"Ti-tidak. Jangan mati Bara," pekik Dila bangun dari tidurnya.
Dila bangun ngos-ngosan dengan keringat membanjiri pelipisnya. Dila mengambil segelas air yang terletak di atas nakas. Dila melirik dinding. Jam menunjukkan pukul tiga dinihari waktu Malaysia. Dila meletakkan gelas kosong ke atas nakas. Air putih ia habiskan dalam satu kali teguk, lalu ia menyeka keringatnya yang bercucuran. Untung saja tadi hanya mimpi. Ia tak bisa membayangkan jika Bara di penjara dan mendapatkan hukuman mati atas semua kejahatannya. Dila menangis dalam hening. Untung saja keempat anaknya tidur dengan Dino di kamar sebelah. Seandainya anak-anak tidur bersamanya pasti sudah terbangun mendengar teriakannya.
Dila mengambil ponsel dan menatap foto pernikahannya di layar ponsel. Meski ia meninggalkan Bara tiga tahun yang lalu namun di hatinya masih ada Aldebaran. Meski Bara bukan cinta pertamanya namun ia masih memiliki perasaan yang sama. Rasa itu tidak pernah berubah dan semakin hari semakin cinta.