App herunterladen
1.32% Bad Girl VS Bad Boy / Chapter 3: Chapter 3

Kapitel 3: Chapter 3

"Masih pusing? " Kelli langsung menoleh menatap Reyhan heran.

"Perasaan yang kena bola basket gue deh, kenapa otak lo yang geser? " tanya Kelli sinis, Reyhan memilih bungkam tidak menjawab Kelli.

Karena percuma menjawab pertanyaan Kelli, benar apa yang dikatakan Vion. Dan ia juga malas berdebat dengan perempuan itu, buang - buang tenaga saja. Kasihan mulutnya yang seksi ini harus lelah berdebat dengan perempuan yang sebelas dua belas dengan kucing garong.

Keduanya diam dengan pikiran masing - masing, hingga Reyhan memecah kesunyian diantara mereka berdua.

"Rumah lo dimana? " tanya Reyhan, sesekali melirik perempuan di sebelahnya.

"Kenapa?" tanya Kelli balik, membuat Reyhan geram. Kenapa perempuan disampingnya suka sekali membuatnya kesal sampai rasanya kepalanya akan pecah. Tinggal di jawabkan beres, kenapa harus bertanya balik. Menyadari jika pertanyaannya tidak akan dijawab, Kelli mendengus.

"Maksud gue kenapa ke rumah gue? Gue mau nganterin lo pulang sebagai ucapan terima kasih gue sama lo," ucap Kelli masih dengan memijat kepalanya.

"Nggak, ke rumah lo aja. Gue gampang, nanti bisa pesan ojek online. Kepala lo masih sakit, ntar kalau ada apa - apa gue lagi yang salah," ucap Reyhan seraya melirik perempuan disampingnya. Reyhan tahu kepala perempuan itu sakit, tapi perempuan itu sok kuat.

"Jalan Anggrek no. 22 blablabla," ucap Kelli sedangkan Reyhan mengangguk samar.

Begitu sampai di rumah Kelli, Reyhan memasukkan mobil perempuan itu ke garasi. Setelah keluar dari mobil, Kelli berterima kasih kepada Reyhan dan masuk ke dalam rumah. Menyadari Reyhan masih betah berdiri di posisinya, membuat Kelli memutar tubuhnya. Ia menatap laki - laki itu heran.

"Lo nggak pengin gue mampir dulu? " tanya Reyhan dengan senyum tengilnya, siapa pun yang melihat ekspresinya pasti ingin menimpuk kepalanya. Tapi Kelli tidak yakin bahwa 'siapa pun', karena nyaris semua perempuan di sekolahnya memuja Reyhan. Jadi mungkin hanya dia yang ingin menimpuk kepala laki - laki itu.

"Ya udah masuk." Reyhan mengekori Kelli dari belakang.

Reyhan duduk di kursi ruang tamu, ia memperhatikan sekitar. Ruang tamu milik Kelli cukup luas, di pojok ruangan ada bunga hias yang membuat ruang tamu itu hidup. Di ruang tamu itu juga terdapat rak dinding, yang di isi dengan foto Kelli dan keluarganya.

"Lo mau minum apa? " tanya Kelli dengan tangan yang bersedekap.

"Nggak usah, ntar ngerepotin. Tapi kalau lo maksa, ya udah air putih aja. Oh iya, gue pinjam ponsel lo buat pesan ojek online. Ponsel gue mati." Kelly memutar bola matanya. Perempuan itu merogoh saku rok abu - abunya, ia menyerahkan benda pipih itu ke Reyhan. Kelli berjalan masuk ke dalam, mengambilkan Reyhan air putih.

Setelah pesan ojek online Reyhan berjalan ke arah rak dinding, ia melihat foto yang di pajang disana. Begitu Kelly sampai, ia kembali duduk seperti semula. Reyhan minum air putih yang di bawakan Kelli. Matanya men-scan wajah Kelli lagi, untuk yang kedua kalinya.

"Lo tinggal sendiri? " tanya Reyhan, sedangkan Kelli bungkam. Reyhan merasa tidak enak dengan Kelli, ia takut salah bicara.

"Ya udah gue pamit, ojek online nya udah sampai." Reyhan beranjak dari duduknya. Tanpa Reyhan sadari ia mengacak rambut Kelli. Begitu sadar apa yang baru saja ia lakukan, laki - laki itu mulai mencari alibi.

"Kenapa muka lo merah? Senang banget gue elus kepalanya. Jangan geer gue itu cuma ngehilangin sesuatu di kepala lo." Reyhan keluar dari rumah.

Kelli duduk di sofa, ia memegang rambutnya. Kelli merasakan pipinya memanas sejak tadi, lebih tepatnya sejak si kakak kelas tengilnya itu mengacak rambutnya. Tapi tunggu, tadi si tengil bilang apa.. mengelus kepalanya?

"Mengelus apanya, ini mah namanya ngacak - ngacak." Kelli jengkel. Bagaimana bisa ia punya kakak kelas menyebalkan macam Reyhan.

***

Reyhan tidak langsung pulang, melainkan ia mampir ke rumah Vion. Ia tahu bahwa sahabatnya pasti kumpul di rumah Vion, karena rumah Vion markas mereka kumpul seperti biasa. Selain itu, mama Vion suka sekali membuat makanan ringan atau makanan berat dan teman - teman Vion selalu menjadi tester. Hal itu membuat dirinya dan Bian betah menjadikan rumah Vion sebagai markas.

Setelah mengetuk pintu, Vion berdiri disana dengan cengiran lebarnya. Sedangkan Reyhan memandang laki - laki itu dengan tatapan datar dan langsung menyerobot masuk ke rumah Vion.

Di ruang keluarga sudah ada Bian yang duduk sambil memangku se-toples keripik singkong, ia terkejut melihat Reyhan di depannya tapi beberapa detik kemudian ia menunjukkan cengiran lebarnya seperti yang dilakukan Vion.

Bian dan Vion memang sengaja meninggalkan sahabatnya itu dengan Kelli, karena sahabatnya itu pernah bilang jika ia ingin membuat perempuan itu bertekuk lutut. Jadi menurut Bian dan Vion itu cara yang paling tepat, walaupun begitu menurut mereka Reyhan dan Kelli itu cocok.

"Lo berdua minta gue bantai satu - satu ya? Lo berdua nggak ada niatan buat minta maaf sama gue?" tanya Reyhan dengan emosi, bukannya takut justru Vion dan Bian tertawa.

"Gimana perasaan lo semobil sama Kelli?" tanya Vion dengan senyuman mengejek, membuat sang empu yang di tanya geram.

"Menurut lo? Jelas nggak enak lah semobil sama kucing garong," ucap Reyhan seraya melengos, ia merebut toples keripik singkong yang Bian bawa. Bian dan Vion tersenyum geli.

"Keripik gue!! " pekik Bian sebal ketika menyadari keripiknya di ambil paksa oleh Reyhan, sedangkan Vion memutar kedua bola matanya.

"Udah nggak usah berantem. Rey, gue sama Bian ninggalin lo sama Kelli itu karena kita pengin bantuin lo," ucap Vian. Reyhan mengerutkan keningnya, ia tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan Vion.

"Katanya lo kan pengin tuh cewek bertekuk lutut sama lo, jadi kita bantuin. Dengan lo semobil sama si Kelli, lo bisa dengan mudah deketin doi," sahut Bian, mencoba menjelaskan kepada Reyhan.

Reyhan mengerti sekarang, teman - temannya ada

benarnya juga. Tapi ia merasa kesal jika berdua dengan Kelli, perempuan itu tidak bisa sehari saja membuat ia tidak marah. Sampai rasanya kepalanya akan pecah.

"Gue punya ide, gimana kalo lo deketin dia tapi jangan terlalu mencolok. Lo harus ada saat dia sedih, seolah - olah lo itu pahlawannya dia gitu. Karena cewek kayak dia ga bisa di gombalin, jadi nggak usah. Lagian kalau lo gombalin dia dan langsung bersikap baik plus manis sama dia, itu nanti buat dia curiga," usul Vion.

Sebenarnya ia dan Bian memiliki maksud tertentu. mereka berdua ingin menjodohkan Kelli dan Reyhan. Karena menurut mereka Kelli itu baik dan hanya Kelli, perempuan yang tidak takut dengan Reyhan. Mereka juga sudah lelah melihat sahabat nya ganti - ganti pacar.

"Jadi intinya natural aja lah deketinnya sama ada disaat dia sedih. Pertama hancurin tembok yang Kelli ciptain," tambah Bian.

"Tembok?" tanya Reyhan bingung.

"Iya tembok, dia kan anaknya tertutup. Dia susah bersikap terbuka. Nah lo harus buat dia terbuka sama lo. Dan buat dia bergantung sama lo," ucap Vion menjelaskan kepada Reyhan.

Reyhan manggut - manggut, ia setuju dengan usul sahabatnya. Ia akan mulai beraksi besok. Pokoknya rencananya ini tidak boleh sampai gagal. Reyhan langsung pamit kepada sahabatnya, ia ingin langsung pulang. Bian tidak setuju karena sahabatnya itu baru sampai sini dan sekarang langsung main pulang saja.

"Lo kan baru sampai Rey, ntar aja lah pulangnya," ucap Bian. Reyhan menggeleng, ia mengambil tasnya.

"Yon gue pinjem motor lo dulu ya."

"Yoi, kuncinya udah ada di motornya. Hati - hati bro," Vion bisa mengerti, mungkin sahabatnya itu butuh waktu buat sendiri. Lebih tepatnya untuk memikirkan strategi mendekati si kucing garong. Karena perempuan itu sulit di dekati, berbeda dengan perempuan yang biasanya mendekati Reyhan.

Biasanya tanpa Reyhan minta, perempuan di sekitanya sudah langsung menjatuhkan dirinya ke Reyhan.

Reyhan melajukan motornya meninggalkan pekarangan rumah Vion. Ia sudah tidak sabar menjalankan rencana nya ini besok.


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C3
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen