App herunterladen
50% Kembang Berbuah / Chapter 18: Kembang Berbuah

Kapitel 18: Kembang Berbuah

Bagian Enambelas

Kehadiran dokter Irwan membuat Astuti menunda niat untuk diskusi soal lelaki.Ia ingin pembicaraan dengan bidan Nani menjadi sebuah rahasia.Siapa pun tidak boleh tahu.

" Dalam rangka apa nih,kok mau membicarakan soal lekali ? ",tanya dokter Irwan sambil tersenyum,melihat Astuti dan bidan Nani senyum masam dokter Irwan terkejut.Ia sadar bahwa kehadirannya tidak disukai.Lalu meminta maaf kepada Astuti dan bida Nani.

" Akh tidak apa apa kok.Kami sudah selesai bicaranya ", kata Astuti,berbohong.

Dokter Irwan masih berdiri bingung mencari-cari topik bicara agar ia bisa tetap berada di ruangan kerja Astuti.Ia melihat jamtangan nya sejenak sesudah itu bicara." Apakah dokter Astuti dan bidan Nani sudah makan siang ? Kalau belum ayo kita makan bersama di Rumahmakan Berteduh...Sayur gule dan sate di sana enak lho ".

" Terima kasih , saya sudah makan ", sahut Astuti.Ia terpaksa berbohong hanya karena tidak ingin memberi penolakan yang bisa menyakiti hati dokter Irwan.

" Wakh saya ngajak nya telat ya ", ujar dokter Irwan." Kalau bidan Nani sudah makan juga ?".

" Saya belum makan,dok...saya mau tuh diajak makan di rumahmakan Berteduh ",sepontan bidan Nani menjawab pertanyaan dokter Irwan.Kemudian dengan hati gembira ia mengikuti dokter Irwan seraya melambaikan tangan ke arah Astuti." Dokter Astuti mau pesan apa ? Nanti saya bawakan...".

Astuti menggelengkan kepala,setelah itu senyumnya berkembang karena melihat bidan Nani dan dokter Irwan begitu gembira jalan berduaan.

Jam pulang kantor.

Herman dan Maiwirman masih berada di kantor,dan beberapa orang karyawan yang masih menyelesaikan tugas kerja.

Seorang staf devisi pengembangan pasar,Budiman,mengetuk pintu ruangan kerja Herman.Ia menyampaikan sebuah pesan Astuti melalui telpon beberapa menit lalu." Pak Herman,ibu Astuti barusan menelpon minta dijemput...",ujar Budiman.

" Terima kasih ya ",sahut Herman.Kemudian dengan tergesa-gesa dia keluar ruangan menuju mobil inventarisnnya di halaman parkir.

Di halaman parkir depan kantor Puskesmas,dokter Irwan nampak sedang bicara dengan Astuti.Dokter lelaki itu menawarkan jasa mengantar pulang.Sikapnya sangat lembut dan perhatian." Boleh kah saya mengantar pulang dokter Astuti ?", dokter Irwan mengharap Astuti tidak menolak tawarannya.

" Terima kasih,yang menjemput saya sebentar lagi datang ", balas Astuti,kali ini ia terpaksa sedikit ketus.Dan ini ia lakukan supaya dokter Irwan segera pergi.

Akan tetapi dokter Irwan nekad,memilih diam sambil menatap muka Astuti.Dengan sikapnya seperti ini ia berharap dapat kesempatan mengutarakan sesuatu yang dirasakan sejak beberapa bulan lalu.Pikirannya ingat kepada ibu yang tak pernah berhenti memberi saran." Kamu sudah bukan remaja lagi,bila wanita itu memperlihatkan tanda-tanda suka kamu bilang bahwa kamu menyukai nya ".

" Dokter belum pulang ?!", tiba-tiba datang bidan Nani menyapa.

" Sebentar lagi....",balas dokter Irwan gugup.

" Dengar dengar dokter kalau pulang lewat Salemba, benar kah ?", tanya bidan Nani.

" Iya, ada apa ? ", tanya dokter Irwan.

" Saya boleh tidak kalau menumpang sampai Matraman ? ", sahut bidan Nani.

" Kalau yang menumpang wanita cantik mengapa saya tolak ?",dokter Irwan bergurau,melihat wajah bidan Nani sedang tersipu malu.Lalu mengajaknya pergi kearah mobil sedan warna hitam yang jauhnya cuma beberapa meter.Dokter Irwan dan bidan Nani berjalan beriringan.

Setibanya di mobil dokter Irwan menoleh ke arah Astuti.Dilihatnya sebuah mobil berhenti dekat Astuti,sopir mobil itu Herman.Astuti segera naik,kemudian mobil itu bergerak meninggalkan halaman parkir.Hati dokter Irwan cemburu.

Bidan Nani memperhatikan wajah dokter Irwan ada perubahan,awal ceria sekarang cemberut.Bidan Nani tersenyum kepada dokter Irwan setelah ia melihat mobil yang dinaiki Astuti dikemudikan oleh Herman menyalip.Sekarang bidan Nani hafal,wajah dokter Irwan tiba-tiba berubah lantaran cemburu."Kasihan dokter Irwan",ujar bidan Nani lirih.Lalu ia menghibur dokter itu sepanjang perjalanan menuju Matraman. Dokter Irwan nyopir dengan penuh konsentrasi,memandang ke depan.Tanpa ia sadari saat berada di bunderan Pancoran mobil Herman menyalip disebelah kanan,ia tercengang melihat ke mobil itu nampak Astuti sedang menyuapkan roti kepada Herman.Beberapa menit kemudian dokter Irwan dikejutkan oleh sebuah mobil menyalip dari jalur lambat,ia segera membanting setir ke kanan dan ke kiri lagi.Dokter Irwan tak tahan emosi sambil menonjolkan kepala ia berteriak sangat kencang. " Hai ! Nyopir sudah punya SIM apa belum ?!!! ".Setelah berteriak ia melihat wajah bidan Nani nampak sangat pucat karena ketakutan.Dokter Irwan menghentikan mobilnya di bahujalan,ia menenangkan bidan Nani yang masih berdebar-debar karena kaget dan takut.Sesudah itu dokter Irwan menjalankan mobilnya meneruskan perjalanan pulang.

Setelah mengantar Astuti langsung Herman pulang ke rumah kontrakan.Di rumah Herman melihat Heri sedang bersiap-siap akan pergi,begitu semangat,sambil membersihkan sepatunya Heri bersenandung kecil mengikuti sebuah lagu yang didengar dari Taperecorder.Lagu itu banyak disukai orang.Killing me softly with his song.


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C18
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen