App herunterladen
14.59% My strange marriage / Chapter 40: Pengganggu kencan (1)

Kapitel 40: Pengganggu kencan (1)

Suasana jalanan di hari minggu di kota Bandung hari ini sangat padat. Cukup lama Todi menyetir, sekitar 1 jam, ditambah dengan waktu mencari tempat parkir. Akhirnya mereka sampai di tempat yang dituju. Matahari bersinar terik di pagi menuju siang hari ini. Padahal baru pukul 11 tapi sinar matahari sudah cukup menusuk kulit. Todi memicingkan mata melihat teriknya matahari, untung saja Laras meminta jalan-jalan ke taman bermain didalam mall, kalau tidak tidak terbayang olehnya harus berpanas-panasan di hari minggu ini.

"Yuk, sayang," ajak Todi. Dia melirik istrinya sebentar, Laras masih tersenyum dengan senang. Hati Todi semakin tenang.

"Kita langsung ke atas kan kak?" tanya Laras, ketika mereka mulai memasuki gedung mal.

"Iya, kenapa? Kamu mau kemana dulu?" balas Todi.

"Enggak, oke, langsung ya," ucap Laras lagi, menggandeng lengan Todi dengan manja.

Mereka menuju ke lantai paling atas, taman bermain yang diminta Laras memang satu-satunya di kota Bandung yang terletak didalam mal. Cukup nyaman, karena tidak harus berpanas-panasan. Mata Laras langsung membesar tiga kali lipat saat melihat pintu masuk taman bermain itu. Senyumannya juga tidak hilang dari wajahnya. Todi melihat wajah istrinya sambil tertawa. Tawa Todi yang cukup keras membuat Laras terheran.

"Kenapa kak?" tanya Laras.

"Hahaha...kamu benar-benar kaya anak kecil deh," jawab Todi masih tertawa.

"Kenapa?" tanya Laras lagi, masih belum menyadari maksud suaminya.

"Coba perhatiin muka kamu, seneng banget diajak kesini," jelas Todi, masih tetap tertawa geli.

Laras memajukan bibirnya dengan kesal.

"Ini kan pertama kalinya aku kesini, sama suami aku lagi," jelas Laras.

Todi lumayan terkejut mendengarnya. Taman bermain ini tidak terlalu jauh dari tempat tinggal Laras dulu. Todi sedikit tidak percaya mendengar ini kali pertama bagi Laras.

"Baru pertama kali?" tanya Todi. Laras mengangguk.

"Iya, dari dulu enggak pernah sempat kesini, kakak tahu kan, aku tuh jarang main tipe orangnya, setelah masuk kedokteran, ya tambah jarang, lagian..masa kakak enggak ingat sih, dulu pas kita masih pacaran, kan aku pernah ajak kakak kesini, tapi kakak kan yang batalin di menit terakhir, padahal aku udah sampe disini," cerita Laras. Pikirannya kembali ke masa mereka masih pacaran, atau tepatnya, saat Todi dipaksa pacaran oleh Bundanya.

Kata-kata Laras membuat Todi terdiam. Dia justru tidak ingat kejadian itu. Ah, sungguh aku dulu lelaki yang benar-benar brengsek, maki Todi pada dirinya sendiri.

"Itu sebabnya, aku ajak kakak kesini, kakak pasti lupa deh kalau pernah batalin janji dulu, ya kan?" tebak Laras. Mengingat kejadian dulu, membuat hatinya sedikit sedih. Pikiran Laras kembali ke masa mereka baru pacaran sekitar 1 bulan. Saat itu Laras sedang liburan cukup panjang, dia mengirim pesan kepada Todi, mengajak untuk jalan-jalan ke taman bermain di mal ini di akhir pekan. Todi hanya membalas dengan singkat pesan ajakan Laras. Ya, tulis Todi saat itu. Hati Laras sungguh berbunga-bunga kala itu saat membaca pesan dari Todi. Di hari Sabtu, Laras sudah berdandan secantik mungkin, dia sengaja berangkat lebih cepat. Tapi apa daya, sekitar 10 menit dari waktu yang sudah mereka janjikan, Laras mengirimkan pesan untuk mengingatkan Todi akan janji mereka, dan Todi membalas dengan sebuah pesan singkat, "Aku ada perlu mendadak, tidak bisa pergi hari ini," begitu tulis Todi. Yang lebih menyakitkan lagi, setelah kejadian itu, Laras tidak pernah menerima permintaan maaf dari Todi, dan setelahnya pun Todi bersikap seolah tidak ada kesalahan yang dia perbuat kepada Laras.

"Maafkan aku ya Ras" ucap Todi pelan, dia menyesal sekali. Tidak ada balasan dari Laras. Wanita itu masih larut dalam lamunan masa lalunya. Todi memegang tangan istrinya. Sentuhan tangan Todi, mengembalikan kesadaran Laras.

"Ras.." panggil Todi.

"Hmm?" tanya Laras, masih linglung.

"Aku minta maaf..aku.."

"Udah ah kak, udah aku maafin kakak jauh-jauh hari," potong Laras cepat-cepat, dia tersenyum dengan tulus. Laras membuang jauh-jauh ingatan sedihnya itu. Hari ini terlalu bahagia untuk mengingat hal-hal sedih masa lalu, pikir Laras.

"Ayo, kita kapan masuk kalau bengong mulu," ucap Laras pada Todi. Laras langsung menggandeng lengan suaminya dengan manja, membuat Todi merasa lebih baik. Mereka berdua berjalan masuk ke dalam.

"Kak, kita baik itu ya," pinta Laras, sambil menunjuk ke arah giant swing, atau ayunan raksasa yang mengayun dengan cepat. Todi sedikit terkejut melihat pilihan istrinya.

"Sayang, kamu yakin? Kita baru banget sarapan loh, enggak takut muntah?" tanya Todi, sedikit khawatir. Laras mencibir mendengar suaminya.

"Yang lain aja deh," Todi cepat-cepat menyambung kalimatnya.

"Hmmmm...gimana kalau itu?" tanya Laras sambil menunjukkan ke arah sebuah roller coaster. Pilihan istrinya ini juga membuat Todi menggaruk kepalanya.

"Enggak ada yang lebih ekstrim yang?" tanya Todi. Laras melihat suaminya dengan bingung.

"Kalau itu?" tanya Laras lagi, kali ini wanita itu menunjukkan sebuah wahana dimana pengunjung dinaikkan ke atas lalu turun secara cepat ke bawah. Todi langsung menggeleng.

"Jadi kakak mau yang mana?" tanya Laras kesal.

"Nah, itu aja ya," jawab Todi sambil menarik lengan istrinya dengan cepat, sebelum Laras menjawab. Todi membawa Laras ke wahana 4D. Di wahana ini ada sebuah film pendek action mengenai superhero. Ini lebih baik, tidak terlalu menakutkan, pikir Todi. Laras menurut saja, lumayan untuk wahana pertama, pikirnya.

Setelah selesai menonton, Todi mengajak Laras menuju sebuah kereta gantung yang mengajak mereka berjalan-jalan mengelilingi taman bermain itu. Laras menurut saja, tapi sejujurnya dia mulai bosan.

"Kak, abis ini kita ke Giant swing ya," pinta Laras, setengah memohon.

Todi mengangguk.

"Oke," jawabnya setuju.

Mereka akhirnya pergi ke Giant swing. Laras benar-benar kegirangan. Dia sama sekali tidak merasa takut melihat ayunan raksasa itu. Sementara Todi benar-benar tidak menikmati wahana itu, kepalanya pusing dan pandangannya berputar. Todi bahkan nyaris muntah, dia memang tidak bisa menaiki wahana yang berputar dengan cepat seperti Giant swing ini. Dia punya penyakit vertigo, sebenarnya tidak diperbolehkan menaiki wahana ini.

"Kak, kakak enggak apa?" tanya Laras, khawatir melihat suaminya pucat. .

"Enggak apa, cuman sedikit vertigo," jawab Todi.

"Aduh, harusnya aku enggak ajak kesini ya, kakak enggak bisa naik ini?" tanya Laras lagi, panik, sedikit rasa menyesal di hatinya.

"Enggak, enggak apa, kita duduk dulu yuk, aku minum sebentar," pinta Todi, berusaha menenangkan istrinya. Laras mengiyakan, mereka pergi ke salah satu sudut restoran di taman bermain ini. Laras membelikan coklat panas untuk Todi.

"Minum dulu," ujar Laras. Todi mengangguk, menurut.

"Kakak kenapa enggak bilang sih?" tanya Laras.

"Aku memang sering vertigo, sudah lama enggak muncul lagi, sebenernya aku selalu hindari wahana yang seperti itu, tapi aku enggak enak sama kamu, kamu nya semangat banget. Aku takut jadi pengganggu kencan kita," jawab Todi.

Laras hanya terbengong mendengar kata-kata suaminya, yang dia tahu Todi adalah pria yang jarang sekali mengakui kelemahannya. Laras lalu tersenyum senang, baru kali ini suaminya seperti ini.

"Ras, kamu enggak anggep aku cemen kan?" tanya Todi lagi, melihat istrinya senyum-senyum sendiri.

"Hmmmmm... sedikit.." goda Laras sambil membuat tanda dengan ibu jari dan telunjuk tangan kanannya. Selanjutnya Laras tertawa geli. Sementara Todi malah senang melihat Laras tertawa lepas. Dia mencubit hidung istrinya dengan gemas.

"Ayo kita lanjut lagi, kamu mau naik Roller coaster kan?" ajak Todi setelah meminum habis coklat panasnya.

"Yakin?" tanya Laras. Wanita ini justru khawatir melihat Todi semangat sekali, takutnya suaminya itu memaksakan diri.

Todi mengangguk dengan yakin.

"Aku kan enggak mau kamu anggep cemen," canda Todi sambil tertawa.

"Tenang aja, biar kakak cemen, kan aku tetap cinta," gombal Laras sambil mengedipkan sebelah matanya, yang disambut dengan ciuman mesra dari Todi di pipi kanan Laras, membuat Laras langsung bersemu merah.

"Kakak ih, malu ah," ucap Laras sambil mencubit pinggang Todi.

"Biarin aja, " balas Todi.

*vertigo: sensasi atau rasa berputar pada kepala.


AUTORENGEDANKEN
rizka_hami rizka_hami

haloo

mohon maaf setelah lama menunggu

akhirnya up juga

jgn lupa bintang..spirit stone dan komen nya

(◍•ᴗ•◍)❤

Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C40
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen