"Oh ya?" Meskipun Fang Qi masih ragu-ragu, tapi jika penulis novel bertema game memiliki pemahaman mendalam tentang game tersebut, mungkin ia bisa menulis novel tersebut dengan sepenuh hati. "Bagaimana kalau... kita coba saja? Kalau aku suka dengan tulisan kalian, kalian boleh menulisnya."
"Apa yang sedang kalian bicarakan?" Tanya Song Qingfeng dan lainnya saat melihat kedua gadis tersebut sedang asyik bicara dengan pemilik warnet. Ia dan teman-temannya pun berjalan menghampiri mereka.
"Tenang saja." Ujar Xu Zixin yang duduk di depan komputer. Ia kemudian menutup matanya dan tersenyum. "Kami sedang mendiskusikan tentang penulisan novel resmi dari game Diablo II."
"Apa? Novel Diablo II akan rilis?!" Seru Song Qingfeng. Dibandingkan game Resident Evil Satu, alur cerita game Diablo II lebih luas, ditambah lagi latar cerita Diablo II lebih ambisius dan menambah kebebasan pemain untuk bermain sehingga mereka tidak terlalu memperhatikan plot ceritanya.
Tetapi bukan berarti plot dari game Diablo II kurang menarik, hanya saja aspek yang membuat orang tertarik untuk memainkan game ini terlalu banyak.
Karena itulah, mendengar berita tentang penerbitan novel dari game ini langsung membuat mereka tertarik. "Kapan?"
"Saudara An." Bu Che dan lainnya yang awalnya sedang membicarakan keterampilan dalam game, langsung berbalik dan menunjuk ke arah Fang Qi. "Pak Fang Qi akan menerbitkan novel Diablo II."
"Bagaimana alur cerita Diablo II?" Tanya An Cheng. "Setiap hari aku hanya memperhatikan barang dan keterampilan, jadi aku mengabaikan plot ceritanya."
"Apalagi hal-hal seperti iblis dan malaikat, aneh sekali. Aku hanya tertarik untuk bermain game, jadi aku tak memperhatikan alurnya dengan jelas. Tetapi sepertinya novel resmi ini akan sangat menarik, terlihat lebih orisinil daripada novel lain yang dijual di pasaran." Ujar Ouyang Cheng. "Mungkin aku akan membelinya saat sudah terbit."
"Kita tanya dulu kapan terbitnya." Ujar Bu Che. "Aku hanya tahu kalau Blood Raven adalah pahlawan, dan Tristram dihancurkan oleh Diablo. Aku tidak tahu mengapa semua ini bisa terjadi. Jika itu yang terjadi....."
Mereka saling melirik dan bertanya-tanya. "Tidak mungkin... apakah kita benar-benar dapat membaca hal-hal seperti itu?"
"Aku jadi ingin membacanya."
Sebelumnya mereka semua tidak suka membaca novel karena menurut mereka, semua itu hanya fantasi yang tidak realistis.
Tetapi sekarang untuk pertama kali dalam hidup mereka, mereka tertarik untuk membaca novel.
....
Di dalam aula besar keluarga Nalan.
Nalan Hongwu perlahan membuka kedua matanya lalu bertanya, "Apakah kamu membawa komputernya?"
"Aku… tidak bisa membawanya." Ujar Nalan Ying sambil menundukkan kepalanya.
"Hmm…." Nalan Hongwu berdehem singkat dengan kedua mata yang memancarkan amarah. "Apa yang terjadi? Bukankah aku menyuruhmu untuk membawa pengawal bayangan?" Tanyanya dengan penuh penekanan.
Nalan Ying tidak tahu bagaimana harus menjelaskan situasinya. Ia sendiri masih tidak habis pikir bagaimana mungkin para pengawal bayangan melakukan break dance di luar warnet. "Pemilik tempat itu… terlalu kuat. Saya bahkan tidak tahu bagaimana ia bisa mengalahkan seluruh pengawal bayangan dengan teknik kilat."
"Teknik kilat?" Tanya Nalan Hongwu bingung. "Kultivator harus mengumpulkan kekuatan petir dari langit dan bumi untuk melakukan teknik kilat, pasti akan ketahuan kalau mereka akan menyerang dengan menggunakan teknik itu. Jadi bagaimana bisa para pengawal bayangan tidak bisa menghindari serangan kilat itu?!"
"Pemilik tempat itu…" Ujar Nalan Ying menggantung. "Tidak menunjukkan tanda-tanda serangannya." Sambungnya.
"Tidak mungkin." Ujar Nalan Hongwu sambil mengelus jenggot putihnya. "Apa kamu mau bilang kalau kultivator itu menggunakan kekuatan spiritualnya sendiri untuk membuat kilat dan mengalahkan para pengawal bayangan dalam sekejap? Kultivator seperti itu pasti berasal dari Alam Lautan Ilahi."
Nalan Hongwu kembali memejamkan matanya dan berkata, "Kultivator ini sepertinya bukan orang yang bisa kamu kalahkan. Aku tidak akan menyalahkanmu."
"Maafkan saya."
"Tapi... mengapa tidak ada berita tentang kultivator Alam Lautan Ilahi yang datang ke kota Jiuhua? Bahkan tak ada seorang pun di wilayah Jiangnan yang pernah mendengar tentang ini." Tanya Nalan Hongwu. "Apakah orang ini tidak tertarik dengan kekayaan dan ketenaran?"
Meskipun keluarga Nalan sudah tak sekuat dulu, tapi kekuatannya masih lebih dari cukup untuk berurusan dengan toko kecil tanpa harus terlibat dalam perkelahian.
Jadi bukankah kekayaan dan ketenaran adalah hal yang diinginkan oleh semua orang?
"Seharusnya seorang pemilik toko kecil seperti itu tertarik dengan uang, tetapi pemilik toko itu sangat taat pada peraturan. Bahkan pelanggan yang melanggar peraturannya dilarang datang kembali." Ujar Nalan Ying sambil menggelengkan kepalanya.
"Karena itulah kita tidak bisa membujuknya dengan uang." Imbuhnya.
"Oh?" Nalan Hongwu sadar beberapa orang kuat punya emosi yang agak aneh. Ia pernah mengalami kesulitan serupa saat membujuk Lu Fuzi untuk mendesain panah pembasmi abadi untuk negara Dajin.
Jika pemilik toko kecil ini benar-benar kuat, Nalan Hongwu tidak akan begitu terkejut dengan semua peraturan yang dibuatnya.
"Apakah komputer di toko kecil itu benar-benar ajaib seperti yang kamu katakan?" Tanya Nalan Hongwu.
"Saya tidak melebih-lebihkan sama sekali." Ujar Nalan Ying.
"Kalau begitu, aku sendiri yang akan mencari tahu dalang di balik semua ini." Ujar Nalan Hongwu yang selama ini selalu mengasingkan diri. Kini akhirnya ia kembali tertarik pada suatu hal. Ia benar-benar ingin mencari tahu tentang keistimewaan benda tersebut.
Tapi kalau benda tersebut biasa saja, ia akan membuat perhitungan dengan pemilik toko tersebut.
"Tuan... Anda.... akan pergi sendirian?" Tanya Nalan Ying sambil mendongakkan kepalanya dan menunjukkan ekspresi terkejut.
Nalan Hongwu kemudian berdiri dari kursinya. Ia adalah lelaki tua yang punggungnya sudah agak membungkuk, dan rambut serta janggutnya sudah berwarna seputih salju.
"Aku juga akan menunjukkan kepada orang-orang itu kalau aku belum mati." Ujarnya dengan tatapan dingin.
Ucapan tersebut membuat Nalan Ying merinding.
Nalan Hongwu membuka mulutnya dan berkata, "Tetua Fu."
"Saya disini." Pria tua lain yang berambut putih berjalan keluar dari belakang aula. Tubuhnya jangkung dan terlihat sangat kuat. Ia juga mengenakan jubah putih dengan tepian emas.
"Siapkan kereta."
"Baik."
"Tuan, apakah anda benar-benar akan pergi?!" Tanya Nalan Ying dengan tubuh gemetar.
Pemimpin keluarga Nalan telah mengurung diri lebih dari 10 tahun, tetapi kini ia akan kembali menunjukkan dirinya.
Apakah hari ini ia keluar hanya untuk memeriksa toko kecil itu?
Saat Nalan Ying masih ragu-ragu, kedua tetua sudah berjalan keluar dari aula besar.
.....
Berbeda dengan Fang Qi, Shen Qingqing adalah pemain pemula dalam game ini, jadi ia tak begitu paham tentang plot game ini.
Fang Qi dan Shen Qingqing akan segera merealisasikan rencana mereka untuk menulis novel resmi. Fang Qi membiarkan Shen Qingqing menulis sebagian dari Act 1.
Hari sudah mulai gelap saat ia selesai menjelaskan pada Shen Qingqing tentang beberapa bagian plot dengan sangat rinci.
Langit perlahan-lahan semakin gelap.
Dan matahari mulai terbenam.
Saat itulah Fang Qi melihat ada empat kereta yang ditarik oleh binatang aneh seperti kuda berhenti di depan warnetnya.
Kuda-kuda itu sudah pasti berbeda dengan kuda pada umumnya. Kuda-kuda itu tampak begitu kuat.
"Unicorn?" Fang Qi tiba-tiba teringat dengan makhluk mitos tersebut, tapi kuda di depannya berwarna hitam. Berbeda dengan hewan mitos unicorn, mereka terlihat jauh lebih ganas.
Itu adalah binatang buas!
Tetapi sudah dijinakkan.
Orang yang mengendarai kereta itu adalah orang tua yang bertubuh tinggi besar, dan mengenakan jubah putih dengan pinggiran emas. Ia menghentikan kereta kudanya dan membuka pintu kereta. Lalu orang tua lainnya yang bertubuh kurus, turun perlahan dari kereta sambil memegang tongkat hitam yang entah terbuat dari apa.
"Apakah ini adalah toko kecil yang dibicarakan Ying?" Tanya Nalan Hongwu sambil melihat sekeliling. Selain desainnya yang unik, tidak ada hal lain yang menarik perhatiannya dari toko kecil tersebut.
Di sisi lain, Fang Qi membeku setelah melihat dua orang tua tersebut. "Bukankah mereka terlalu tua untuk bermain game di warnetku?" Gumamnya.