Beno dan Candra terdiam sesaat setelah mendengar kata "mati" yang diucapkan Andre.
" Apa maksudmu tentang mati? ", tanya Beno.
" Saat kalian ingin masuk ke lab itu, jalan yang ditempuh tak semudah apa yang kalian bayangkan. Awalnya mungkin kalian mengira itu aman-aman saja, tapi sesaat setelah itu, berbagai rintangan akan kalian hadapi. Mereka membuat banyak perangkap disana. Banyak juga perbekalan yang harus kalian bawa. Karena tak cukup hanya satu hari saja, mungkin kalian akan butuh waktu satu minggu atau bahkan lebih", jelas Andre.
Candra penasaran dengan tempat itu, sepertinya begitu sulit memang untuk mencapainya. Ia pun bertanya kepada Andre tentang keberadaannya,
" Memangnya tempat itu ada di mana?".
Andre menyelesaikan mengunyah makanannya terlebih dahulu lalu ia menjawab pertanyaan Candra, "Aku memang belum tahu persis karena waktu itu aku mencapainya dengan helikopter. Dan aku tak terlalu memperhatikannya. Namun aku tahu darimana kita bisa masuk ke dalam".
Waktu makan siang habis, seperti biasa, mereka pun kembali ke selnya masing-masing.
Saat makan siang keesokan harinya, mereka kembali duduk bersama. Kembali melanjutkan memperbincangkan topik yang kemarin.
"Gimana kalau kita coba kesana?", tanya Candra. Candra memang sangat terobsesi untuk mendapatkan penawar itu.
Andre sepertinya setuju. Ia menganggukkan kepalanya. Tanda itu adalah ide yang bagus.
" Tapi bagaimana caranya kita keluar dari penjara Ini?", tanya Andre.
Beno mengusulkan sebuah ide dengan berkata, "Kita kabur saja".
" Tidak mudah keluar dari sel ini, pintunya saja dibuka otomatis. Aku tak tahu darimana pintu selnya dibuka", kata Andre.
Candra yang telah lama tinggal disini, ia tahu strategi agar bisa mengetahui bagaimana cara membuka pintu sel otomatis itu. Lalu ia berkata, " Kalian tenang saja, aku akan coba cari tau tentang itu".
"Oke bagus. Tapi ngomong-ngomong kenapa kamu mau membantu kami? Memberitahu kami tentang semua itu, Dre? ", tanya Beno kepada Andre.
Andre melihat sekelilingnya sebelum menjawab pertanyaan dari Beno. Setelah dia kira tak ada yang memperhatikan mereka, ia pun berkata, " Jujur aku sangat kasihan dengan penduduk sini. Si Penguasa itu adalah adikku. Dia berusaha menghancurkan desa yang mana disinilah kedua orang tua kita tinggal. Orang tua angkat tepatnya. Dia punya dendam pribadi yang aku pun tak tahu itu sama sekali. Aku berusaha menghentikannya. Tapi tak dapat kuhentikan jua. Aku coba membantu para penduduk. Namun salah faham terjadi disini. Aku diadili. Lalu dipenjara. Jadi aku disini ingin kita sama-sama mengembalikan keadaan desa ini".
Candra merasa bersalah, karena telah menceritakan yang bukan berdasarkan fakta kepada Beno beberapa waktu lalu tentang penyusup itu, atau Andre lah namanya. Namun, ia akan mencoba membantu Andre kini. Candra tahu apa yang harus ia lakukan. Besok pagi ia akan beraksi. Semoga saja ia berhasil.
"Memang awalnya kamu berasal darimana? Bersama adikmu itukah?", tanya Beno.
"Tidak, aku tinggal di pulau lain, saat aku hendak berkunjung kemari, aku sedikit terkejut melihat dinding besar di dekat pantai, yang sebelumnya itu tak ada. Dan kebetulan juga aku melihat Max, adikku disana. Aku coba menghampirinya dan bertanya padanya. Dan apa coba jawaban dia?"
"Apa?", serentak Candra dan Beno.
"Aku telah mengutuk desa ini, lalu aku bertanya lagi, kenapa? Dan dia menjawab, ada orang yang berbuat dosa didalamnya"
"Kejamnya ia", ungkap Beno.
"Lalu aku mencoba membuatnya tersadar, tapi hatinya sangat keras, bahkan lebih keras dari batu. Setelah itu, dia pergi begitu saja. Dan tiba-tiba dua orang penjaga menyeretku dari labirin itu kemari, sepertinya Max yang menyuruhnya"
"Malangnya nasibmu, Dre", ucap Candra.
"Diam kau!", gertak Andre.
"Nanti akan aku hentikan semua tingkahmu, Max", bisik Andre.
Keesokan harinya, Candra mendapat bagian piket lagi. Namun kali ini, ia mendapat bagian bersamaan dengan Andre. Mereka akan membersihkan di bagian samping kanan. Ada bangunan agak panjang kira-kira 10 meter. Bagian depan Bangunan itu menghadap ke semua sel yang ada di penjara itu. Candra dan Andre akan membersihkan di dekat bangunan tersebut. Bangunan itu adalah kantor di penjara itu. Tempat para penjaga berkumpul. Mengoperasikan segalanya di balik layar. Mereka juga mengawasi setiap gerak-gerik para tahanan. Karena di setiap sudut penjara, di setiap sudut sel, dan di setiap sudut ruangan besar seperti ruang makan dan tempat ibadah, mereka memasang kamera pengintai.
Kini semua penjaga pergi ke ruang makan. Mereka semua akan sarapan pagi setelah lelah dari pagi sampai malam selalu berjaga.
Ini adalah kesempatan untuk Candra dan Andre, mereka akan mencoba melihat ke bagian dalam bangunan itu, sengaja mereka akan membersihkan di daerah itu. Agar mereka bisa memperhatikan dimana para penjaga mengendalikan pintu otomatis setiap sel.
Sebelum mereka beraksi, Andre memberi Candra semacam earphone, sedangkan ia membawa handytalky untuk bisa memudahkan mereka berkomunikasi. Candra adalah pria yang cukup gesit dengan bentuk tubuhnya yang ideal. Ia mencoba masuk dengan hati-hati. Sedangkan Andre, ia menunggu di luar sambil mengawasi apabila ada penjaga yang masuk, ia akan segera memanggil Candra untuk keluar.
Candra telah berhasil masuk ke dalam ruangan itu. Ia melihat ke sekitaran di ruang itu. Ruangan itu sangat luar, tanpa sekat. Banyak sekali meja sepertinya tempat para penjaga mengawasi setiap gerak-gerik tahanan. Bagian depannya ada layar besar bergambar. Layar itu terbagi-bagi, sepertinya itu adalah hasil intaian cctv yang terpasang di setiap sudut penjara itu.
Tak ada cctv di ruangan itu, sehingga tak ada yang bisa merekam gerak-gerik Candra saat itu. Candra berjalan semakin masuk ke ruangan itu. Ia menemukan meja yang dipenuhi tombol-tombol berkode diatasnya. Ia tak paham apa maksud kode-kode itu. Lama sekali ia mengamati kode-kode itu, sampai-sampai ia mendengar suara Andre di earphone yang dipakainya.
" Andre kepada Candra, Candra", ucap Andre memperagakan nada tentara yang tengah menghubungi kawannya.
Candra terperanjat, lalu menjawab panggilan Andre, " Candra disini".
"Cepat kembali, ulangi, cepat kembali", kata Andre sambil memperagakannya lagi.
Candra berlari menuju pintu keluar. Ia terdiam dulu di ambang pintu, khawatir ada penjaga yang akan masuk. Ia menoleh keluar, mencari-cari keberadaan Andre. Ternyata Andre telah berdiri di sampingnya. Kemudian menariknya keluar. Setelah itu, mereka meneruskan pekerjaan mereka terlebih dahulu. Setelah selesai, saat hendak kembali ke sel masing-masing, Candra mengembalikan earphone yang tadi dipakainya kepada Andre.
"Terima kasih", ucap Candra sambil pergi menjauh dari Andre menuju selnya.
Sel Candra sangatlah dekat dari tempat yang tadi ia masuki. Sedangkan sel Andre, jauh di ujung.
Mereka beristirahat terlebih dahulu, sebelum akhirnya makan siang pun tiba.
Candra, Andre dan Beno kembali duduk bersama lagi sambil berbincang di bangku yang sama. Candra menceritakan apa yang tadi ia lihat di dalam ruangan para penjaga itu, "Tadi aku melihat layar besar, itu sepertinya hasil rekaman cctv di penjara ini. Tapi aku belum bisa menemukan dimana tempat membuka pintu sel. Hanya tadi aku lihat ada meja dipenuhi tombol-tombol, tapi di tombol itu ada semacam kode, atau entah apa, ada tulisannya yang pasti, A-1, A-2, sampai A-76. Apa kamu tahu maksudnya?".
Andre dan Candra terdiam saling berpandangan. Sedangkan Beno hanya bisa makan saja. Ia kurang begitu peduli dengan itu. Ia sangat lapar saat ini.
"76 itu jumlah dari sel yang ada disini", celetuk Andre.
Candra dan Andre punya pemikiran yang sama mereka tiba-tiba berkata secara bersamaan, "Jangan-jangan.... itu....".
"Iya itu cara membukanya", kata Beno dengan matanya yang melotot sambil memandang Candra dan Andre.
"shutttt.. jangan terlalu keras", kata Candra sambil meletakkan jari telunjuk di mulutnya.
"Kalau misalkan itu adalah tombol untuk membukanya, lalu berapa nomor sel kita?", tanya Andre.
Mereka kembali dibuat bingung oleh pertanyaan Andre. Mereka tak tahu harus mencarinya dimana. Mereka akan mencoba memikirkannya nanti. Kini mereka akan menghabiskan jatah makanan mereka dulu.