App herunterladen
33.33% NCT - THE NIGHT UNFOLDS / Chapter 15: Penculikan Mark (2)

Kapitel 15: Penculikan Mark (2)

Sebelum penculikan...

"Terima kasih."

Pemuda berparas tampan menerima sebungkus makanan yang dipesannya tadi. Mark –pemuda itu– tidak mungkin tega hanya membeli makanan untuk dirinya saja. Dia tahu kedua Noona-nya pasti belum makan malam. Youngjoo kurang berbakat dalam memasak, sedangkan Yunsoul, dia bisa memasak tapi sudah capek ketika ia hendak melakukan itu. Alhasil, hampir setiap hari mereka bertiga selalu memesan makanan dari luar. Ataupun menjadi langganan tetap sebuah kedai makanan di dekat tempat tinggal mereka.

Mark melangkahkan kakinya sembari menenteng bungkusan makanan itu. Sesekali ia bersiul, memecah keheningan jalan yang dilaluinya. Jalur menuju rumahnya memang sepi karena tidak banyak orang berlalu-lalang.

Waktu mulai memasuki senja. Ditambah awan mendung mempercepat keadaan menjadi gelap. Beberapa pasang mata mengawasi Mark dari belakang. Sebenarnya bukan hanya saat ini saja, sudah sejak lama orang-orang itu mengawasi Mark, Yunsoul, dan Youngjoo.

Salah satu dari mereka memberi isyarat pada rekannya. Dua dari mereka maju mendekati Mark dari belakang. Sebuah sapu tangan yang sudah ditetesi obat bius telah disiapkan. Dengan cepat, mereka menyergap Mark. Pemuda itu terkejut dan berontak. Sebisa mungkin dia berusaha untuk lepas dari dua orang asing yang tiba-tiba ingin menangkapnya. Bungkusan makanan yang dipegang Mark pun jatuh.

Hidung dan mulut Mark terbekap oleh sebuah sapu tangan. Perlawanan Mark menjadi melemah dan tidak lama kemudian ia tidak sadarkan diri. Sebuah mobil hitam datang. Orang-orang itu memasukkan Mark ke dalam mobil tersebut dan membawanya ke sebuah tempat.

Setengah jam kemudian...

Kedua mata Mark perlahan terbuka. Diangkat kepalanya yang terasa agak berat. Mark merasa asing dengan keadaan sekitar. Tempat yang belum pernah dia datangi di kota ini, sebuah stasiun bawah tanah yang tidak digunakan lagi. Tempat itu hanya diterangi oleh beberapa lampu neon yang kekuatan cahayanya sudah redup. Ia merasa ada yang membatasi gerakan tangan dan kakinya. Benar saja, kedua kaki dan kedua tangannya terikat tali. Mulutnya juga ditempeli lakban.

Diperhatikannya keadaan sekitar, ia melihat sekitar sepuluh orang berpakaian serba hitam dengan menggunakan masker hitam berdiri di belakang, di samping, dan di depannya. Sebenarnya niat buruk apa yang hendak mereka lakukan dengan menculiknya seperti ini. Mark benar-benar ingin tahu. Salah satu dari mereka mendekati Mark. Dilepasnya dengan kasar lakban yang menutupi mulut pemuda itu.

"Ka-kalian siapa? Apa yang kalian inginkan? Dan kenapa kalian memperlakukanku seper–"

Plak

"Bocah berisik."

Pipi kanan Mark memerah. Ia merasakan sakit akibat sebuah tamparan yang tiba-tiba.

Orang itu menatap tajam Mark. Diambilnya sebuah ponsel. Mark melihat ponsel itu. Iya yakin kalau benda itu adalah miliknya. Orang tersebut mengulas senyum jahat sambil mendekatkan ponsel ke sisi wajahnya. Mark curiga, jangan-jangan yang diteleponnya adalah Yunsoul ataupun Youngjoo.

Panggilan telepon sudah terhubung. Orang itu memberikan ponsel tersebut kepada Mark. Ekspresi wajahnya mengatakan "Cepat bicara!"

Terpaksa Mark menurutinya, ragu-ragu dan ada nada ketakutan pada ucapannya.

***

Di dalam kelas, kelompok Jaehyun dan Taeyong tidak bisa melanjutkan hukuman mereka. Apalagi setelah tahu kalau terjadi penculikan yang menimpa teman Youngjoo dan Yunsoul. Taeyong mengajak Taeil, Doyoung, dan Ten untuk beranjak dari ruangan itu. Sepertinya Taeyong berniat membantu Yunsoul.

Di sisi lain, Jaehyun tetap diam meski mendengar berita tersebut. Kun menghampirinya, "Kita tidak menolong Yunsoul?"

Jaehyun menoleh, "Kenapa kita harus menolongnya?"

Kun mengangguk-angguk.

"Ayo pulang!" ajak Jaehyun meninggakan ruangan kelas yang belum tampak rapi.

Rupanya Winwin tidak sependapat dengan Jaehyun. Ia malah pergi ke tempat yang Yunsoul sebutkan.

***

Nafas Yunsoul tersengal-sengal. Ia berhenti sejenak untuk mengatur nafas dan mengamati keadaan sekitar. Sudah hampir sampai. Yunsoul kemudian kembali berlari. Ia tidak mempedulikan luka di perutnya yang terasa sakit lagi. Mungkin karena ia terus berlari. Yunsoul mengabaikan itu. Apa yang ada di benaknya sekarang adalah Mark. Yunsoul sangat mencemaskan orang yang dianggapnya seperti adiknya sendiri. Ia takut orang-orang itu berbuat buruk pada Mark.

Yunsoul melihat tangga menurun yang ia pastikan adalah jalan menuju ke stasiun bawah tanah. Dengan cepat kedua kakinya menuruni setiap anak tangga itu. Langkah kakinya mulai melambat saat kedua matanya melihat sekumpulan orang berpakaian hitam sedang menunggu sambil berbicara dengan temannya. Ada sebagian yang diam dan memainkan bilah balok di tangannya. Yunsoul juga melihat Mark disekap dan diikat di belakang mereka.

Salah satu mereka menunjuk Yunsoul. Memberitahu kalau orang yang mereka tunggu sudah datang. Mereka semua berdiri sambil melihat gadis itu. Tanpa rasa takut Yunsoul berjalan mendekati mereka. Dilihatnya dari sela posisi mereka, Mark memperhatikannya. Yunsoul menatap Mark, sorot matanya seperti berkata, "Tenang Mark. Aku akan menyelamatkanmu."

Sekarang posisi mereka saling berhadapan. Satu lawan sepuluh orang. Dengan kondisinya saat ini, Yunsoul tahu kemungkinan menang melawan mereka adalah mustahil. Gadis itu berharap Hansol dan Youngjoo cepat datang menyusulnya.

***

Di tempat lain, Youngjoo menunggu Hansol di dekat halte bis. Sudah sepuluh menit lebih dia menunggu. Youngjoo beberapa kali melihat jam tangannya. Ia cemas menunggu Hansol, bahkan perempuan itu tidak bisa duduk tenang menunggunya. Beberapa saat kemudian Hansol datang dengan mobilnya. Segera Youngjoo masuk ke mobil tersebut.

"Oppa. Kenapa kau begitu lama. Yunsoul dan Mark dalam bahaya sekarang."

"Maafkan aku, Youngjoo. Tadi ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan. Di mana mereka menyekap Mark?"

"Stasiun kereta bawah tanah usang di kota ini."

"Stasiun kereta bawah tanah yang tidak dipakai lagi? hmm... itu cukup jauh dari sini. Dan sialnya kita harus mengisi bahan bakar dulu. Aku harap Yunsoul baik-baik saja."

Hansol kembali melajukan mobilnya menuju tempat pengisian bahan bakar. Sesampainya di sana, ternyata banyak kendaraan mengantri. Hal ini disebabkan beberapa tempat untuk pengisian sudah habis. "Ah sial! Antriannya panjang."

"Bagaimana ini, Oppa?"

***

"Kau sangat berani datang kemari hanya sendirian." Salah satu dari mereka yang seperti ketuanya mulai bicara.

"Lepaskan temanku."

Orang itu menyeringai. "Kami tidak bisa melepaskannya begitu saja. Kau sudah merusak ritual kami."

"Ritual?" Yunsoul tampak tidak gentar. "Ritual bodoh apa yang kalian lakukan sampai membunuh orang lain?"

"Ritual bodoh? Berani sekali dia menghina kita."

"Kalian akan ditangkap dan dipenjara seumur hidup. Kalian harus bertanggung jawab atas apa perbuatan kalian."

Orang itu menyeringai lagi. "Banyak bicara. Cepat! Serang dia!"

***


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C15
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen