Murni tersenyum lebar saat tiba di Cengkareng. Bibirnya mengembang indah, dia sesekali tertawa melihat kelucuan putranya di kereta bayi. Prince juga menunjukkan senyum yang sama, seakan-akan dia mengerti kalau kedatangan mereka kali ke Jakarta, bukan sekedar jalan-jalan, atau sekedar transit. Kali ini mereka akan tinggal lama di kota ini. Rafael tersenyum bahagia melihat wajah istri dan anaknya, yang tak mengenal lelah sepanjang perjalanan. Mereka ke Jakarta tidak membawa banyak barang dan pakaian untuk ganti beberapa hari. Harta Murni yang berharga hanya putranya, selebihnya adalah dompet sakti miliknya dan laptop 'perjuangan' . Murni menamakan laptopnya seperti itu, karena laptop itu menyimpan banyak data miliknya dan juga karya-karya novel miliknya yang akan di cetak di Jakarta.
Semua barang-barabg milik mereka sudah pindah ke rumah Raslina, dan rumah Zaleha. Sedangkan buku-buku milik rafael di letakkan di ruang kerja Rafael di kampus.