"Apa?"
"Kok apa melulu?"
"Uda makasih atas bantuannya."
"Bantuan apa?" Tanya Fatih memicingkan mata.
"Telah mau bekerja sama dengan bank kami."
"Anggap saja membantu adik sendiri."
"Uda."
"Apa?"
"Sudah saatnya udah menikah. Sudah tiga puluh enam tahun bukan?" Dila mengingatkan umur Fatih.
"Jangan ingatkan masalah umur. Berasa tua Dila."
"Babinilah uda lai. Truk se gandengan maso indak?"
(Segeralah menikah. Truk aja gandengan masa kamu enggak).
"Jodohnyo alun ado."
(Jodohnya belum ada).
"Kebanyakan gaya. Bukannya banyak anak kyai naksir sama uda?"
"Darimana kamu tahu?"
"Rudi yang cerita."
"Mulutnya tidak bisa dijaga." Fatih mencebik kesal.
"Ada Naima dan ada Cyra. Tinggal pilih."
"Kamu jadi mak comblang sekarang?"
"Bisa jadi."
"Aku lihat kamu sudah bahagia dengan Bara. Dia memperlakukan kamu dengan baik. Uda bahagia melihatnya. Terlepas dari masa lalu Bara, uda salut dia istiqomah dalam taubatnya."
"Alhamdulilah."