App herunterladen
77.77% NCT - THE NIGHT UNFOLDS / Chapter 35: Tidak Akan Membiarkanmu Pergi Lagi

Kapitel 35: Tidak Akan Membiarkanmu Pergi Lagi

"Ugh..."

Erangan terdengar tatkala pukulan dan tendangan yang Hansol layangkan tepat mengenai tubuh bagian lawan. Bagi Hansol tidak masalah melawan berapa banyak pun anak buah Ara yang menjadi penghalang pertemuan dengan wanita itu.

Emosi yang ada dalam diri Hansol terus membesar mengingat kalau teman-temannya bahaya karena tindakan Ara. Hansol tidak setuju kalau masalah yang melibatkan ia dan Ara mengakibatkan Youngjoo dan Yunsoul yang terkena imbasnya. Ia tahu Ara tidak mungkin mampu membunuhnya. Sekalipun kata itu muncul dari bibir Ara, Hansol yakin kalau Ara tidak akan benar-benar sanggup membunuhnya sebab Hansol menyakini kalau Ara masih mencintainya.

Berhasil menerobos penjagaan tempat Ara berada sekarang, Hansol terus merangsek masuk. Kini ia sudah ada di depan sebuah pintu ruangan. Hansol membukanya dan mendapati Ara yang dengan santainya duduk sembari memegang sebuah gelas yang berisi cairan merah. Hansol menyakini kalau itu adalah darah.

Beberapa anak buah Ara datang dan minta maaf karena tidak bisa mencegah Hansol. Mereka membungkuk. Ara menyuruh anak buahnya pergi dengan isyarat jari. Mereka pun pergi. Menyisakan kembali Hansol dan Ara dalam ruangan itu.

Hansol menatap Ara. "Bukankah sudah kubilang. Aku tidak akan membiarkanmu menyakiti mereka."

"Lalu... apa kau mau mengantikan posisi mereka?" Ara menyahut masih dari posisinya yang duduk.

"Iya. Lakukan apa saja padaku."

Ara tersenyum dan beranjak dari duduknya. Berjalan menuju Hansol dan berposisi berhadapan dengannya.

"Kalau begitu. Berikan USB itu padaku," ucap Ara, ada nada memaksa. "Aku tahu USB itu ada pada kalian."

Hansol belum menjawab. Ia masih bungkam saat Ara berbicara lagi.

"Yang kubutuhkan adalah USB itu. Aku memerlukannya." Kali ini Ara bicara dengan nada dan tatapan yang lembut. "USB itu sangat penting untukku."

Hansol menatap Ara lekat-lekat. "Jika USB itu sangat penting untukmu, lalu... apa arti aku bagimu?"

Ekspresi wajah Ara tiba-tiba berubah. Ia juga memalingkan pandangannya dari Hansol.

"Kau masih ingat? Apa yang kukatakan dulu padamu. Tidak peduli kau itu siapa. Tidak peduli kau adalah manusia atau bahkan bukan. Aku selalu mencintaimu. Tapi..." Kata-kata yang terdengar lirih itu mengantung. Hansol menarik tangan Ara hingga ia kembali berhadapan dengannya. "–kenapa kau malah menghilang dan meninggalkanku?"

Ara terdiam. Ia tidak mengeluarkan kata-kata lagi. Ia sudah memperkirakan kejadian ini di mana Hansol akan bertanya tentang hal itu –alasan ia meninggalkannya– dan Ara tidak mampu untuk menjawab.

Hansol menarik Ara dalam pelukannya. Ia merangkul erat Ara. Tangan kanannya mengelus rambut panjang Ara, yang sudah lama tidak pernah dilakukannya lagi. Sementara sisi Wajah Hansol menyandar pada sisi bagian atas kepala Ara karena tubuh Hansol yang lebih tinggi dari Ara.

"Aku tidak akan membiarkanmu pergi lagi."

***

Sembari membawa peralatan laboratorium, Youngjoo berjalan ke lantai lima. Lantai itu memang paling sepi dan jarang dilalui murid ataupun guru. Youngjoo disuruh oleh guru menyimpan peralatan tersebut di salah satu ruangan di lantai lima. Ia pun melaksanakan perintah itu.

Selesai menaruh barang-barang tersebut, Youngjoo bergegas keluar dari ruangan yang berada di ujung sebelah kiri. Saat ia menutup pintu, samar-samar Youngjoo mendengar suara yang dianggapnya aneh. Desahan-desahan tertangkap pendengarannya. Youngjoo tidak yakin, tapi suara itu semakin jelas terdengar saat ia mendekat ke pintu ruangan yang tidak jauh dari ruangan yang dibukanya tadi.

Ragu-ragu Youngjoo untuk semakin mendekati pintu tersebut. Ia pun berjalan perlahan. Youngjoo menempelkan telinganya pada pintu itu. Memang benar ada suara desahan yang sebentar terdengar, sebentar hilang. Ekspresi Youngjoo menjadi terkejut saat suara yang dia dengar adalah suara decapan yang diselingi oleh desahan seorang perempuan. Youngjoo tidak percaya. Mana mungkin ada siswa yang berani melakukan 'itu' di sekolah.

Namun, Youngjoo sangat penasaran tentang siapa orang yang ada di dalam ruangan itu. Tangannya pun meraih gagang pintu dan dengan perlahan membukanya. Sedikit demi sedikit pintu dibuka. Mata Youngjoo seketika melebar seketika saat melihat teman sekelasnya sedang bercumbu dengan salah satu guru laki-laki.

"Sojin? Guru Cha?" Youngjoo berkata dengan volume sangat kecil.

Kancing kemeja seragam Sojin tidak terpasang sehingga memperlihatkan bagian dadanya yang sekarang sedang dipegang guru laki-laki itu. Leher Sojin juga dicium penuh nafsu. Sojin mendesah dan terlihat menikmati sentuhan dari Guru Cha. Ia pasrah saat guru laki-laki itu melepas kemeja seragamnya dan membuangnya sembarang. Menyisakan bra pada tubuh bagian atas Sojin. Sementara Guru Cha masih berpakaian lengkap, hanya bagian atas kemejanya memang sudah tidak dikancingkan.

Youngjoo sangat terkejut saat tangan kiri Guru Cha meraba paha Sojin dan semakin ke atas sampai tangannya tertutup bagian rok Sojin. Youngjoo tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Ia memundurkan langkah kaki. Tidak seimbang. Langkah mundur Youngjoo membuat ia terjatuh.

Bruk

"Ah" Youngjoo mengaduh sakit.

Suara itu terdengar oleh Sojin dan Guru Cha. Mereka berhenti dari aktivitasnya dan langsung melihat ke arah pintu yang sudah sedikit terbuka. Keduanya saling berpandangan. Mereka kaget saat ada seseorang yang menangkap basah perbuatan mereka.

Terlihat dari celah pintu yang terbuka, seorang murid perempuan dalam posisi terjatuh. Guru Cha dan Sojin mendelik dari kejauhan. Mereka tahu wajah itu dan menatapnya terkejut.

Pandangan Youngjoo dan kedua orang itu bertemu. Youngjoo menatap mereka dengan tatapan kaget sekaligus takut. Beberapa detik kemudian Youngjoo tersadar, ia harus pergi. Youngjoo pun buru-buru berdiri dan langsung berlari menjauh dari tempat itu.

Langkah kaki Youngjoo sangat cepat menuruni anak tangga. Ia bahkan mengabaikan keselamatannya. Yang ada dalam benak Youngjoo adalah segera pergi menjauh. Youngjoo berhenti sebentar di tengah tangga. Mendongkak ke atas, Youngjoo melihat Guru Cha yang juga melihat ke arahnya dari lantai yang berbeda.

Youngjoo tidak menyangka kalau Guru Cha akan mengejarnya. Ia pun kembali menuruni tangga dengan cepat. Sampai di lantai dasar, Youngjoo berlari melewati koridor. Ia menuju pintu keluar bangunan sekolah ini.

Sampai di luar gedung, Youngjoo berhenti dan memegang kedua lutut, ia mengatur nafas yang terengah-engah. "Kenapa aku lari seperti pencuri saja?"

Youngjoo menengok ke belakang. Guru Cha sudah terlihat dari kejauhan. Youngjoo kembali berlari. Ia terus menggerakan kakinya sampai tidak sengaja bertabrakan dengan seseorang sampai terjatuh bersama.

Tidak merasa sakit, tubuh Youngjoo tepat terjatuh di atas tubuh seseorang. "Maaf, aku tidak sengaja," ucapnya. Youngjoo pun mengangkat kepalanya, melihat siapa yang telah ditabraknya. Kedua mata Youngjoo melebar setelah mengetahui. "Doyoung..."

***


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C35
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen