App herunterladen
8.43% Jodoh Tak Pernah Salah / Chapter 49: Part 46 ~ Kecurigaan Dila

Kapitel 49: Part 46 ~ Kecurigaan Dila

Efek tragedi kolor dan khayalan matanya bisa tembus pandang sukses membuat Dila jadi bulan-bulanan Bara. Bara tak henti-hentinya menggoda Dila karena terciduk memandang selangkangannya. Pembicaraan Bara tak jauh dari topik kolor dan percintaan sang istri.

Sebenarnya Dila kesal diolok-olok namun ia tak mau cari ribut karena masalah sepele.

"Sudah selesai abang Bara? Puas mentertawakan aku?" Dila mengeluarkan seringai iblis. Matanya tajam melirik Bara. Ia bak singa lapar yang ingin memangsa korbannya.

Bara tertegun dan tak berkutik melihat sorot mata Dila. Sepertinya ia sudah keterlaluan mengolok sang istri.

Dila murka karena diolok masalah kolor dan cinta. Bara puas mentertawai Dila dan melupakan sejenak masalahnya dengan Egi dan perdebatannya dengan Herman. Sejenak Bara menyegarkan otaknya dari masalah percintaan peliknya bersama Egi.

Entah apa dibenak Bara hingga mentertawai Dila seperti ini. Dila sangat malu karena terciduk memandangi kolor Bara bahkan membayangkan matanya tembus pandang hingga bisa melihat isi dalam kolor. Dila memukul kepalanya, merutuki otak mesumnya.

Entah ia yang salah minum obat atau bagaimana. Ia merasa tak waras. Dila keluar dari kamar menuju rooftop rumah.

Rooftop memilki tanaman hijau dan menyegarkan mata. Keluarga besar selalu bersantai di rooftop menikmati pemandangan kompleks perumahan yang asri.

Saat sudah sampai ke atas Dila melihat Naura sedang menyirami tanaman.

"Belum tidur uni?" Sapa Dila pada sang ipar.

"Kenapa siram tanaman malam-malam?"

Naura menoleh pada Dila seraya tersenyum. Naura mematikan kran air, menaruh slang dan mengajak Dila duduk di kursi malas.

"Aku enggak bisa tidur. Makanya menyibukkan diri disini merawat tanaman."

"Bukannya uda Iqbal sudah pulang? Kenapa tidak ke kamar?"

"Sekarang bukan jadwal Iqbal tidur denganku. Dia bersama istri keduanya," balas Naura sebal.

"Ya ampun pake jadwal segala," balas Dila tertawa terkekeh.

"Mau gimana lagi Dila. Resiko laki-laki poligami. Harus adil bagi waktu sama istri-istrinya."

"Tak pernah uni merasa cemburu?"

"Aku manusia biasa Dil. Pasti ada rasa cemburu itu, tapi bisa aku redam demi keutuhan rumah tangga kami."

Dila memberikan dua jempol untuk Naura. Jika ia berada di posisi Naura, ia akan memilih bercerai daripada dimadu. Naura seorang dokter ternama di kota Ini. Rasanya aneh seorang dokter mau di poligami. Dari penghasilan saja dokter sudah mapan, apalagi Naura seorang dokter spesialis dan praktek di dua tempat. Tentu bisa diperkirakan pundi-pundi rupiah yang Naura dapatkan.

"Jika aku ada di posisi uni mungkin tidak sanggup. Dimadu itu berat, cukup uni aja aku enggak sanggup," ucap Dila seraya berkelakar menampilkan puppy eyes.

"Wanita mana pun tidak akan sanggup dimadu. Biar uni aja, kamu enggak usah. By the way kamu sendiri kenapa belum tidur dan malah kesini? Bukannya Bara baru pulang dari Jakarta. Bukannya melayani suami malah keluyuran kesini."

"Bara sudah tidur, makanya aku kesini."

"Enggak wik wik dulu?" Goda Naura tergelak tawa, balik menggoda Dila.

"Mana ada wik wik. Aku dan dia belum ngapa-ngapain juga. Seujung kuku pun dia belum menyentuhku, aku masih belum siap."

"Ya ampun Dila masa kalah sama anak SMA? Anak SMA sekarang udah bisa lo wik wik, masa kalah sama anak SMA?"

Dila memajukan bibir membentuk ekspresi duck face,"Gapapa aku kalah sama hal begituan. Aku ikhlas."

"Yakin mau kalah?"

"Yakinlah. Uni btw aku mau tanya. Aku aja yang suami istri ma Bara dan sah dimata agama dan negara masih malu-malu gitu. Pertanyaannya adalah....."

"Pertanyaannya adalah kenapa aku bodoh belum bisa wik wik?" Naura memotong ucapan Dila.

"Uni dengerin aku dulu ah," protes Dila.

"Ya..ya..."

"Aku aja yang udah suami istri walau tanpa cinta belum mau wik wik padahal udah sah. Kok orang yang suka One Night Stand bisa wik wik ya? Padahal mereka baru kenal dan tidak ada cinta. Bukankah melakukan itu hanya sama pasangan halal kita dan kita cinta gitu?"

Tawa Naura pecah. Ia tertawa sangat keras. Dila bahkan mencubit paha Naura untuk menghentikan tawanya.

"Uni pelan-pelan tertawanya. Nanti orang satu rumah bisa bangun dengar suara uni."

"Gimana aku tidak ketawa abis kamu lucu sekali Dila. Pertanyaannya ada- ada saja."

"Jawab saja uni jangan bertele-tele.".

"Kayaknya otak kamu udah konslet sejak menikah."

"Bukan konslet. Wajar saja jika aku bertanya seperti ini. Jika aku masih gadis bertanya seperti itu baru bisa dibilang konslet."

"Baiklah." Naura mengalah.

"Sekarang jawab pertanyaan aku dulu. Apa yang ada di otak pelaku Cinta Satu Malam kok bisa wik wik sama orang yang baru kenal dan tak ada cinta?"

"Pertama mereka hanya memikirkan nafsu dan kepuasan. ONS sudah bagian dari gaya hidup modern. Bagi mereka asal bisa saling memuaskan sudah cukup dan tak ada ikatan setelah itu. Orang seperti itu hidup hanya memikirkan duniawi dan tak pernah memikirkan akhirat. Pelaku ONS dipastikan jauh dari agama. Jika mereka tahu agama, tidak akan berbuat zina. Hubungan seksual ibadah jika dilakukan suami istri. Jika bukan pasangan halal jatuhnya zina dan dosa. Pergaulan bebas seperti itu mereka rentan terkena penyakit kelamin seperti HIV dan AIDS. Jika nafsu sudah menguasai ia akan mengalahkan akal sehat. Pelaku ONS nafsunya lebih dominan dari pada akal sehatnya. Jika mereka menggunakan akalnya dan tahu konsekuensi perbuatan mereka nanti pasti akan memikirkan efek perbuatan mereka"

Naura mendekati Dila dan menyentuh kening Dila.

" Tidak panas. Kamu sehat-sehat aja. Kenapa kamu menanyakan hal konyol seperti ini? Sepertinya menikah membuat otak mesum kamu berfungsi."

Dila tertawa terkekeh antara malu dan lucu. Entahlah kenapa tiba-tiba pikiran kotor seperti ini.

"Kakak ipar aku yang satu ini luar biasa. Bisa menebak jalan pikiranku."

"Sudahlah. Jangan basa-basi. Bilang saja mau cerita."

"Tadi aku kumat uni. Aku beresin pakaiannya Bara ke dalam lemari trus ada kolornya gitu. Kayaknya kolor Bara punya magnet gitu bikin aku terhipnotis. Aku pantengin trus si Calvin Klein. Ternyata aku terciduk sama Bara lagi mandangin kolor dia. Tadi dia pakai celana boxer yang ketat. Refleks mata aku liat selangkangan dia. Gilanya aku membayangkan jika mata aku tembus pandang dan bisa liat isi dalam boxer Bara. Dia tahu jika aku mandangin selangkangan dia. Ya Allah uni malu banget. Dia mentertawakan aku. Aku gak tahu lagi mau taruh dimana muka ini. Benar-benar malu dan keki banget."

"Ya ampun Dila. Kemana otak suci kamu selama ini?" Ledek Naura tak dapat menyembunyikan tawanya. Ternyata cewek sealim Dila bisa juga berpikiran mesum.

"Itulah uni aku enggak tahu kenapa bisa begitu. Entah apa yang terjadi sama aku. Apa aku kemasukan jin dan perlu rukiyah?"

Naura menyentil dahi Dila," Mikir jangan aneh-aneh."

"Sakit tahu," protes Dila memegangi dahinya yang merah.

"Makanya jangan sering kumat jika tidak mau disentil."

"Iya....iya," gerutu Dila.

Dila berdiri dan menyentuh bunga anggrek yang mulai bermekaran. Dila merunduk menyentuh anggrek dan mencium wanginya.

"Uni...Entah kenapa feeling-ku tidak enak soal Bara. Dia terlalu banyak menyembunyikan rahasia."

"Kenapa bicara seperti itu? Dia seperti itu karena kalian baru menikah dan masih adaptasi. Butuh waktu untuk beradaptasi sehingga kalian saling mengenal, percaya dan memahami. Dia hanya butuh waktu saja. Jangan berpikiran yang tidak-tidak."

"Bukan masalah itu uni. Bara keceplosan bilang jangan berharap aku akan menjadi istrinya yang sesungguhnya. Kita menikah karena perjodohan dan aku hanya istri di atas kertas. Dan dia telah menyelidiki aku. Dia bahkan tahu hubunganku dengan Fatih."

Mulut Naura menganga seakan tak percaya dengan cerita Dila.

"Sebelum menikah dia menyelidiki kamu. Pasti ada suatu hal yang membuat dia melakukan semuanya."

"Benar uni. Dia kepedean sekali. Siapa juga yang berharap menjadi istri dia. Aku menikah dengannya karena permintaan ayah dan bunda. Aku tadi sempat bersitegang dengan Bara. Aku emosi dan meluapkan kemarahan padanya. Setelah itu dia berubah 180 derajat. Dia bilang, dia hanya mengetes aku. Sikap dia yang seperti itu malah membuat aku semakin curiga."

Dila berhenti bicara sejenak, bicara terlalu banyak membuat kerongkongannya kering. Dila mengambil napas dan melanjutkan ceritanya.

"Yang lebih aneh lagi. Dia bilang akan melepaskan aku bersama Fatih dan membebaskan aku punya hubungan dengan Fatih dengan syarat tidak boleh ketahuan. Dia pikir aku perempuan apa? Walau pernikahan ini karena perjodohan mana mungkin aku menodai ikatan suci pernikahan. Aku tidak suka dia mengatakannya, menganggap aku seolah-olah wanita murahan. Dia bahkan akan menceraikan aku, tapi dengan syarat setelah dua tahun pernikahan. Dia menang pemilu dan akan dilantik sebagai anggota DPR provinsi. Kemungkinan besar dia juga akan jadi ketua DPR karena partainya menang telak dalam pemilu. Aku emosi tadi berdebat dengannya, setelah itu dia bilang cuma ngetes aku. Aku ikuti permainan Bara dan kembali melunak. Bara terlalu mencurigakan. Mau mengorek informasi tentang dia dari Dian sangat mustahil. Dian pasti membela bosnya. Apalagi mereka sudah kenal puluhan tahun."

Naura berusaha mencerna setiap ucapan Dila dan mulai menganalis. Analisis Naura tidak pernah salah karena ia sangat pintar dan ia bisa memikirkan sesuatu hal yang tak pernah dipikirkan orang lain.

"Berani sekali dia bicara seperti itu dengan kamu. Kalian belum satu bulan menikah, tapi dia sudah menunjukkan sikap aslinya. Kamu pernah menanyakan pada Bara kenapa belum menikah hingga dijodohkan denganmu?"

"Dia bilang trauma menjalin hubungan karena kekasihnya dulu berselingkuh. Mantan kekasihnya berselingkuh dengan temannya. Semenjak itu dia trauma menjalin hubungan asmara."

" Satu hal lagi. Kenapa honeymoon kalian dipercepat?"

"Ada seseorang yang berusaha membunuhku. Dia menarik kakiku ketika sedang berenang di laut."

Wajah Naura memucat dan mulutnya menganga. Kenapa peristiwa seperti ini Dila tak cerita padanya.

"Apa reaksi Bara ketika tahu kamu hampir dibunuh?"

"Dia kaget dan memutuskan pulang. Dia menelpon Dian dan minta di persiapkan helikopter untuk menjemput kami."

"Apa Bara tahu pelaku dan motifnya?"

"Sepertinya dia tahu tapi menyembunyikannya dariku."

"Apa kamu bertemu teman Bara ketika honeymoon?"

"Iya aku ketemu rekan bisnis Bara. Dia datang dari Jakarta. Kebetulan dia juga liburan disana. Aku merasa dia tidak suka padaku. Tatapan matanya ketika melihatku seperti akan memakanmu bulat-bulat."

"Kamu harus berhati-hati mulai dari sekarang. Jika Bara menyelidikimu, kita selidiki balik. Secara tidak langsung Bara sudah memberikan sinyal tidak bagus untukmu. Sepertinya dia mau menikah karena permintaan orang tuanya. Dia tak pernah serius dengan pernikahan ini."

"Aku setuju dengan pendapat uni. Tapi untuk saat ini aku akan bersikap sok polos dan mengikuti permainannya."

"Bagus. Sikap seperti itu lebih baik."


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C49
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen