App herunterladen
14.5% Kesalahan Termanis / Chapter 37: Akhir Manis Kencan Dimas dan Lisa

Kapitel 37: Akhir Manis Kencan Dimas dan Lisa

"Maaf ya Lisa kalau aku hanya mengajakmu di sini. Nanti kalau aku dapat gaji bulananku, aku akan membawamu ke tempat yang bagus." janji Dimas. Lisa mengkerutkan dahi.

"Tidak kok, aku senang sekali yang penting kita bisa habiskan waktu bersama." Dimas tersenyum mendengar penghiburan Lisa.

Karena udara panas, mereka lalu membeli topi dan jalan-jalan sebentar. Dimas jadi kasihan kepada Lisa, dia rela panas-panasan dan berusaha untuk menikmati kencan demi dia.

Kedua matanya terarah ke tempat menjual es krim. Dihentikannya langkah Lisa dengan cara menarik pelan lengan si gadis. Lisa otomatis berhenti lalu ikut memandang kemana mata Dimas menuju.

"Aku ke sana dulu ya, kau cari tempat teduh." Lisa sekali lagi menurut. Dimas dengan semangat melangkahkan kakinya mendekat dan karena hal itu dia tak sengaja menabrak seorang pria. "Maafkan aku." ucap Dimas merasa khilaf.

"Tidak apa-apa." balas si pria asing. Dimas kembali berjalan mendekat lalu memesan dua es krim coklat.

"Ini es krimnya." Dimas meraba-raba saku celananya untuk menemukan uang yang dia bawa, namun tak kunjung dia temukan padahal Dimas yakin sudah membawanya.

"Biar aku saja yang bayar." ujar pria di belakang Dimas. Ternyata si pria asing juga tengah menunggu giliran untuk membeli tetapi karena Dimas kesusahan dia memutuskan untuk mentraktir Dimas.

Si pria asing dengan cepat memberikan beberapa lembar uang kepada si penjual sementara Dimas sudah mengambil dua es krim miliknya kemudian menunggu si pria asing. "Terima kasih karena sudah membayar es krimku." ucap Dimas kepada si pria asing ketika dia mendekati Dimas.

"Ah sama-sama, lagi pula aku memiliki mood yang bagus sekarang jadi apa salahnya aku mentraktir seseorang yang kesusahan." jelas si pria asing dengan senyuman menghias bibir.

"Namaku Dimas. Siapa namamu?" tanya Dimas kepada si pria asing.

"Namaku Saga." balas si pria asing.

"Saga, sekali lagi terima kasih karena sudah mau membantuku jika kita bertemu kapan-kapan aku pasti akan membayar hutangku." kata Dimas bersungguh-sungguh.

"Ah tak usah, aku ikhlas menolongmu. Ngomong-ngomong kau datang ke sini dengan seseorang yang spesial ya?" terkaan Saga sontak membuat warna muka Dimas memerah.

"Jadi itu benar! Aku datang ke sini dengan istriku." Dimas dan Saga kemudian berbincang sebentar lalu memisahkan diri menuju ke pasangan masing-masing.

"Ambilah." Lisa tak menyangka bahwa dia akan diberikan es krim. "Wah aku rasa ini merepotkan."

"Tidak, ambilah. Awalnya aku kesusahan karena aku lupa di mana aku menaruh uangku namun ada seorang pria yang berbaik hati membayar es krim ini untuk kita." penuturan Dimas di dengar baik oleh Lisa.

"Setelah kita menghabiskan es krim, apa kita akan tetap berada di sini?" Dimas mengangguk. "Hari ini mereka juga akan mengadakan pesta kembang api." jawab Dimas sembari menikmati es krim yang berada di tangan.

"Benarkah? Sudah lama sekali aku tak menyaksikan pesta kembang api!" sahut Lisa gembira. "Lisa." Lisa menggumam sebagai jawaban.

"Bukannya aku ingin kau bersedih, tetapi aku ingin tahu bagaimana caranya kau diperlakukan oleh suamimu?" tanya Dimas berhati-hati.

Lisa terkesiap. Jika mengingat masa lalu, Lisa hanya akan memikirkan betapa terluka hatinya saat itu bersama Saga. "Awalnya kami biasa saja. Dia hanya bertanya kepadaku tentang yang penting saja namun lama kelamaan dia tak menghargaiku dan sering marah-marah tak jelas."

"Mengatakan aku sering membuatnya malu di depan umum padahal aku sama sekali tak mengerti. Aku mencoba interopeksi diri tetapi semakin aku berusaha terbaik semakin juga dia lebih kasar padaku." kata Lisa pilu dengan pandangan mata kosong.

Dimas mengerti dengan kesedihan sang kekasih. "Ah, sorry. Aku sering terbawa perasaan. Ayo kita habiskan dan bersenang-senang, aku ingin melupakan dia." lanjut Lisa cepat. Dia juga memakan es krimnya dengan gesit tanpa mempedulikan mulutnya sudah kotor akibat es krimnya.

Dimas tertawa kecil dan mengeluarkan sapu tangan yang memang dia bawa. "Berhenti." Lisa menjatuhkan pandangan kepada Dimas dengan penuh tanda tanya.

Belum sempat membuka mulut, Lisa terperanjat saat Dimas membersihkan mulutnya. Dia mematung karena hal itu sampai bibir Lisa bebas dari kotoran. "Selesai."

"Te-terima kasih." ucap Lisa gugup. Dimas cuman tersenyum membalas ucapan tersebut. Akhirnya sesudah mereka habiskan waktu seharian di festival itu sambil menunggu malam untuk melihat pesta kembang api.

Waktu menunjukkan pukul 19.00 sewaktu Lisa melihat jam di layar ponsel. "Dimas, kapan pesta kembang apinya?" tanya Lisa mulai tak sabaran.

"Sabar, sebentar lagi." Lisa mengerucutkan bibirnya lalu duduk di tempat yang tak jauh dari tempat mulanya Lisa berdiri. Suara khas dari kembang api yang menyala mendadak Lisa bangkit berdiri dan kepalanya menengadah ke atas.

Suara ledakan ditambah dengan pemandangan warna-warni yang menghiasi langit malam. Bukan sekali melainkan berkali-kali. Lisa terpana hingga mulutnya terbuka sedikit. Matanya tak lepas memandang kembang api yang indah.

Dimas tak memperhatikan pesta kembang api melainkan Lisa yang berada di sampingnya. Menurut Dimas, Lisa lebih cantik dari pada kembang api. "Cantik ya," gumam Lisa masih terpesona.

"Iya kau cantik." sahut Dimas tanpa sadar. Lisa mendengarnya menoleh kepada Dimas. "Apa yang kau katakan?" Dimas segera menggeleng.

💟💟💟💟

Mobil Dimas berhenti di depan rumah Lisa. Keduanya lalu keluar dari mobil. "Sampai jumpa, lain kali kita jalan-jalan lagi." perkataan Lisa hanya dibalas dengan anggukan oleh Dimas.

Lisa lalu berjalan masuk ke dalam sedang Dimas melangkah menuju mobilnya. "Eh tunggu dulu ada sesuatu lagi yang aku lupa, Dimas kemarilah." Dimas lalu mendekati Lisa dengan raut wajah heran.

Tapi bukan perkataan, Lisa berjinjit dan mencium salah satu pipi Dimas. Dimas terperangah namun dalam sekejap dia memulas senyum manis di wajah tampannya.

"Selamat malam."

💟💟💟💟

Catatan Author :

Hai ini dengan author. Bagaimana kabarnya? mudah-mudahan baik ya semuanya. Cerita ide ini itu dari kalian para komentator. Jadi author bikin part yang Saga ada tapi hanya sekilas.

Author tak habis pikir sama readers. Kalau Saga tak ada, readers cari Saga padahal readers benci sama karakter tokoh utama pria. Ternyata Saga memang punya pesona tersendiri 🤣🤣🤣

Karena Saga muncul di part ini, readers tahu bukan kelanjutannya. Ok, see you in the next part!! Bye!!


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C37
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen