App herunterladen
77.82% Kannoya Academy / Chapter 350: The end of our relationship

Kapitel 350: The end of our relationship

Ermin masih berhadapan dengan Yogan. Ermin menerjang, Yogan memerintahkan lavanya untuk menerjang dalam bentuk lonjong.

"Sepertinya di pertarungan ini... tidak boleh menghindar.. karena akan percuma." Pikir Ermin.

Ermin terus menerjang ke arah lava yang lonjong itu.

Ermin mengarahkan tangan kanannya ke arah lava itu, air menyembur dari tangan kanannya.

'Laze', atau gas yang tercipta akibat menyatunya air laut dan lava yang berbahaya, muncul lagi. Gas itu sangat berbahaya bagi siapapun yang menghirupnya.

Ermin menahan nafasnya, lalu ia menggerakkan tangan kirinya, Ermin mengarahkan tangan kirinya ke arah Yogan. 'Laze' mulai bergerak ke arah Yogan. Yogan tertawa,

"Gas Laze seperti ini aku tahan."

.

.

Ermin mengarahkan tangan kirinya ke belakang, lalu Ermin memutar tangannya dan mengarahkannya ke depan lagi.

Pasir-pasir hitam mulai tercipta karena air dan lava itu. Saat Ermin mengarahkan tangannya ke depan, gunungan tanah muncul dan menghantam lava itu.

"Mau bertahan terus seperti ini? Bodoh!" Kata Yogan.

Lava itu memecah, lalu menerjang ke arah Ermin.

Ermin membuat sebuah gua tanah yang menaungi dia. Tanah itu cukup kuat untuk menahan lava itu sementara.

Yogan tertawa.

.

.

Dari gua tanah itu, beberapa cairan lava masuk.

"Begitu." Pikir Ermin.

.

.

Ermin memukul tahan yang berada di bawahnya, tetapi tanah itu tidak bereaksi.

"Jadi.." kata Ermin.

Ermin memutar kedua tangannya, pancaran api muncul, lalu Ermin menerobos gua tanahnya sendiri dan keluar dari perlindungannya.

Yogan memerintahkan lavanya untuk menerjang ke arah Ermin. Saat lava itu mengenai Ermin, Ermin baik-baik saja.

Lalu Ermin melompat mundur jauh, lalu menggerakkan tangan kirinya.

Ermin menapakkan tangan kirinya ke tanah, lalu gunungan-gunungan tanah tercipta.

"Hahaha! Apa-apaan ini?" Tanya Yogan sambil tertawa.

Yogan memerintahkan lavanya untuk menerjang lagi ke arah Ermin. Ermin ikut menerjang dan menerobos lava itu.

Ermin melihat tangan kirinya, rupanya tangan kirinya mulai sedikit terluka.

"Tidak apa-apa..." pikir Ermin.

Ermin terus berlari ke arah Yogan sambil menerobos lava itu.

"Tahan..." pikir Ermin.

Ermin semakin dekat.

"Tahan..." pikir Ermin.

Akhirnya di depan Ermin, Yogan sudah terlihat. Tangan Ermin terluka.

"Sekarang!" Pikir Ermin.

Ermin menapakkan tangan kirinya di depan Yogan, karena Yogan menghindar dari serangan Ermin.

.

.

Gunungan tanah muncul mengelilingi mereka. Pohon-pohon nan rimbun dan tumbuhan-tumbuhan hijau muncul. Ermin menggerakkan kaki kanannya, tumbuhan-tumbuhan hijau mulai melilit kaki kanan Ermin. Ermin menapakkan kaki kanannya ke tanah, pohon-pohon nan besar dan kokoh meliliti tubuh Yogan.

"Apa ini?" Kejut Yogan.

"Kamu tidak pernah bersekolah ya? Bukannya saat lava mengenai tanah, tanah itu akan menjadi subur?" Tanya Ermin.

"Oh.. astaga!" Kejut Yogan.

Ermin menapakkan kaki kanannya, sehingga pohon-pohon mulai bertambah rimbun dan menahan Yogan.

.

.

"Tetapi... lava bisa menghancurkan semuanya!" Kata Yogan.

Ia memerintahkan lavanya untuk menghanguskan semua pohon-pohon dan tumbuhan Ermin. Ermin menapakkan tangan kanannya ke atas tanah, gunungan-gunungan tanah membendung lava itu.

"Aneh.. jika begini... akan seri lagi. Lava menghanguskan pohon-pohon yang kubuat, tetapi tanah akan menjadi subur lagi dan menumbuhkannya lagi... lalu... tidak akan selesai." Pikir Ermin.

Ermin mulai cemas.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Kamu lumayan!"

Rheinalth hanya diam saja.

Lelaki itu mulai mengguncangkan tempat itu. Rheinalth dapat bertahan dengan tenang.

Lelaki itu membuat banyak gunungan tanah, lalu mengarahkannya ke arah Rheinalth.

"Freeze." Kata Rheinalth.

Rheinalth menahan semua gunungan tanah itu dengan esnya. Benar-benar berhenti, tidak bergerak lagi.

Rheinalth mengarahkan tangan kanannya ke arah kanan bawah dan tangan kirinya ke arah kiri bawah. Sebuah pedang es dan air tercipta di kanan dan kiri Rheinalth. Rheinalth mengambil keduanya.

Rheinalth menerjang secepat ombak laut yang mengamuk. Lelaki itu membuat banyak gunungan-gunungan tanah di depannya.

Rheinalth dapat menebas semuanya dengan mudah. Tetapi beberapa gunungan tanah menghindar dan menghantam tubuh Rheinalth.

Rheinalth terjatuh ke atas tanah, lalu semua gunungan tanah itu menerjang ke arah Rheinalth.

Rheinalth menahannya dengan kedua pedangnya.

"Kuat... benar... kelemahan ombak adalah batu-batu karang.." pikir Rheinalth.

.

.

"Apakah aku akan kalah?" Pikir Rheinalth.

.

.

.

.

.

.

"Jika seri, staminaku juga akan cepat habis.. sekarang staminaku sudah banyak terkuras karena aku menggunakan 3 elemen sekaligus... aku bisa kalah.." pikir Ermin.

.

.

.

.

.

Rheinalth mulai melemaskan kedua tangannya yang menahan kedua pedangnya.

"Hahahaa! Melihatmu putus asa itu menyenangkan!" Tawa lelaki itu.

.

.

.

.

.

.

Ermin melihat lava milik Yogan yang mulai menghanguskan semua pepohonan yang Ermin ciptakan.

Ermin mulai melepaskan elemen apinya. Tubuhnya sudah cukup kelelahan.

Yogan tersenyum,

"Akhirnya kamu menyerah." Pikir Yogan sambil tersenyum kejam.

Yogan memerintahkan lavanya untuk menerjang ke arah Ermin agar Ermin hangus habis.

.

.

.

.

Ermin menutup kedua matanya, begitu juga dengan Rheinalth.

.

.

.

.

.

.

.

"Maaf... Ermin."

"Maaf... Rheinalth."

Mereka berdua terkejut. Mereka mengatakan hal itu di dalam hati mereka, tetapi rasanya seperti mereka sedang berbincang satu sama lain. Ermin dan Rheinalth melihat di dalam pikirannya mereka, bahwa mereka berdua saling berhadapan saat itu.

"Ermin?" Kejut Rheinalth.

"Rheinalth?" Kejur Ermin.

Mereka berdua berpandangan.

Rheinalth segera berlari ke arah Ermin, begitu juga dengan Ermin, Ermin segera berlari ke arah Rheinalth.

Mereka berpegangan satu sama lain dengan kedua telapak tangan mereka berdua.

Ermin tersenyum, begitu juga dengan Rheinalth.

"Apakah kita akan berakhir seperti ini?" Tanya Rheinalth.

"Meskipun benar kita berakhir seperti ini... aku tidak keberatan... setindaknya aku dapat bertemu denganmu." Kata Ermin.

Mereka menempelkan jidat mereka satu sama lain.

"Kenangan-kenangan kita.. memang sudah banyak... tetapi aku ingin lagi." Kata Rheinalth.

"Sayang sekali... jika kita berakhir di sini... kita tidak bisa menceritakan kenangan-kenangan kita kepada teman-teman.... dan juga kepada anak-anak kita nantinya." Balas Ermin.

"Rasanya... kenangan kita cukup indah.. kita ingin memberitahukannya kepada semua orang agar mereka merasakan hal yang sama... begitu?" Tanya Rheinalth.

"Benar sekali." Kata Ermin.

"Yah.. sayang sekali... andaikan kita bisa berbuat sesuatu... tetapi rasanya di sinilah... sudah buntu. Sudah waktunya... sepertinya.." kata Rheinalth.

Ermin tersenyum.

"Tidak apa-apa... aku tidak menyesalinya... kecuali akan hal ini... kita belum menyelamatkan seseorang yang penting itu." Kata Ermin.

"Benar juga.. tetapi... mau bagaimana lagi..." kata Rheinalth.

"Seharusnya kita tidak boleh menyerah begitu saja, Rheinalth.. tetapi... aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa..." kata Ermin.

"Aku juga begitu.. aku tidak tahu aku harus berbuat apa..." kata Rheinalth.

Mereka berdua memejamkan matanya.

.

.

.

.

"Apakah ini akhirnya?"


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C350
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen