Seharian kiran hanya berdiam diri di rumah.Bahkan mengurung dirinya di dalam kamar yani.Kiran masih memikirkan kejadian tadi.Pria itu begitu mirip dengan Arjun tapi sama sekali tak mengenalinya.
Setiap kali mengingat kejadian itu,air mata kiran menetes membasahi pipinya yang putih.
Bukan yani tak tahu kiran sedang bersedi,tapi dia membiarkan saja Kiran untuk sendiri dulu.Mungkin setelah itu kiran akan lebih tenang.
Di dalam kamar,Kiran tak henti-hentinya menangis.Agar suaranya tak terdengar keluar,Kadang dia menutupi wajahnya dengan bantal.
"Mengapa kamu tak mengenaliku mas,,? apa kamu hilang ingatan ?Atau kamu sudah bosan dengan aku sehingga kamu pura-pura lupa kepadaku.Hiks,,,,hiks,,,hiks."Kiran berkata liri sambil sesegukan dengan wajah yang di tutupi selimut.
Sedari tadi kiran terus mengulangi kata-kata itu.Dia terus menghapus air mata yang terus keluar seperti anak kecil.Bahkan ingusnya saja dia menyeka asal-asalan.
"Kalau memang itu kamu mas,,aku maklumi kamu menghindariku.Toh pernikahan kita awalnya tak di dasari oleh rasa cinta."Kiran terus berkata ngawur.
"OhTuhan,,,,,cobaan apa lagi ini..?apa aku harus memperjuangkan lagi cinta suciku ini,,?"Kini kiran membuka selimut yang menutupi wajahnya dan menatap ke atas memandangi langit-langit kamar dengan air mata tak henti keluar.
Kini matanya sudah sangat bengkak dan wajahnya terlihat sangat sembab.
Kiran mencoba mengatur napasnya agar dirinya bisa lebih rileks.Dia menarik dan menghembuskan napasnya perlahan-lahan beberapa kali,setelahnya dia menghapus air matanya dengan telapak tangan.
"Sudah jangan nangis lagi.Aku pasti bisa lewatin ini semua."Kiran mencoba menguatkan hatinya sendiri.Setelah itu dia bangun dari tempat tidur dan masuk ke dalam kamar mandi.
Kiran melihat wajahnya di pantulan cermin di dalam kamar mandi kemudian mencucinya biar lebih segar.
Tak lama kiran keluar dari kamar dan menemukan yani yang sedang duduk di teras rumah sambil main ponselnya.
Kiran ikut duduk di samping yani yang hanya berantarakan meja di tengah.
Yani melihat ke arah kiran dan sudah pasti dia dapat mengetahui kalau kiran baru saja habis menangis.
"Kamu habis nangis? mata kamu begitu bengkak kia,,"Ucap yani segera meletakan ponselnya di atas meja.
Kiran tersenyum tipis kemudian menghela napas yang terasa berat.Pandangan matanya lurus memandang ke depan.
"Kamu yang sabar ya,,,! aku tahu ini begitu berat kamu hadapi.Tapi aku yakin pasti kamu akan menemukan kebahagiaanmu suatu hari nanti."Kata yani lagi mencoba menghibur kiran.
Kiran mengangguk memandang yani dengan mata yang sudah berkaca-kaca.Air matanya sudah mau keluar tapi dengan segera di menghapusnya.
"Makasih ya yan kamu sudah ada buat aku."Kiran berkata dengan tulus.
Yani hanya mengangguk memandang kiran dengan iba.
"Tapi ki,,,,aku juga sangat yakin kalau itu mas Arjun.Mungkin dia sedang lupa ingatan kali ya ki."Yani berkata dengan serius.
Kiran mengangkat bahunya."Aku ga tahu yan,, "Jawab kiran singkat.
Yani tak melanjutkan lagi omongannya melihat wajah kiran yang semakin murung.
"Oh iya ki,,,,besok temanin aku ke pesta ya,,?"Yani mencoba mencairkan suasana.
"Hhhmmm pesta,,,di mana..?"Tanya kiran melihat yani.
"Di sana,,,di tengah kampung."Jelas yani.
"Engga ah yan,,,,aku ga bawa baju pesta."Tolak kiran yang memang benar dia tak membawah baju yang untuk di pakai di acara-acara resmi seperti pesta.
"Kamu tenang aja.Aku ada ko gaun pesta.Kan tubuh kita sama besarnya.
"Tapi,,,,
"Sudah ah,,,,pokonya kamu harus pergi dengan aku besok ke pesta."Kata yani dengan tegas tak ingin di bantah.
Kiran kembali menghela napas pasra.Kalau sudah seperti itu mana mungkin lagi dia akan menolak.
Yani terkekeh melihat wajah kiran yang pasra saja.Setelah itu yani mengambil ponselnya di atas meja dan terlihat sedang mengetik sebuah pesan.
📩"Ka Rey,,,,yani minta tolong ya beliin gaun pesta yang cantik untuk kiran.Dan jangan lupa sepatu hak tingginya."
Yani mengirim pesan ke Reyhan untuk membelikan gaun pesta bukan karna ingin mendekatkan kiran dan Reyhan.Tapi hanya karna sebenarnya dia tak memiliki gaun yang cocok saja untuk kiran.Semua gaun pestanya di belinya sudah sangat lama,jadi dia sedikit minder.
Sementara itu di rumah Reyhan.Reyhan yang baru saja selesai mandi mendengar ponselnya bergetar di atas meja samping tempat tidur segera melihatnya.
Reyhan tersenyum saat membuka isi pesan dari yani.Diapun segera memakai pakain karna dia masih mengenakan handuk yang terlingkar di pinggangnya.
Begitu selesai Reyhan segera mengambil kunci mobilnya untuk pergi ke butik pakain.Karna tempatnya sedikit jauh,Reyhan memilih untuk naik mobil saja.
"Bunda Rey pergi dulu,,,"Reyhan berpamit dan mencium pipi bundanya sebelum pergi.
"Mau keluar bersama neng cantik ya,,?"Tanya bu Rina dengan penuh harap Reyhan akan menjawab iya.
"Tidak bunda,,,,aku pergi bersama farit.Ya udah,,,,Rey pergi dulu bun."Kata Reyhan kemudian meninggalkan bundanya yang sedang duduk di ruang keluarga dengan majalah di tangannya.
Wajah bu Rina nampak murung.Dia sangat ingin putranya itu semakin dekat dengan kiran.Entah mengapa,sejak bertemu kiran pertama kalinya dia sudah menyukai kiran yang terlihat sangat polos dan baik.
Reyhan segera mengeluarkan mobilnya dari tempat parkir dan segera meninggalkan halaman rumahnya menuju rumah Farit.Dia sudah mengirim pesan ke farit untuk menemaninya.
😊😊😊😊😊