App herunterladen
0.3% You Are Mine, Viona : The Revenge / Chapter 3: Pria bernama Fernando

Kapitel 3: Pria bernama Fernando

Bunyi alarm membangunkan Viona dari tidurnya pukul lima pagi, ia sudah mulai bekerja hari ini jadi ia harus bangun lebih pagi karena harus mengejar kereta bawah tanah untuk sampai ke tempat kerjanya yang membutuhkan waktu satu jam.

Viona mengeluarkan sereal dari tempat penyimpanan dan mengambil susu dari kulkas, ia memilih sarapan menggunakan sereal supaya lebih praktis dan tak memakan waktu yang lama apalagi dia harus merapikan apartemennya sebelum ditinggal berangkat kerja.

Setelah selesai bersiap-siap Viona berangkat ke tempat kerjanya dengan berjalan kaki bersama dengan para pekerja lainnya yang berangkat ke kota, seharusnya Viona tinggal di dekat tempat kerjanya untuk menghemat waktu. Tapi karena ia sudah terlanjur membayar sewa selama satu tahun mau tak mau Viona harus rela bangun setiap pagi untuk mengejar kereta. Di Dalam kereta penumpang tak terlalu banyak sehingga Viona bisa beristirahat sejenak sebelum mulai bekerja, setelah menempuh perjalanan selama empat puluh lima menit akhirnya Viona turun di stasiun dekat tempat kerjanya.

"Ok Vio, you can do it!"ucap Viona dalam hati ketika keluar dari stasiun bawah tanah mencoba untuk memberikan semangat pada dirinya sendiri.

Beberapa pekerja dan pelajar nampak berlalu lalang di depan stasiun, sebagai ibukota tentu saja Ottawa menjadi kota yang sangat sibuk dan menjadi daya tarik tersendiri untuk masyarakat untuk mengadu nasib disini. Ini juga yang menjadi alasan Viona memilih untuk mencari pekerjaan disini.

"Pagi nyonya,"sapa Viona lembut kepada nyonya Lauren pemilik laundry tempatnya bekerja.

"Oh kau sudah datang, baguslah ayo masuk," ucap nyonya Lauren datar alih-alih membalas sapaan dari Viona.

Nyonya Lauren membuka kunci toko laundry-nya dengan bantuan Viona tak lama kemudian toko itu berhasil dibuka, Viona langsung masuk ke dalam untuk menyalakan lampu dan ac supaya udara tidak terlalu pengap. Viona sudah mempelajari hal-hal yang harus dilakukannya sebelum para pelanggan datang, nyonya Lauren tersenyum melihat karyawan barunya lumayan cekatan dan terampil.

Saat hari mulai siang para pelanggan satu persatu berdatangan untuk mencuci pakaian mereka di laundry koin tempat Viona bekerja, Viona dengan cekatan melayani permintaan para pelanggannya ketika meminta diambilkan detergen atau keranjang tempat pakaian. Bekerja ditempat seperti ini benar-benar membutuhkan fisik yang kuat, untung saja Viona sudah terbiasa bekerja sewaktu masih tinggal di panti jadi pekerjaan ini tak terlalu mempersulit dirinya.

"Ini untukmu Vio," ucap nyonya Lauren pelan saat menyerahkan dua potong sandwich ke arah Viona.

"Terima kasih nyonya," jawab Viona penuh syukur.

Viona dan nyonya Lauren menikmati makan siang ketika para pelanggan sudah tak terlalu banyak.

"Kenapa kau mau ambil pekerjaan kasar seperti ini Vio?"tanya nyonya Lauren penasaran.

"Saya butuh pekerjaan apa saja yang bisa saya lakukan nyonya, selagi itu halal tak masalah untuk saya," jawab Viona jujur.

"Kau masih muda dan cantik maksudku 

, aku bisa melihat tadi banyak pelanggan pria yang memperhatikanmu," ucap nyonya Lauren kembali.

"Siapa yang mau mempekerjakan seorang tamatan sekolah menengah seperti saya Nyonya," Viona menjawab lirih.

Nyonya Lauren terdiam mendengar ucapan Viona, memang sangat sulit mencari pekerjaan dewasa ini apalagi kalau pendidikan rendah. Viona menikmati makan siang yang diberikan oleh atasannya dengan cepat karena tak mau membuat para pelanggan menunggu.

"Saya lanjut bekerja Nyonya,"ucap Viona pelan ketika selesai menghabiskan makannya.

"Ok."

Viona langsung membantu para pelanggan yang membutuhkan bantuannya untuk mengambilkan beberapa keranjang baru, nyonya Lauren tersenyum melihat semangat Viona. Saat Viona sedang bekerja masuklah beberapa orang berpakaian rapi mengawal seorang laki-laki yang menggunakan mantel berwarna abu-abu tengah membawa satu kantong pakaian.

"Nyonya Lauren saya minta ini dicuci dalam waktu satu jam seperti biasa," ucap pria misterius itu datar.

"Baik tuan Fernando," jawab nyonya Lauren dengan cepat.

Nyonya lauren segera mengambil kantung pemberian laki-laki yang bernama Fernando yang ternyata berisi sebuah mantel berwarna hitam yang terlihat mahal, nyonya Lauren mengerjakan sendiri pakaian itu dengan hati-hati. Viona hanya terdiam di tempatnya, di meja kasir memperhatikan rombongan orang yang baru datang itu. Tak lama kemudian mantel milik pria misterius itu selesai , nyonya Lauren benar-benar melakukan pekerjaannya dengan cepat dan rapi.

"Ini sudah selesai tuan," ucap nyonya Lauren ketika menyerahkan mantel.

"Terima kasih," jawab pria bernama Fernando itu seraya menyerahkan uang 100 dollar.

Pria itu melangkah keluar meninggalkan laundry diikuti para pengawalnya, dia bahkan sempat melirik ke arah Viona yang memang sejak tadi memperhatikannya. Viona bergidik saat membayangkan bagaimana pria itu tersenyum ketika melihatnya .

"Nyonya pria tadi itu siapa?"tanya Viona penasaran ketika laundry sudah sepi.

"Pria mana? pelanggan disini rata-rata pria Vio," jawab nyonya Lauren dengan cepat sambil menghitung uang.

"Pria dengan empat orang pengawal tadi yang datang hanya untuk mencuci satu buah mantel," ucap Viona kembali.

"Oh itu namanya tuan Fernando dia masuk kualifikasi calon suami idaman 2019,"ucap nyonya Lauren centil.

Nyonya Lauren kemudian menceritakan siapa sosok Fernando yang ternyata merupakan ayah tunggal dari seorang gadis kecil bahkan sang ibu dari anaknya pun saat ini tak ada yang mengetahuinya , pihak keluarganya menutup rapat-rapat identitas wanita itu.

"Orang kaya aneh-aneh ya nyonya," celetuk Viona menanggapi cerita atasannya.

"Ya begitulah, mereka sangat mempesona dan menakutkan disaat yang sama, " ucap nyonya Lauren.

Jam tujuh malam laundri sudah tutup nyonya Lauren menyerahkan kunci duplikat pada Viona.

"Pulangnya hati-hati Vio," pesan nyonya Lauren ketika berpisah dengan Viona di depan stasiun.

"Baik nyonya, sampai jumpa besok,"jawab Viona dengan tersenyum sambil melambaikan tangannya pada nyonya Lauren.

Viona meneruskan perjalannya masuk kedalam stasiun untuk menunggu keretanya datang. Hari ini pekerjaannya tidak terlalu melelahkan tapi ia ingin segera sampai di apartemen karena ingin segera istirahat, setelah menunggu selama hampir tiga puluh menit akhirnya kereta Viona datang.

Di dalam kereta lumayan penuh karena banyak pelajar yang pulang setelah bermain kriket terlihat dari barang bawaan mereka yang banyak, Viona berdiri di samping tiang karena tak ada bangku yang kosong. Tak lama ada seorang pelajar pria yang memberikan tempat duduknya pada Viona, mereka berbincang cukup lama sang pelajar sempat meminta nomor hp pada Viona tapi Viona masih enggan memberikan akhirnya dia memilih memberikan nama akun media sosialnya agar mereka bisa saling berkomunikasi.

"Terima kasih Andrew, aku turun di stasiun ini,"ucap Viona ramah teman barunya yang bernama Andrew.

"Nanti malam kita teruskan obrolan kita bisa kan?"pinta Andrew terlihat serius.

"Ok, aku duluan,"pamit Viona dengan tersenyum.

Beberapa pelajar lain teman Andrew tampak menggoda Andrew ketika Viona turun. Andrew melambaikan tangannya ketika pintu kereta tertutup.

"Vio!!"

Teriak seorang pria di belakang Viona.

"Kak Lexi,"ucap Viona kaget ketika melihat orang yang memanggilnya.

"Baru pulang? Ayo kita jalan bersama,"ucap Lexi pelan. "Aku tinggal di apartemen yang sama denganmu," imbuh lexi dengan senyum penuh misteri.

"Lho kakak tinggal di apartemen yang sama denganku? Sejak kapan kak?" tanya Viona kaget.

"Mulai hari ini, tadi pagi aku sudah masuk. Kamarmu nomor 6002 kan? Kamarku nomor 6010," jawab Lexi dengan cepat.

"Berarti kita berhadapan kak,"ucap Viona spontan.

"Iya, makanya ayo pulang hari sudah semakin dingin," ajak Lexi pada Viona, Viona mengangguk dan berjalan beriringan dengan Lexi menuju apartemennya. Dalam otaknya kini timbul berbagai pertanyaan.

Lexi berhenti di depan kamarnya dan kamar Viona, dia berharap Viona akan mengajaknya masuk ke kamarnya.

"Iak sudah malam aku istirahat dulu ya, kakak juga besok kan kuliah pagi," pamit Viona ketika sudah berhasil membuka pintu kamarnya.

"Ok silahkan istirahat, kalau ada apa-apa ketuk saja kamarku ya," ucap Lexi sambil berusaha menyentuh pipi Viona.

"Kakkk…"pekik Viona menghindari sentuhan Lexi.

Lexi tersenyum mendapat penolakan dari Viona, ia kemudian membuka kamarnya lalu masuk kedalam kamar. Sementara  itu Viona yang masih berdiri di depan kamarnya sebelumnya sempat menghentikan aktivitasnya saat akan memasukkan kode pintu masuk ke dalam kamarnya ketika menyadari Lexi tengah memperhatikannya.

Dengan cepat Viona memasukan kode pintu masuk kamarnya lalu masuk dan menguncinya dengan pengaman ganda.

"Aku tahu kau orang seperti apa kak, apa tujuanmu tinggal disini," ucap Viona dalam hati, Viona tahu Lexi adalah seorang playboy yang sering bergonta-ganti perempuan dia tak akan melepas calon korbannya dengan mudah.

"Ibu jaga Anjie dari sana,"ucap Viona dalam hati sambil memejamkan kedua matanya.

Bersambung


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C3
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen