Hari ini akhir pekan, Chloe sudah berjanji pada kakaknya untuk membawa Virgo jalan-jalan. Setelah membereskan pekerjaan rumah dan mandi, mereka menjemput Virgo.
Sepertinya Virgo juga sangat menantikan acara jalan-jalan mereka. Saat mendengar suara mesin di matikan di depan rumah bocah tiga tahun itu langsung menghambur ke luar rumah. Dia berlari dan melompat ke dalam pelukan Tante mungilnya. Di belakang neneknya berjalan membawakan dua tas ransel.
Melihat dua tas di tangan ibunya Chloe mengerutkan alisnya
"apa itu ?"
"baju ganti untuk Virgo" jelas ibunya sambil menyerahkan tas, Virgo berpindah ke dalam pelukan Marco.
Chloe menerima tas-tas itu dan membukanya, tas yang satu memang berisi beberapa perlengkapan milik Virgo tapi tas yang satunya
"wuuaaahhhh...ibu bercanda ya, kami kamu berenang bukan berkemah" mata Chloe membelalak melihat isi tas yang penuh dengan makanan dan camilan
"habis berenang pasti lapar" jelas ibunya
"tapi ini terlalu banyak bu" protes Chloe, ransel berisi makanan lebih besar dua kali lipat dari ransel baju Virgo "kenapa tidak seluruh restoran saja di bawa" gumam Chloe sambil menutup resleting ransel
"kamu mau ? nanti ibu telpon kakak biar...."
"tidak ! kami berangkat" potong Chloe sambil berbalik dan melambai
Marco membawa mereka ke hotel berbintang yang baru di buka dua tahun lalu, dengan menenteng dua ransel dan tas miliknya Chloe mengikuti Marco dari belakang sambil mendecakkan lidah, dia kagum dengan tampilan hotel mewah ini.
Marco menggendong Virgo di tangannya dan memencet tombol lift. Mereka naik ke lantai 12, saat masuk ke dalam kamar Chloe melotot, ini adalah griya tawang dengan kolam renang. Chloe dan Virgo menjelajahi tempat itu dengan kagum, di dalamnya ada tiga kamar. Ini lebih mirip rumah dari pada hotel
"kamu menyewa ini hanya untuk berenang ?"
"tidak"
"lalu ?"
"aku membelinya"
"hah ?"
"terus kalau pas kamu gak pake ?"
"ya kalau ada yang sewa ya di sewakan"
"om ayo berenang" Virgo menarik tangan Marco tidak sabar masuk ke dalam air.
"oke, ganti baju dulu ya" Virgo mengangguk tanda setuju. Marco masuk ke kamar mandi, dalam beberapa menit dia keluar dengan mengenakan celana renang ketat selutut. Chloe yang saat itu sedang mengganti baju Virgo menatap dada telanjang Marco melongo. Dada bidang Marco terlalu mempesona, otot perutnya yang kencang dan pahanya yang terbungkus ketat oleh celana 'ah sial sial sial' Chloe mengumpat di dalam hatinya. Tangan Chloe yang memegang celana renang Virgo berhenti di udara.
"tante....tante...." panggilan Virgo menyadarkannya. Chloe terpaksa mengalihkan perhatiannya dari Marco dan mengenakan celana renang pada Virgo.
Marco menarik sudut bibirnya ketika menyadari reaksi Chloe saat menatapnya.
Virgo telah bergabung dengan Marco di kolam, setelah berganti baju Chloe juga pergi ke pinggir kolam, dia duduk dan mencelupkan kakinya ke dalam air.
"tante ayo" ajak Virgo sambil menarik kaki Chloe.
Chloe terkikik geli mencoba menghindari tangan kecil Virgo tapi dia kehilangan keseimbangan dan tercebur.
Virgo tertawa senang karna berhasil membuat tantenya masuk ke dalam air. Marco akhirnya berenang ke arah mereka dan bergabung dengan kesenangan bermain air. Marco kagum dengan kemampuan Virgo berenang, dia baru berumur tiga tahun tapi sudah tidak membutuhkan pelampung untuk berenang
"Igo siapa yang mengajarmu berenang ?"
"ayah"
"umur berapa kamu belajar ?"
"dua" jawab Virgo polos dan bangga. Sepertinya keluarga istrinya memang memiliki bakat alami dalam olahraga. "om main bola yuk" ajak Virgo yang sudah memegang bola di tangannya.
Akhirnya mereka bermain lempar bola, aturannya adalah ketika bola di lempar tidak boleh mengenai anggota badan.
Suara tawa memenuhi kolam renang, jarak antara mereka bertiga semakin jauh karna menghindari terkena lemparan bola sampai tiba-tiba Chloe berteriak
" kenapa" Marco sudah berenang mendekat
"kakiku kram" keluh Chloe sambil meringis menahan sakit
Marco mengangkat Chloe naik dan mendudukkannya di pinggir kolam. Virgo juga berenang mendekat
"tante gak pemanasan, ayah bilang kalo gak pemanasan bisa kram" celoteh Virgo menasehati tantenya, Marco dan Chloe menatap anak kecil itu dan tersenyum.
"tahan" ujar Marco sambil menekan kaki Chloe yang kram
"a ah...pelan-pelan" keluh Chloe
"makanya aku bilang tahan"
"aaahhh......breng....." Chloe hampir mengumpat di depan Virgo "kamu sengaja melakukannya" Chloe memelototi Marco.
Marco memijat lembut kaki Chloe sampai kakinya yang semula kram sudah mulai normal.
Setelah rasa sakitnya hilang Chloe merasa perutnya seperti di gelitik, dan itu membuat pipinya memerah.
"tante sakit ? tante merah"
"kita istirahat dulu, makan bekal dari nenek" kata Chloe sambil menarik kakinya.
🍒🍒🍒🍒🍒
Di sisi lain kamar griya tawang di hotel yang sama seorang pria berdarah campuran sedang duduk memegang tablet di tangannya, tapi konsentrasinya tidak ada di situ. Sudah sebulan dia tinggal di hotel.
Bayangan gadis mungil yang selalu mengisi hatinya terlintas kembali dalam ingatannya. Gadis polos yang selalu dia jaga seperti harta karun yang paling berharga, namun dia juga yang telah mengecewakannya.
Rrr....Rrr...ponselnya berdering
"hallo" sapanya dengan enggan
"dimana kamu sekarang ?" seorang perempuan di seberang bertanya tanpa basa basi
"aku di hotel"
"sampai kapan kamu akan marah ?"
"....."
"pulanglah"
"...."
"lupakan percerian, aku tidak akan pernah menandatangi surat cerai"
"...."
tut tut tut
dia mengakhiri panggilan.
Ponselnya dia lemparkan di sofa di sebelahnya, dia berdiri dan menatap ke luar, pemandangan kota yang dia rindukan.
Dua tahun yang lalu dia menikah dan meninggalkan kota ini. Pernikahan yang tidak pernah di rencanakan. Satu kesalahan terbesar yang pernah dia lakukan sepanjang hidupnya. Dia sudah memiliki tunangan yang dia cintai tapi dia terjebak dengan sepupu tiri tunangannya dalam situasi yang memalukan.
Akhirnya dengan sangat terpaksa dia harus meninggalkan tunangannya, menikahi sepupu tiri tunangannya dan pindah ke kota lain. Dia tahu tindakannya sangat menyakiti gadis yang sangat dia cintai dan dia tahu bahwa dia tidak akan pernah di maafkan.
Saat ini hubungannya dengan istrinya sedang bermasalah. Sejak pernikahan mereka dua tahun lalu dia tidak pernah menyentuh istrinya. Dia hanya menyentuhnya satu kali di malam semua kesalahan itu terjadi, dan dua bulan lalu dia baru tahu kalau malam itu istrinya sengaja menjebaknya untuk menikahinya. Ini lah alasan hubungannya yang semakin renggang. Dia tidak ingin mempertahankan pernikahan yang tidak sudah salah sejak awal, namun istrinya menolak menandatangani surat perceraian apa pun yang terjadi.
Setelah menerima telpon dari istrinya pikirannya semakin kusut dan dia memutuskan untuk keluar menyegarkan pikirannya.
Saat dia berjalan menuju lift dia menatap lift yang hampir tertutup. Matanya terpaku pada mata sesosok gadis yang berdiri di dalam lift, dia juga menatapnya. Langkahnya terhenti mereka saling menatap sampai pintu lift tertutup rapat.
Beberapa saat setelah lift bergerak turun dia tersadar dan berlari menekan tombol lift berulang-ulang. Dadanya serasa mau meledak penuh kerinduan.
Melihat pintu lift tidak bergerak dia berlari ke pintu darurat dan berlari menuruni anak tangga dengan kecepatan kilat. Saat dia sampai di lobi matanya nyalang mengawasi semua pintu lift yang terbuka, tapi dia tidak berhasil menemukan gadis itu.
Note penulis : maaf kalau lama up nya, soalnya lagi sibuk nyari recehan 🤭