App herunterladen
85.71% Arinda / Chapter 6: Jati diri

Kapitel 6: Jati diri

Pagi ini seperti biasa Arin sibuk dengan sekolahnya,

" dek...."

panggil Nayla di depan gerbang sekolah sudah menunggu Arin sekitar 30menit.

" kamu minum lagi????"

tanya Nay yang menarik masker dan kacamata hitam yang dikenakan Arin, saat Arin mabuk sambil menangis mata dan hidungnya akan terlihat merah seperti apel.

" dikit doang ka"

jawab Arin takut membuat Nayla marah

tanpa banya bertanya Nayla hanya memeluk Arin,

Nay memang tahu benar sifat Arin.

Arin hanya bisa meneteskan air matanya,

" papah telpon kakak ya?"

tanya Arin pada Nayla yang duduk disamping nya didalam kelas Arin

" papah kamu cuman tanya kamu kenapa? "

" aku cuma jawab kamu baik-baik aja disekolah"

jelas Nayla

" maaf ya ka, jadi nyusahin kakak"

kata Arin yang menyenderkan kepalanya dipundak Nayla

" maafin kakak juga ya, g bisa selalu nemenin kamu"

" ada apa ni??"

tanya Adam yang masuk kedalam kelas

Arin langsung memalingkan mukanya kebelakng sambil memakai masker dan kacamata

" ga apa-apa ko Dam.."

jelas Nayla

" kamu sakit ???"

tanya Adam yang heran melihat Arin mengenakan masker

" aku baik-baik aja ko"

kata Arin yang menghindari Adam dan berjalan keluar kelas namun tangan Adam menarik kuat tangan Arin yang kaget berbalik kepelukan Adam.

Spontan mereka berdua menjadi salting,

"sorry..."

kata Adam yang berlalu keluar kelas

Arin hanya terdiam menahan rasa canggung dibatinnya.

Manusia memang ga ada yang sempurna, termasuk Arin, kadang memang alkohol yang menemani rasa prustasi Arin, minum dan menangis membuatnya sedikit tenang, Arin tau itu hal yang tidak baik.

"ngapain dek....?"

tanya ka Joe yang nyamperin Arin di tempat persembunyiannya,

" ga ada ko, cmn pengen di sini aja"

kata Arin melepaskan kacamatanya

" kenapa mata mu?"

tanya ka Joe

" ga apa-apa, cmn alergi"

jelas Arin sambil tersenyum

" alergi apa?"

tanya Joe lagi

"alergi orang ganteng"

sahut Arin yang berlari meninggalkan Joe

yang tersenyum.

Dilain tempat Arin melihat seorang wanita paruh baya mengenakan stelan pakaian kerja, dengan rambut pendek sebahu menyamperi ruang BK, Arin seperti tidak asing dengan wanita tersebut,

/mamah gumam Arin,

segera ia berlari menuju ruang BK, orang paling dia rindukan adalah Mamah, mungkin sdh 3tahun mereka tidak pernah ketemu, karena kesibukan, Mamah Arin yang kerja diluar negri.

"Adam panggilin Arin, ada mamahnya berkunjung"

pinta guru BK kepada Adam yang kebetulan berada di ruang BK,

" baik bu"

sahut cowok jakung itu.

Dia kaget karena Arin ternyata sudah berada didepan pintu ruang BK,

" mamah...."

dengan segera mamah Arin menghampiri mereka saling memeluk melepaskan rindu, karena sangat gak mungkin mereka untuk bertemu diluar rumah, disaat seperti ini tumpah semua rasa Arin.

Tidak berasa 30menit berlalu, mamah Arin pulang kerumah bude Arin yang berada di Surabaya, dan sekalian menjenguk Indah yang berada di pesantren di daerah jawa timur.

"Rin...."

panggil Adam

"iya..."

"mamah kamu udah pulang??"

tanya Adam sambil memberikan sebotol air dingin sebutir telur rebus,

"udah Dam, appa ini"

tanya Arin

"ini buat diminum, ini buat mata kamu biar ga sembab lagi"

jelas Adam sambil memandang Arin

disaat momen tersebut Frans melihat dari kejauhan.

"makasih ya Dam"

" jangan minum alkohol, ga baik buat kesehatan kamu"

kata Adam memegang pundak Arin dan berlalu ke dalam kelas.

"Dom....."

panggil Dina yang menjemput Frans didepan gerbang sekolah

"cepat banget lu datangnya"

sahut Frans

"hay Rin...."

teriak lagi Dina melambaikan tangan k Arin

" hey....."

sahut Arin yang tetap tersenyum walau dia kenal Dina dari Dom

"pulang sama siapa Rin?"

tanya Dina

"pulang sama aku"

sahut Adam yang tiba-tiba menggengam tangan Arin

/Adam....batin yang bergumam Arin hanya memandang Adam dengan sangat dalam.

" uuhhh,,,,gebetan baru yak?"

tanya Dina menyeringai

" cina...cepetan"

sahut Dom dari dalam mobil

" iya bawel,,,gue duluan ya Rin"

" iya ka"

sahut Arin yang masih belum melepaskan genggaman Adam.

"ayo..."

ajak Adam sambil menggandeng Arin menuju sebuah Angkot

"motor kamu mana?"

tanya Arin

" biasa bengkel"

sahut Adam tersenyum lebar

sesampainya dirumah Arin, Ayah Arin tengah bersiap berangkat keluar kota,

"pah"

sapa Arin didampingi Adam

"udah puas ketemu mamah mu?"

tanya ayahnya tanpa menghiraukan keberadaan Adam,

"papa tau dari mana? papa suruh pak andar mata-matain?"

Nada Arin yang mulai tak terkontrol

"ga penting...kalo kamu ga nurut papa pindahin kamu ke Singapura"

Jelas papa Arin berkumis tipis

" om maaf bukannya mau ikut campur "

sela Adam

" siapa kamu?"

tanya Ayah Arin

" saya Adam...saya teman Arin disekolah, om harusnya dengerin dulu penjelasan Arin"

jelas Adam

"papa berangkat dulu"

sahut Ayah Arin yang memang tidak mau tahu urusan Arin.

Tanpa berpamitan Arin langsung masuk berlati kekamarnya.

Dengan keadaan nangis Arin mengunci dirinya dikamar dan berkali-kali mbok memanggilnya namun tak pernah dijawab Arin yang terdengar Arin marah membanting semua barang.

" non...buka non..."

kata si mbok mengetuk pintu kamar Arin

" Arin ga mau keluar bi?"

tanya Adam mulai khawatir

" sebentar tak telpon nonNay"

sahut mbok berlari kecil

" Rin...Arin buka"

teriak Adam

" pergi...."

teriak Arin dari dalam kamar

" bi...kunci cadangannya ada?"

tanya lagi Adam yang menyamperin mbok di ruang tengah

"ada...sebentar"

kemudian bibi mengambilkan kunci cadangan di dapur.

" mbok.....mbok...."

teriak Nayla yang datang kerumah Nayla lengkap masih menggunakan seragam sekolah

" non...ning dikamar marah-marah"

jelas si mbok

ketika Adam mencoba membuka pintu kamar Arin tidak bisa terbuka karena dikunci dari dalam,

" dobrak aja Dam..."

pinta Nayla

" gue bantuin"

kata Bima yang datang bersama Nayla

dalam hitungan ke 3 mereka berhasil mendobrak pintu kamar Arin, mereka mendapati Arin terkapar dilantai dengan beberapa barang yang berserak dan pecah, Arin meminum alkohol lagi seperti biasa nya.

"Rin...Arin"

panggil Adam yang kemudian menggendong Arin menuju keluar kamarnya yang berantakan.

" Dam bawa kekamar depan aja, mbok ambilin baju Ning"

pinta Nayla

" ngeh non"

sahut mbok

Setelah 20menit Nayla berada dikamar tamu, dia pun keluar, Nay mengganti pakaian dan mengobati kaki Ari. yang terluka,

" Arin ga perlu dibawa kedokter?"

tanya Adan pada Nayla

" ga apa-apa bentar lagi juga bangun, kami balik dulu ya, kamu jagain dia"

kata Nayla yang menggandeng tangan Bima

" iya...hati-hati ya"

kata Adam yang sudah mulai terlihat santai

raut cemas diwajahnya sedikit berkurang,

masih mengenakan baju sekolah Adam dengan sabar nungguin Arin bangun dari tidur,

" Dom...."

sapa Bima saat tiba di lapangan basket yang berada di taman sebuah kota,

" hmm "

kata Frans yang tengah mengenakan sepatu basket.

" gue habir dari rumah Arin"

" lalu...."

sahut Frans terlihat cuek

" Arin mabuk...dia kacau banget, ya gue gak tau karena apa, cuman parah sih, kali aja lu tau"

jelas Bima

" dia suka minum ya?"

tanya Frans sok cuek

" ya gue juga baru tau tadi..."

kata Bima yang juga sedang memakai sepatu

selama berlatih basket, Frans banyak berpikir

mungkin karena Arin juga masih menjadi bagian hatinya, kesal dan marah karena tidak bisa berbuat apa-apa melampiaskan dengan bermain basket.

01.15

Arin terbangun dari tidurnya, didapatinya Adam tertidur disampingnya, duduk disebuah kursi dan menyenderkan kepalanya di kasur Arin tertidur, masih mengenakan baju sekolah tapi kali ini ia mengenakan jaket Hoodie,

Arin mengusap lembut wajah Adam yang sedang tertidur, Adam memiliki kumis tipis dan hidung yang mancung, dengan wajahnya Adam bisa memilih siapapun untuk jadi pacarnya,

"kamu udah bangun?"

kata Adam yang tiba-tiba bangun karena disentuh Arin,

" kamu koq ga pulang?"

tanya Arin yang sebelumnya mengangguk

" nungguin kamu bangun, baru pulang" jawab Adam yang menyeka rambut panjang Arin kesela kuping.

" maaf ya....kamu pasti berpikir yang engak-engak"

kata Arin yang memeluk Adam

" aku gak berpikir seperti yang kamu pikir, aku sayang kamu dan aku harus terima semua kekurangan kamu dari pada kelebihan kamu"

jelas Adam yang mengelus lembut rambut panjang Arin,

" jadi aku minta tolong banget, jangan lukai dirimu lagi, karena ada aku yang sayang kamu apa adanya"

kata Adam meyakinkan Arin hanya bisa mengangguk untuk mengiyakan, dengan lembut Adam mencium kening Arin, dan Arin hanya terdiam menerimanya, setelahnya Perut Arin mengeluarkan bunyi yang bertanda bahwa dia tengah lapar,

" mau aku bikinin nasgor gak?"

bisik Adam

"boleh"

sahut Arin..

Pagi harinya Frans sudah menunggu Arin di depan gerbang sekolah, tampak pucat dengan kantung mata, sepertinya Frans juga tidak dapat tidur,

" Rin....."

panggil Frans

Arin berhentikan langkahnya dan menatap ke arah Frans,

" ikut gue sebentar...."

kata Frans yang menarik tangan Arin menuju ke belakang gedung sekolah

" gue minta maaf ya Rin..."

kata Frans namun Arin hanya terdiam,

" lalu....."

sahut Arin ketus

" lalu? kita baikan, kita jalan lagi"

jelas Frans

" maaf ya Frans aku gak mau"

kata Arin berlalu menuju kelasnya

" kenapa???"

tanya Frans yang mengejar Arin

" kamu udah tau jawabnya"

kata Arin sinis,

kesal marah berkecamuk dihati Arin setelah apa yang Frans lakukan.


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C6
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen