Tadi malam Yuura menulis surat pengunduran diri.
Ia sudah yakin dengan keputusan yang di buatnya, bahkan Yuura juga sudah menerima kontrak dari perusahaan lain yang menginginkan peran nya dari bulan lalu.
Jimin menatap kosong surat pengunduran diri milik Yuura di tangan nya.
Rahangnya mengeras menahan amarah dan kecewa yang menjadi satu.
.
.
.
.
Yoona mengendap ngendap memasuki kamar Jimin.
Setaunya ia tidak pernah di izinkan untuk masuk ke kamarnya.
Yoona ingin mencari tau kenapa Jimin sangat bersikap dingin kepadanya.
Saat sedang melihat lihat isi kamarnya mata Yoona teralih pada sebuah cincin , tepatnya cincin hasil pertunangan mereka berdua.
Yoona mengambil cincin itu dan bergumam
" Kenapa dia tak memakai cincin nya? ".
Gadis itu mengambil nya dan langsung keluar dari kamar.
.
.
.
.
Yuura sudah bukan Asisten pribadinya Jimin.
Yuura tidak usah susah susah untuk memperhatikan Manager nya itu, Yuura bahkan tidak perlu lagi menyiapkan sarapan dan susu tiap pagi untuknya .
Yuura pergi dengan langkah cepat, tidak peduli dengan siapa yang ia tabrak dan sebuah mobil berhasil menabrak nya saat Yuura hendak menyebrang jalan.
Pengendara mobil itu langsung pergi dan tidak bertanggung jawab.
Kedua telinga Yuura berdenging karena kepalanya terbentur, terdapat luka lumayan parah di lutut dan sikunya.
Beberapa orang mencoba untuk menolongnya dan membantu Yuura untuk berdiri.
" Bawa dia ke rumah sakit terdekat, karena aku rasa lukanya cukup parah ".
" Kalau begitu bawa dia ke mobilku, aku akan antarkan dia ke rumah sakit ".
Pria paruh baya yang sangat baik terlihat membantu Yuura untuk masuk ke mobilnya, dan mobil itu langsung pergi untuk menuju rumah sakit.
Yuura merasakan sakit yang luar biasa di seluruh tubuhnya, siku dan lutut kakinya terasa perih, belum lagi ada bagian yang terkena benturan . Dan Yuura rasa pasti ada bagian tubuhnya yang akan membiru nanti.
Tak lebih dari sepuluh menit mobil itu berhenti dan tiba di rumah sakit.
Yuura di bantu oleh beberapa suster untuk menuju ruang pengobatan.
Pria paruh baya itu juga ikut mengantar nya sampai Yuura memasuki ruang pengobatan.
" Luka lukanya cukup parah, aku akan segera panggilkan dokter untuk menanganinya ".
Suster itu segera pergi dengan langkah cepat.
Yuura terbaring di ranjang putih, kepalanya tak sanggup menahan rasa pusing dan sakit. Untuk membuka kedua matanya saja Yuura sama sekali tidak sanggup.
Terdengar langkah kaki cepat memasuki ruangan yang Yuura tempati.
Suster itu kembali bersama seorang dokter di sampingnya.
Matanya segera membulat saat melihat gadis yang terbaring .
Seokjin menghampiri nya dengan penuh rasa khawatir.
" Yuura? Apa yang terjadi denganmu ? ".
" Siapkan beberapa obat untuk mengobati lukanya seperti cairan alkohol , obat antiseptik , dan kain kasa ".
Setelah semuanya di siapkan , Seokjin dengan sigap mengobati lukanya mulai dari membersihkan lukanya dengan cairan alkohol .
Yuura sama sekali tidak bisa bergerak karena tubuhnya yang terlalu sakit.
.
.
.
.
.
Jimin tiba di rumahnya , ia melonggarkan dasinya dan menjatuhkan tubuhnya di sofa .
Yoona yang menyadari kehadiran Jimin , langsung menghampirinya.
" Kenapa kau tidak memakai cincin pertunangan kita? ".
Mata Jimin terpaku pada cincin yang Yoona pegang saat ini.
" Aku lupa tidak memakainya saat aku selesai mandi ".
Jawabnya enteng.
" Jinjja!? Kau bercanda!? Bagaimana kau bisa melupakan hal itu ? ".
Yoona mengeluarkan amarahnya dengan nada bicara yang meninggi.
Jimin bangkit dari sofa dan pergi tanpa menghiraukan Yoona.
Hal itu lah yang membuat Yoona semakin marah.
" Kau pikir kau siapa? Kau pikir kau siapa bisa melakukan hal ini padaku !? ".
" Kau tidak menunjukan sosok pribadimu yang hangat sejak kita bertunangan, bahkan kau malah bersikap seenaknya terhadapku , kau pikir kau siapa!? ".
" Aku rasa kita harus membatalkan pertunangan ini ".
Hanya kalimat itu yang Jimin katakan pada Yoona.
Kalimat yang berhasil membuat Yoona benar benar diam seribu bahasa.
Cincin itu jatuh bersamaan dengan Yoona yang tersungkur di lantai.
Matanya melihat Jimin yang pergi menuju kamarnya tanpa memperdulikan Yoona.
Jimin membuka jas hitam nya lalu melemparkan nya ke sembarang tempat.
Satu tangan nya memijat kepalanya yang mendadak pusing.
" Aku bahkan tidak pernah mencintai nya ".
" Seharusnya aku tau dengan siapa aku bahagia ".
.....
Yuura perlahan membuka kedua matanya, mengerjap kan nya dengan pelan lalu mulai melihat sekeliling.
Bau khas rumah sakit mulai menusuk hidungnya.
Yuura tidak terlalu suka untuk berada di rumah sakit.
Matanya mengenali sosok seseorang yang berpakaian jas putih bersih dengan stetoskop di lehernya.
Yuura baru tau jika Seokjin adalah seorang dokter.
Dan Seokjin lah yang mengobatinya.
" Kau baik baik saja ? ".
" Aku berbohong jika kukatakan bahwa aku baik baik
saja ".
Ucap Yuura dengan suara yang sedikit serak.
" Bagaimana kau bisa terluka seperti ini ? ".
" Sepertinya aku ceroboh, dan tidak melihat sebuah mobil yang melaju lumayan cepat saat aku akan menyebrang jalan ".
" Kau harus berhati hati lain kali ".
" Aku ingin pulang, aku tidak terlalu suka jika harus berlama lama berada di rumah sakit ".
" Aku akan mengantarmu pulang, kebetulan jam kerja ku juga sudah habis ".
" Bantu Yuura untuk duduk di kursi roda, sementara itu aku akan membawa barang barangnya".
Pinta nya pada seorang suster.
.
.
.
.
Seokjin mendorong kursi roda Yuura menuju parkiran.
Bahkan Seokjin bisa dengan mudahnya mengangkat tubuhnya Yuura saat memasuki mobil.
" Berapa lama aku akan sembuh ? ".
" Luka seperti itu akan lumayan lama, maka dari itu jika ingin cepat sembuh kau harus selalu tepat waktu dalam mencuci luka itu dan mengganti perban nya ".
Seokjin menyalakan mesin mobil nya dan menuju perjalanan pulang.
— Bald kommt ein neues Kapitel — Schreiben Sie eine Rezension