Egi dan Rayyan saling pandang. Mata Egi menyiratkan kebencian yang dalam. Jangankan sekarang, dulu pun ketika masih gay tak sudi disentuh pria selain Bara. Pantas saja Egi sangat marah dilecehkan dan dinistakan Rayyan.
Entah kenapa Rayyan bisa berada disini. Bisa jadi Rayyan sedang berkumpul dengan teman-temannya.
"Jangan sok jual mahal Egi. Jangan pikir lo bisa sembuh lalu jadi pria straight," cibir Rayyan menghapus darah di bibirnya.
Pukulan Egi sangat kuat hingga mencederai Rayyan.
"Gue enggak jual mahal. Gue jijik sama lo," balas Egi ketus.
"Halah sok jijik." Rayyan melambaikan tangan ke udara.
"Dulu aja lo maniak sialan. Enggak berhubungan lo bisa sakit dan pusing."
"Itu gue yang dulu bukan yang sekarang. Berhenti mengungkit masa lalu gue."
"Gaya lo sok religius. Menjijikan." Rayyan membuang ludah.
Tindakan Rayyan memancing amarah Egi hingga ia melompat dan mencengkram leher Rayyan.
"Cukup Egi, Jaga mulut lo Ray." Davi menghentikan pertengkaran mereka.