App herunterladen
52.27% Pernikahan Pura-Pura / Chapter 23: 23. Mama Tidak Sabar

Kapitel 23: 23. Mama Tidak Sabar

Hari ini Chloe mengenakan baju dres bunga-bunga berwarna oranye berleher bulat, dan karena kebiasaan dia mengikat rambutnya menjadi ekor kuda, menunjukkan lehernya yang putih bersih. Chloe mengeryitkan keningnya saat melihat ada satu...dua....tiga...empat tanda merah di lehernya, 'wah ternyata nyamuk di rumah ini ganas sekali' batinnya 'baru satu malam dia nginap di sini dan nyamuk-nyamuk itu sudah meninggalkan empat bekas gigitan yang menyeramkan'. Chloe menyadari di cermin memantulkan bayangan suaminya yang berdiri di belakangnya menatapnya, senyum aneh menghiasi bibirnya, dan tanpa sepatah kata dia berbalik dan meninggalkan kamar. Chloe tertegun sejenak lalu dia juga berbalik dari cermin dan meninggalkan kamar.

Mereka sudah duduk mengelilingi meja makan, bahkan Virgo yang biasanya bangun terlambat sudah duduk manis dengan baju bermotif pinguin yang menggemaskan, dia duduk di samping nyonya suri.

Chloe bergabung di meja makan paling terakhir, saat dia baru duduk semua mata kecuali Marco menatapnya.

"eh.....selamat pagi" sapanya canggung

"pagi....." nyonya Suri menjawab sapaannya dengan senyum secerah mentari pagi yang menghangatkan "ahh....mama tidak sabar, sebentar lagi mama akan menggendong cucu" Nyonya Suri mencubit pipi montok Virgo, lalu matanya mengedip ke arah Marco.

Marco menanggapi kedipan mata mamanya dengan senyuman aneh.

🍒🍒🍒🍒🍒

"Mmmm....Marco boleh aku bawa mobil ?" tanya Chloe ragu-ragu.

Setelah mengantar Virgo pulang mereka pergi ke tempat kerja, saat di tempat parkir Chloe menatap suaminya dengan mata anak anjing penuh permohonan.

"mau kemana ?"

"hari ini aku masuk sore, jadi setelah menggambar aku mau pulang dulu, dari pada aku naik taksi kan mahal" Sekali lagi Chloe memberikan tatapan anak anjing

"oke"

Setelah keluar dari mobil Marco menyerahkan kunci pada Chloe dan mereka berjalan bersama lalu berpisah seperti biasa.

Chloe memasuki toko dengan riang, rasanya dia sudah seabad tidak nyetir mobil, tangan dan kakinya sudah gatal tidak sabar untuk melenggang di aspal.

"pagi semua" sapaan dan senyumnya membuat semua rekan kerjanya menoleh dan membalas senyumnya. Tapi ada yang aneh dengan senyum teman-temannya, sambil tersenyum tatapan mereka terpaku pada lehernya. Tapi Chloe mengabaikannya, dia mulai menggambar di sepanjang dinding kaca dan mencurahkan setiap konsentrasinya di sana.

Chloe mengamati hasil karyanya dan tersenyum puas, dia membalikkan badan dan mendapati Stefan berdiri tepat di belakangnya dan sedang mengamatinya sambil mengusap-usap dagunya.

"apa yang salah ?" tanya Chloe curiga, dia menoleh mengamati lagi hasil gambar animenya dan merasa tidak ada yang salah

"yang salah bukan gambarmu tapi kamu" jelas Stefan

"..." ????????

"apa kamu sengaja membuat bujangan sepertiku mati karna iri dengan menunjukkan tanda cinta kalian ?"

"..." ?????????

"tanda merah di lehermu, bukannya itu sengaja kamu pamerkan untuk menunjukkan betapa sengitnya pertarungan kalian tadi malam ?"

" tanda ? .....di leher ?....." Refleks Chloe meraba lehernya "ini.....ini bekas gigitan nyamuk" jelas Chloe tanpa dosa

Stefan mencibir "heh.....gigitan nyamuk ? siapa yang mengatakan itu padamu ?"

"eh....."

"ck...ck....ck....kamu itu polos atau bodoh, siapa yang tidur di sebelahmu ?"

Mendengar kata bodoh membuat darah Chloe langsung naik di kepala, sejak dia mengalami amnesia tiap kali mendengar orang mengatakan bodoh padanya dia akan langsung marah, tak terkecuali sekarang.

"tentu saja Marco, siapa la..." Chloe tidak melanjutkan kata-katanya, tampaknya dia sudah mengerti maksud tersirat perkataan Stefan. 'Jadi tanda merah di lehernya bukan bekas gigitan nyamuk seperti asumsinya tapi cupang, sialan ! brengsek ! bajingan ! ternyata Marco menipunya, berarti tanda merah di lehernya tempo hari juga bukan gigitan kuntilanak tapi ulah Marco, aku pikir ciuman itu cuma mimpi tapi ternyata....Marco membuatnya benar-benar malu'

Wajah Chloe makin memerah antara marah dan malu, pipinya menggembung, dia mengepalkan tinjunya. 'MARCO KAMU MATI' geramnya

"lantai berapa ruangannya ?" tanya Chloe dengan gigi menggeram

"paling atas"

Chloe berderap meninggalkan toko dan berjalan masuk ke dalam lift dengan asap mengepul di kepalanya.

Stefan tersenyum jahil, dia mengambil ponselnya dan mengirim pesan

'bro aku mengirim badai ke tempatmu he he he'

lalu dia menekan tombol kirim dan memasukkan ponsel ke saku celananya dan naik ke ruangannya dengan tawa kecil.

🍒🍒🍒🍒🍒

Marco sedang sibuk membuat program baru untuk aplikasi sebuah perusahaan yang menjadi kliennya, saat ponselnya yang dia letakkan di atas meja bergetar. Dia meraihnya dan melihat pesan dari sepupunya, dia menatap pesan sejenak dan mengabaikannya. Sampai dia mendengar ketukan di pintu dan Yola sekretarisnya muncul

"pak ada yang mau ketemu bapak"

Marco mengangkat kepalanya dan melihat sosok mungil berbaju oranye di belakang Yola tengah melongoknya kepalanya dengan pipi mengembung. Marco menyeringai, ini pertama kalinya istrinya datang ke tempatnya. Memang mereka bekerja di gedung yang sama tapi istrinya tidak pernah menginjakkan kakinya di lantai atas tempatnya bekerja, dan tidak ada seorang pun di kantornya yang tau kalau dia sudah menikah dengan barista di coffe shop lantai dasar.

Chloe melangkah masuk tanpa menunggu di persilakan, Yola membuka mulut hendak mencegahnya.

"biarkan dia, kamu boleh keluar dan saya tidak menerima tamu lagi" kata Marco masih dengan seringai di wajahnya, tampaknya ini badai yang dimaksud stefan.

Yola menutup ruangan bosnya dengan syok, bosnya menyeringai pada seorang perempuan, apakah dunia akan kiamat ?

Sedangkan di dalam ruangan

"Marco kamu betul-betul brengsek" geram Chloe sambil melotot ke arah suaminya. Marco hanya menatapnya dengan wajah datar, berkebalikan dengan seringainya barusan

"apa yang salah ?" dia bangkit dari kursinya berjalan memutari meja kerjanya yang besar dan bersandar di depan meja sambil melipat tangan

Chloe berderap maju dan mencengkeram kerah baju Marco, dengan postur tubuhnya yang mungil menghadapi Marco yang menjulang Chloe mengangkat kepalanya dengan sombong mencoba mengintimidasi "coba jelaskan apa yang kamu lakukan pada leherku ?"

Marco menatap leher istrinya dan mempertahankan wajah datarnya, tapi matanya penuh dengan tawa senang "apa itu ?"

"Marco....." Chloe menggeram lagi

"bukannya kamu bilang itu di gigit kuntilanak ?" Marco mengangkat sebelah alisnya

"jangan bohong"

"aku tidak"

"aku pikir itu hanya mimpi" kata Chloe di sela gertakan giginya

"..." eh jadi dia merasakannya, senyum muncul di bibir marco

"ternyata kamu memang menciumku"

"kamu merasakannya" kali ini senyum di bibirnya makin lebar

"tentu saja aku merasakannya"

"bagaimana dengan ini" tiba-tiba Marco menahan belakang kepala Chloe menundukkan kepala dan mendaratkan ciuman di bibir Chloe.

Chloe yang tidak mengantisipasi gerakan Marco terperangah.

Mengambil kesempatan Chloe yang masih terkejut Marco menyelipkan lidahnya di bibir merah muda Chloe.

Setelah sadar dari rasa kagetnya Chloe tanpa sadar membalas ciuman suaminya.

Merasa mendapat respon Marco mencium makin intens, lidahnya menginvasi mulut istrinya.

Mereka berciuman sampai Chloe merasakan ada sesuatu yang keras menyodok perutnya, dia seperti di tarik ke kesadarannya lagi, sebuah tanda alarm berdering di kepalanya. Dalam benaknya dia mengumpat 'sial sial sial dia menjebakku'.

Marco melepaskan ciuman setelah mereka kehabisan napas, masih terengah-engah dia menyandarkan kepalanya di kening istrinya, matanya menatap bibir Chloe yang bengkak, membuatnya tergoda untuk mengisapnya lagi, tapi sebelum dia sempat menurunkan bibirnya lagi tangan mungil Chloe mendorong dadanya.

"Aaauuuu....."Chloe menendang tulang keringnya

"sialan ! bajingan ! kamu sengaja melakukannya, kamu menipuku" wajah Chloe semerah stroberi.

Dia berbalik meninggalkan ruangan

"hei tunggu kamu mau kemana ? kamu sudah mengusiknya, kamu harus bertanggung jawab" Marco mengejar istrinya dengan kaki pincang, Chloe mengabaikannya "Chloe..."

"itu masalahmu"

"tidak bisa"

Chloe yang sudah berdiri di samping meja Yola berhenti dan berbalik dengan wajah memerah penuh amarah

"tunggu saja aku akan mebalasmu" geramnya lalu meraih stabilo di meja dan melemparkannya ke wajah suaminya

Marco menggeser sedikit kepalanya menghindari lemparan, dia menyeringai mendengar ancaman istrinya "aku menantikannya" jawabnya memprovokasi

Chloe berbalik dengan pipi mengembung dan pergi dengan amarah yang membara.

Sementara Marco mengamati kepergian Chloe dengan senyum yang hampir mencapai telinganya.

Yola mengamati bibir Chloe yang bengkak dan beralih menatap senyum bahagia bosnya. Yola syok 'tolong seseorang tampar saya, bosnya yang dinginnya menyaingi puncak gunung jaya wijaya baru saja tersenyum bahagia setelah melecehkan seorang wanita di ruang kerjanya. Waawaaa...dunia benar-benar akan kiamat'

Marco mengabaikan sekretarisnya yang masih bengong dan menutup pintu ruang kerjanya.


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C23
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen