini adalah kelas aneh, setiap anak mempunyai kekuatan anehnya masing-masing. Ternyata selama ini mereka menyembunyikannya, karena curiga aku adalah mata-mata. Syukurlah, sekarang aku bisa berteman dengan mereka.

"Aku kan sudah bilang. Emili itu bukan mata-mata, kamu sih ngeyel. Nona Lemon," keluh Lev.

"Iya iya, aku minta maaf, orang normal," balas Lemon dengan sedikit kesal.

***

Ketika istirahat semua anak perempuan mendatangi mejaku, mereka mengajakku makan ke kantin. Semua mencoba mengakrabkan diri denganku. Tentu saja, aku merasa sangat senang. Aku tidak balas dendam atau apa, aku menerima ajakan mereka dengan senang hati.

Lama kelamaan, aku hampir akrab dengan semua anak Kelas 1-F, termasuk anak laki-laki. Yang paling akrab denganku tentu saja Lev. Malahan sepertinya, aku sekarang jatuh cinta kepada Lev. Dia sangat dewasa dan bisa diandalkan. Wajahnya cakep pula. Kok bisa ya, cewek di kelas ini gak ada yang tertarik pada Lev? Padahal cewek kelas lain banyak yang ngantri.

Meski cukup dekat, aku tidak tahu apakah Lev sudah punya pacar atau belum. Aku masih malu menanyakannya.

"Emili!" Seseorang menepuk pundakku. Ternyata dia Lev.

Aku langsung menoleh.

"Iya, ada apa Lev?" tanyaku.

"Gapapa. Hanya ingin menyapamu. Aku pulang duluan, ya," ucap Lev seraya pergi meninggalkanku.

Kok langsung pulang sih? Padahal aku masih ingin mengobrol dengan Lev.

"Tunggu!" Dengan refleks aku memegang tangannya.

...

...

...

"Kamu siapa, ya? Kok pegang-pegang tanganku?" tanyaku pada lelaki asing di depanku.

Dia tertunduk lesu.

Tidak. Ternyata aku yang sedang memegang tangannya. Aku langsung melepas genggaman tanganku dari dia.

"Maaf," ucapku pelan.

Lelaki itu terlihat bersedih. Dia pergi meninggalkanku.

Siapa ya, lelaki itu?


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C30
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen