App herunterladen
28.57% Survival: Siapakah yang pulang dengan selamat? / Chapter 2: Ular Cobra

Kapitel 2: Ular Cobra

"Emb... Stopp!!" Teriak Rayhan seraya berdiri ditengah Ozzie dan Reza yang pada akhirnya tanpa sengaja memukul Rayhan secara bersamaan. Rayhan ambruk.

Ozzie dan Reza saling pandang, mereka kemudian secara bersamaan memandang Larra untuk meminta bantuan.

"Itu urusan kalian" ketus Larra tak peduli

"Ya ampun Rayhan" dengan panik Grace menghampiri Rayhan yang sudah pingsan. Begitu pula Ozzie dan Reza, mereka merasa bersalah karena telah membuat Rayhan pingsan.

"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Ozzie

"Cubit!" seru Reza

Ozzie kemudian mencubit Rayhan, namun ia tidak sadar juga. Ozzie juga mencoba menggelitik, memukul, bahkan menusuk kakinya dengan kayu tapi Rayhan tetap tidak bangun juga. Reza bahkan mencoba menekan titik titik yang seharusnya membangunkan seseorang yang sedang pingsan, termasuk juniornya Rayhan.

"Gawat.... Ini masalah besar" panik Grace hampir menangis

"Larra!! " bentak Ozzie "kamu kenapa diam aja"

Larra membuang muka, bosan memandang drama king di hadapannya, "Sudahlah, hentikan drama king kalian, kita sudah membuang waktu terlalu lama" sinis Larra "Rayhan bangunlah, kalau tidak kami akan meninggalkanmu" ancam Larra dengan nada serius, tapi Rayhan tak bangun juga.

"Maksud kamu apa Larra? Kamu nuduh Rayhan pura2 pingsan?" selidik Ozzie dengan wajah sinisnya yang tak hilang-hilang itu.

"Ga usah hirauin Larra, kalo emang Rayhan pura-pura pingsan gak mungkin dia biarin kita pegang juniornya" ucap Reza

"Gimana kalo kita coba lagi" Larra tersenyum licik melihat ekpresi Reza dan Ozzie "Tapi bukan kalian berdua yang pegang"

"Trus siapa? " tanya Ozzie dan Reza bersamaan

"Grace! " jawab Larra mantap

Seketika itu juga Grace terbelalak tak terima, Ozzie dan Reza saling pandang setuju.

"Pintar lo Larra, tumben" girang Ozzie

"Gak gak, gak usah macam-macam kalian" panik Grace

"Gak apa-apa Grace, hanya kamulah harapan kita" rayu Reza "Hanya dengan begini Rayhan pasti bangun"

"Pake cara yang lain aja, aku gak mau" pekik Grace

"Udah gak usah dengar dia, langsung aja" titah Larra

"Larra!! " pekik Grace

Namun Reza segera menahan tangan Grace sedangkan Ozzie membuka celana Rayhan, dan plakk...

Dengan gamblang Reza menggosok-gosokan tangan Grace disana. Grace benar-benar tak habis pikir, tapi apa daya, kekuatan Ozzie dan Reza lebih kuat daripada dirinya. Sungguh Grace rasanya ingin menangis.

Sssss....

"Suara apa itu?" tanya Ozzie

Sssss...

Ozzie, Reza, Larra maupun Grace mulai siaga. Grace mengambil kesempatan itu untuk melepaskan diri dari Reza. Sepertinya mereka tau itu suara apa, namun mereka belum tau arahnya dari mana.

Hanya dalam sekejap seekor ular cobra muncul dari belakang Larra...

"ULAAARRRRR" teriak Grace seraya sambil berlari. Refelks Reza, Ozzie dan Larra ikut berlari. Mereka berlari tanpa arah yang jelas namun saling susul menyusul. Grace yang semula paling depan kini jadi paling belakang, tenaganya mulai melemah, kakinya lemas, tenggorokannya semakin kering, dan akhirnya ia terjatuh. Namun belum 10 detik tubuhnya sudah terangkat, namun matanya terlalu kabur untuk melihat apakah itu Ozzie atau Reza. Mereka berlari begitu gamblang, tak peduli arah, tak peduli apapun yang didepan, pokonya lari, hingga tanpa sadar kaki mereka ada yang bengkak, bahkan ada yang terluka kecil.

Ozzie yang sudah berada paling depan akhirnya kelelahan dan berhenti dengan ngos-ngosan, begitu pula dengan Reza, Larra, Grace dan Rayhan yang menyusul dibelakangnya.

"Ngapain kita lari-lari" sesal Larra "kita bahkan tidak tau kita ada dimana sekarang, kita kehilangan arah"

"kamu sih, jadi cowo penakut banget" Ozzie kembali menyalahkan Reza "Harusnya kamu bunuh tu ular, malah buat kita panik ga jelas. Ketua ga berguna"

"Heh, kalo lo berani lo aja yang tangkap. Dasar otak dengkul" umpat Reza kesal

"gue haus banget" lirih Grace yang masih di gendong Rayhan.

Rayhan?

Mendadak Ozzie, Reza dan Larra terkejut dengan kehadiran Rayhan yang tak terduga.

"Loh, bukannya lo tadi pingsan ya" heran Reza

Rayhan terkejut mendengarnya "Iya ya, tadi kan saya pingsan" jawabnya

"Ohhh jadi tadi lo booingin kita ya" bentak Ozzie "Lo mau ikut berantem heh? "

Rayhan semakin terkejut dan panik, hingga refleks melepaskan Grace yang ada di gendongannya.

Bukk

Grace terjatuh.

Rayhan semakin panik saja, cepat-cepat ia memperbaiki posisi Grace

"Punggung aku sakit Rayhan" rutuk Grace

"Cepat cari air untuk Grace, sebelum dia dehidrasi" panik Rayhan

Larra kembali membuang muka "Ozzie dan Reza yang cari, gue haus juga" titahnya dengan ketus

Ozzie membuang nafas kesal.

"Grace bertahanlah" ucap Rayhan seraya mendudukkan Grace di tanah.

"Ya udah" ucap Reza dengan nafas yang mulai tenang "Gue mau cari air, kalian tunggu disini ya"

Reza kemudian pergi mencari air, diikuti Ozzie dibelakangnya.

"Mana ada air disini" keluh Ozzie

"Lo ngapain ngikutin gue" bentak Reza

Ozzie tersentak "Siapa yang ngikutin kamu? kamu nya aja yang jalan di depan aku"

"Hallah bilang aja takut sama ular"

"Aku gak takut kok"

"Ullarrrr.... " teriak Reza, Ozzie terkejut dan melompat lompat ketakutan dan Reza menertawakan leluconnya.

Ozzie tersadar, ia kemudan diam, memasukan tangan kedalam saku jaketnya lalu menatap Reza dengan sinis "leluconmu sangat tidak lucu. Apa kamu kehabisan lelucon ditempat mu biasa membeli lelucon? "

Duarrr...

Rakk Gorrrrrr

Guntur dengan sangat keras memengejutkan setiap orang yang mendengarnya. Reza memandang langit langit yang sudah sangat mendung.

"Ozzie, sebentar lagi akan hujan" ucapnya kepada Ozzie yang entah sejak kapan sudah lebih dekat dengannya. "Sebaiknya kita hentikan pencarian ini, dan tunggu hujan turun"

Gar.... Duarrrrrr

Sebuah pohon disambar petir sampai tumbang, Ozzie dan Reza terkejut dan refleks berlari sejauh mungkin..

"Ozziee... " teriak Reza dari kejauhan "lo lari kemana? Jalannya lewat sini"

Meyadari dirinya salah arah, Ozzie segera balik kanan dan mengikuti langkah Reza.

Hujan turun tepat ketika Ozzie dan Reza sampai di tempat persinggahan Grace. Hujannya sangat lebat, disertai halilintar, guntur, dan angin kencang. Sangat kencang, hingga rasanya ingin melayang bersamaan dengan pohon2 yang sepertinya akan tercabut dari akarnya.

"Airnya sudah dapat, dari Tuhan" ucap Ozzie dengan senyuman lega.

"Kalian lama sekali, lihat... Kita bahkan kehujanan dan tidak sempat mencari tempat berteduh gara gara menunggu kalian" kesal Larra

"Maaf" lirih Reza "gue juga kedinginan kok"

"Rayhan..." panggil Grace yang sudah membaik

Rayhan memandang wajah manis Grace, berharap Grace akan mengucapkan terimakasih padanya. Tapi anehnya wajah pucat Grace tampak panik

"Kamu tidak membutuhkan ekspresi panik untuk mengucapkan terimakasih" jawab Rayhan

Grace menggeleng kuat "Teman teman" panggilnya lagi

"Kenapa? " jawab Reza

"Maura! Maura dimana? "

Dar...

detik itu juga, jantung mereka berdetak dengan lebih cepat dan bisa dipastikan ritmenya sama. Kecuali Grace yang lebih dulu terkejut. Jadi ritmenya agak berbeda, hingga jadilah seperti ritme musik yang silih berganti. Ritme itu membuat mereka melupakan bahwa mereka sedang terguyur hujan lebat, pikiran mereka berkecamuk mencoba mengingat kapan terakhir kali mereka bersama dengan Maura, karena hanya dengan begitu detak jantung mereka bisa kembali normal, sehingga mereka aman dari serangan darah tinggi.

"Teman teman" Panggil Maura disaat yang tepat "Kenapa meninggalkan aku?" Maura melempar ular cobra yang mereka takutkan tadi di hadapan mereka hingga mereka terkejut, bahkan Ozzie sampai berteriak nyaring mengalahkan suara hujan. Hampir saja ia disambar petir.

Grace membuang nafas lega seraya memeluk Maura "Kamu kemana aja sih, bikin kami khawatir"

Maura melepaskan pelukan itu seraya tersenyum pada Grace "Tadi, waktu kalian berdebat masalah Rayhan, aku sudah berkali kali permisi pipis, tapi tidak ada yang mendengar. Gara-gara ular itu, kalian bahkan menabrakku yang sedang pipis hingga celanaku sobek. Lihat ini" Maura menunjukkan bagian celananya yang robek "Ular itu mengejar kalian, tapi ia menemukanku. Karena sudah kepepet ya aku pukul aja kepalanya dengan kayu apa aja yang ada" jelas Maura

"Okey, stop dramanya" pekik Larra "Apakah kita akan mandi hujan sampai dipatuk ular beneran"

"Jangan bicara begitu" tegur Rayhan

"Ah lo itu, bisanya nasehatin orang aja" Larra kemudian beralih menunjuk Reza "Lo juga, jadi ketua gak berguna, harusnya lo mikir dong, kita harus gimana dan ngapain lagi, malah diam aja.... "

Reza yang dimarahi merasa tak terima "Emang lo udah bagusan ya, lo berguna ya, selain ngerepek gak jelas. Kalo lo merasa berguna, lo aja yang jadi ketua"

"Kalo Larra jadi ketua, gue cari jalan sendiri" tegas Ozzie

"Ketahuan lo dukung gue jadi ketua" Reza menunjuk tepat di wajah Ozzie, hingga Ozzie salah tingkah.

Grace yang mulai risih dengan tingkah teman-temannya berkata, "Sudah, jangan saling menyalahkan dan buang dulu keegoisan masing-masing. Apa kalian tidak sadar, hujan semakin lebat, angin berkelebat, dan kita sedang tersesat, kita tidak tahu arah jalan pulang. Ya memang mungkin tim SAR akan mencari kita, tapi setidaknya kita harus berpikir bagaimana bisa bertahan sampai mereka tiba"

Rayhan mengangguk setuju "Tapi apa yang harus kita lakukan"

Ozzie dan Reza saling pandang, "Kita cari gua aja" kata Reza, baru setelah itu kita buat api dan bakar ular ini"

Larra membuang muka kesal "Dengan apa kita buat api? Dengan apa kita membersihkan ular itu? Jangan kan korek api, kita bahkan tidak punya apapun selain tubuh kita sendiri. Lagian siapa yang mau makan ular cobra hanya dengan membakarnya?"

"Lagian kamu yakin di gua itu aman?" Rayhan tampak khawatir "Biasanya di film-film, gua itu selalu ada isinya"

"Gua tidak akan aman jika ada seseorang yang pura-pura pingsan" sindir Ozzie

"Kata Wayne Dyer" Maura angkat bicara "Tidak masuk akal untuk khawatir tentang hal-hal yang tidak dapat kita kontrol, karena tidak ada yang dapat kita lakukan atas mereka. Dan mengapa kita khawatir tentang hal-hal yang dapat dikontrol? Lagian ide itu tidak lah buruk, hanya pikiran kita saja yang belum jernih"

Hening sejenak, tampaknya mereka sedang mencerna kata-kata itu, Maura lanjut menjelaskan "Hujan, angin, badai, kehadiran hewan buas, adalah sesuatu yang tidak dapat kita kontrol. Bertahan hidup, tindakan dan langkah selanjutnya adalah hal-hal yang dapat kita kontrol. Jadi kenapa kita harus khawatir, panik dan pusing sendiri, santai saja, toh semuanya akan baik-baik saja jika kita bisa mengontrol apa yang bisa kita kontrol"

"Darimana kamu tau kita akan baik-baik saja" tanya Larra sinis

"Apakah kamu merasa setelah ini kamu akan mati atau celaka?" tanya Maura "Jika kamu sama denganku, tidak merasakan itu, percayalah kita semua akan baik-baik saja"

Wajah Larra tanpak berubah, mungkin ia punya pendapat yang berbeda.

"Jadi? Kita harus ngapain?" tanya Rayhan

"Duduk saja, menenangkan diri, nikmati air hujan, dan berpikirlah. Setelah sekitar 10 menit, kita sampaikan pendapat masing-masing dengan kepala dingin, semua pendapat pasti berguna jika kita sudah tenang" jelas Maura

"Sayangnya kmi bukan dirimu yang tolol dan suka melamun itu"

"Larrra diam! " tegas Reza "Mari kita lakukan saran dari Maura. Duduklah semuanya dan berpikir dengan tenang, setelah sekitar 10 menit, aku akan memberikan instruksi untuk kalian"


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C2
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen