App herunterladen
81.51% Perjuangan cinta yang suci / Chapter 97: Udah ngomongnya...??

Kapitel 97: Udah ngomongnya...??

Begitu mereka sudah sampai di depan rumah,ponsel kiran berbunyi menandakan ada panggilan masuk.

Kiran segera mengambil ponselnya di dalam saku celananya dan melihat nama panggilan yang menelfonnya.

"Aris,,,"Gumam kiran pelan.

"Ayo ki masuk,,,,!?" ajak yani menoleh kepada kiran yang berada di belakangnya.

"Kamu duluan aja yan,,,,!! aku mau ngangkat telfon dulu."Kata kiran dengan tersenyum.

"Oh ya udah,,,,"Yani meninggalkan kiran masuk kedalam rumah.

Kiran segera mengangkat panggilan masuk dari Aris itu.

"Hal,,,,,"Belum sempat kiran menjawab halo sudah di potong oleh Aris.

📞"Kamu di mana kia,,,? aku chat-chat tak perna di balas,aku telfon-telfon kamu terus rijek aku.Kamu di mana? kamu baik-baik saja kan? aku sangat khawatir sama kamu kia.Aku sudah sering ke rumah kamu,tapi tak ada satupun yang tahu keberadaan kamu.Kata ibu mertua kamu,kamu sedang pergi liburan tapi mertua kamu sama sekali tak tahu kamu pergi kemana.Aku begitu khawatir sesuatu terjadi sama kamu."

kiran menjauhkan ponselnya dari telinganya saat mendengar Aris yang tak henti bicara.

📞"jawab aku kia,,! kamu kenapa pergi tak memberi tahuku ha,,? kamu tak tahu,betapa cemasnya aku dua minggu ini tak mendengar kabarmu.Aku tahu,kamu sedang ingin sendiri,tapi setidaknya kamu kasi kabar ke aku."Aris berbicara panjang lebar sudah seperti panjangnya rel kereta api.

Sedangkan kiran mendengarkan saja sambil duduk di kursi yang yang berada di halaman rumah yani dengan tangan sebelahnya menongka dagunya.

📞"Halo kia,,,,kamu dengar aku kan,,?" ucap Aris kemudian karna tak mendengar suara kiran.

"Hhhmmmm,,,,"Jawab kiran masih dengan menongka dagunya.

📞"Kia aku lagi serius,,,mengapa kamu tak berbicara dari tadi,,?"

Kiran menarik napasnya dan menghebuskannya dengan pelan.

"Udah ngomongnya,,,? mana aku mau ngomong,belum juga aku sempat menjawab halo kamu sudah main nyerocos sudah seperti nenek-nenek cerewet saja.Telinga aku sampe pegal mendengarnya."Jawab kiran.

Terdengar dari seberang telfon sana Aris menarik napasnya pelan.

📞"Aku hanya terlalu khawatir kepadamu ki,,,dua minggu ini tak bisa menghubungimu membuatku tak bisa ngapa-ngapain.Pikiranku begitu kacau selalu teringat dengan ke adaanmu seperti apa.Aku takut kamu akan mengelakuin hal yang bisa mencelakaimu."Jelas Aris mengeluarkan semua isi kepalanya yang dua minggu ini terpendam.

Kiran tersenyum,dia sangat tahu Aris begitu peduli padanya.Sejak mereka kecil,kalau dia sakit sedikit saja,Aris pasti akan terus menjaganya.

"Maafkan aku Ris,,!Aku udah pergi tanpa memberitahumu.Tapi aku baik-baik saja ko.Kamu ga usa khawatir ya."Kata kiran.

Terdengar Aris kembali menarik napasnya.

📞"Baiklah,,,,aku sekarang udah lega setelah berbicara denganmu dan tahu kamu baik-baik saja.Kalau gitu,aku mau lanjut kerja dulu,sebentar aku akan menelfonmu lagi.Kamu harus mengangkat,,awas kalau tidak."Kata Aris dengan nada mengancam.

Kiran malah tertawa terkekeh."Iya iya,,,,ya udah,kamu kerja aja..!Daaaa,,,,,"

📞"Daaaa,,,,,"

Setelah sambungan telfon terputus.Kiranpun segera masuk kedalam rumah dengan berjalan masih berpincang.

Kiran masuk ke dalam kamar dan segera membersihkan dirinya di dalam kamar mandi.Dia tak melihat keberadaan yani,mungkin saja yani sedang di ruang keluarga atau di dapur.

Begitu kiran selesai mandi dan berganti pakaian,dia segera menemui keluarga yani yang mungkin saja sedang menunggunya untuk sarapan.

"Eh nak kiran,,,Ayo nak,kita makan." ajak ibunya yani yang sedang mengatur makan di meja.yani juga sedang membantu ibunya menyiapkan makanan di meja makan.

Sedangkan pak wahyu tak terlihat keberadaannya.

"Bapak kemana bu,,?"Tanya kiran.

"Bapak ke sawa,,,sore baru pulang."Kata ibunya yani.

Kiran hanya tersenyum tak menjawab.

"Ayo kita makan ki,,,"Ajak yani setelah selesai mengatur makanan.

Kiran mengangguk dan duduk di samping yani.

Kiran mengambil nasi dan sayur sop buatan ibu yani.

"Habis makan antarin bekal bapak yo ndo.!!" ucap ibu yani yang baru saja selessi mengatur makanan ke dalam rantang.

"Iya bu,,,,"jawab yani sambil makan.

"Aku temenin ya,,,?" tawar kiran.

"Ga usah ki,,,kaki kamu kan masih sakit."Kata yani melihat kiran.

Ibunya Yani langsung melihat ke arah kiran dan yani bergantian.Ibu yani tak mengetahui kalau kiran terluka.Tangan kiran yang terluka kiran tutupi dengan lengan baju tangan panjang yang dia kenakan.

"Kamu kenapa? kenapa ga ngomong-ngomong sama ibu kalau kaki kamu sedang sakit?" tanya ibu yani dengan wajah cemas.

Kiran melirik yani dengan ekor matanya.Sengaja dia menutupi lukanya agar tak terlihat,eh malah yani sendiri yang ngomong.

Yani yang melihat kiran meliriknya dengan tajam hanya tertawa cengengesan sambil meminum air putih.

"Neng kiran biar ibu lihat kakinya ya,,," kata ibu yani lagi.

Kiran menggeleng."Ga usah bu,,,,kaki aku udah ga pa pa ko.Ka Rey udah ngobatin tadi.Hanya terkilir saja tadi waktu olahraga bersama yani.Tapi sekarang udah mendingan."Tolak

kiran sambil tersenyum melihat ibunya yani.

"Beneran udah ga pa pa,,,?"tanya ibu yani meyakinkan.

Dengan kuat kiran menganggukan kepalanya.

"Ya udah kalau gitu.Kamu yo ndo kenapa tadi tidak beritahu ibu nak kiran terluka, ?" ibunya yani melihat ke arah putrinya yang sudah selesai makan.

"Lupa bu,,,"Jawab yani.

"Kamu ini yo ndo,,,nak kiran ini adalah tamu kita,jadi kita harus menjaganya."Kata ibunya yani menasehati putrinya.

Yani mendengarkannya karna yang di katakan ibunya benar.

Kiran hanya tersenyum mendengarkan.Dia berpikir keluarga yani begitu baik padanya.

*****

Begitu selesai makan,Kiran membantu yani membersikan meja makan dan mencuci piring.Awalnya yani menolak,namun kiran bersikeras ingin membantuh.

Sedangkan ibu yani sudah pergi ke sawah untuk mengantarkan makan siang untuk suaminya.Sebenarnya yani yang mau pergi,tapi saat tahu kaki kiran sedang sakit,ibu yani menyuruh yani di rumah saja menemani kiran.


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C97
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen