Bab Enam
Astuti yang sedang mereka tunggu dengan penuh kekhawatiran ternyata sedang berada di rumah kawannya,di daerah Tebet Timur.Setelah menelpon ibu nya tadi,Astuti mengunjungi rumah Maiwirman.Ini kedatangannya yang kesekian kali selama minggu terakhir setelah bertemu Herman di Pondokbali beberapa minggu lalu .Astuti menemui Maiwirman membicarakan perkembangan perusahaan dan sekalian membicarakan Herman." Jadi tetap kamu merekomendasikan Herman untuk kerja di PT.Rejeki ? ", tanya Maiwirman,ia tidak mengerti mengapa Astuti begitu keras keinginannya."Bila demikian keinginan kamu,saya tidak bisa menolak...", Maiwirman akhirnya memberi keputusan sebelum Astuti mengutarakan beberapa alasan.
" Terima kasih,Mai ", sahut Astuti." Kamu telah paham akan keinginan saya ".
" Saya hanya merasa terjepit ",balas Maiwirman." Saya harus mengikuti kamu karena sebagai Dewan Komisaris PT.Rejeki.Jika saya bersikeras menolak bagaimana perasaan Herman karena dia sahabat aku juga ".
Astuti mengulurkan tangan mengajak bersalaman kepada Maiwirman.Sebelum bersalaman Maiwirman berkata," Kapan kamu bisa menghadirkan Herman ke kantor ? ".
" Kamu maunya kapan ? Besok atau malam ini ? ", sahut Astuti,tapi nada nya tidak begitu serius membuat Maiwirman tak bersemangat."Jangan jangan kamu hanya bercanda meminta saya menarik Herman bekerja di PT.Rejeki ", keluh Maiwirman.
" Saya benar serius",sahut Astuti.Kemudian ia memberi kabar kalau Herman saat ini berada di rumahnya di Mentengdalam.Dan setelah itu diajaknya Maiwirman untuk bertemu Herman.
" Saya jadi ingin segera bertemu Herman",kata Maiwirman."Banyak pengalaman saya bersama dia sering bolos sekolah ".
Astuti tertawa,terkekeh kekeh.
***
Perasaan cemas Yulinar,ibu Astuti,dan Herman langsung hilang.Melihat Astuti datang bersama Maiwirman.Rumah itu jadi ramai.Maiwirman tak henti-henti berkelakar." Astuti ! Rumah bertingkat di Mentengdalam ini memang kramat,ya...", kata Maiwirman berseloroh.Herman dan Astuti seperti kena sindir,sementara Yulinar dan Heri tersenyum.
" Lho, kok ngobrolnya pakai pantun ? Waktu muda suka main teater ya... ",balas Herman.
" Kalian berdua ini kalau bicara tidak pernah serius ", Astuti menyahuti sambil melirik ke arah Herman.Namun Herman bersikap biasa saja.
Pada kesempatan itu Maiwirman mengingatkan Herman bahwa Astuti menaruh perhatian yang dalam.Herman tidak begitu yakin.Dia beralasan telah menelusuri dalamnya perasaan Astuti,dan tak ada peluang untuk singgah di sana.
Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat.Bertemu dengan kawan lama memang terasa sangat menyenangkan,banyak hal pembicaraan.Terkadang masa lalu diungkap kembali,walau penuh pengalaman pahit dan menjengkelkan bila diungkap terkadang menjadi pengalaman yang menggelikan.
Saat berpamitan pulang Maiwirman mendekati Herman dan berbisik," Kali ini kamu jangan punya pikiran jelek,pria pilihan Astuti hanya kamu.Kalau saya salah tentang Astuti terhadap kamu, 50% saham perusahaan untuk kamu.Tapi sebaliknya,bila saya benar kamu harus bekerja di tempat saya,bagaimana ? ".Setelah berbisik Maiwirman tersenyum,dan Herman pun ikut tersenyum.Kemudian Maiwirman berjalan menuju mobilnya.
Astuti,Herman dan Heri berdiri di teras,melihat ke arah mobil milik Maiwirman sampai mobil itu pergi.Sesudah itu Astuti ingin segera masuk ke dalam tapi sebelumnya ia ingin bicara kepada Herman,dilihatnya Herman sedang bicara dengan Heri maka Astuti mengurungkan niatnya.Ia masuk kedalam mencari bi Minah.
Astuti melihat bi Minah di dapur sedang menghangatkan sayur dan rendang," Bi Minah gelas gelas di ruang tamu tolong diberekan ya.Setelah itu buatkan air kopi dua gelas dan bawa ke teras ".
" Hanya itu Nona ? " tanya bi Minah.
Astuti terdiam sejenak.Lalu sambil malu malu ia berkata," Sambil menaruh kopi di teras bilang kepada Herman, saya memanggil ada penting ".
Bi Minah menganguk-angguk.
" Ingat ya ,Bi...bicaranya begitu saja,jangan ditambah-tambah ",ujar Astuti,setelah itu ia masuk ke kamar ibunya.
Bi Minah melihat Astuti hari ini penuh dengan gembira.Sebagai seorang wanita ia bisa merasakan kegembiraan anak majikannya itu.Lalu sambil membuat airkopi bi Minah berkata sendiri."Saya cuma ikut mendoakan,semoga Nona Astuti cepat punya suami".
Di teras Herman dan Heri sedang berunding,melihat situasi yang ada,dan Heri juga bersikeras ingin berkunjung ke rumah bidan Nani,berada di Jakarta satu hari tidak cukup.Pulang dari rumah Astuti mereka memutuskan akan mencari penginapan.
Bi Minah datang membawa dua gelas airkopi di atas nampan.Meletakan gelas kopi di atas meja dengan hati-hati.Sesudah itu berkata pelan kepada Herman." Den Herman,dipanggil nona Astuti,ada hal penting akan dibicarakan ".
Herman tertegun setelah mendengar perkataan bi Minah,setelah itu." Bilang ya Bi, sebentar lagi saya datang "'
Bi Minah mengangguk lalu pergi.
Heri melihat ada tanda-tanda jalinan perasaan yang kuat antara Herman dengan dokter Astuti.Memperhatikan Astuti begitu penuh perhatian terhadap Herman membuat ia teringat kepada bidan Nani ingin mendapat perlakuan seperti itu.Heri termenung kemudian menyadari bahwa ada sesuatu yang belum ia punya.
Astuti sedang merasakan hati yang berbunga-bunga ,rasanya seperti masa-masa cinta monyet.Melihat Herman masuk dan duduk Astuti segera menghampiri.
" Katanya mau bicara hal penting ? Tentang apa ya ", tanya Herman kepada Astuti.
" Soal pekerjaan ",jawab Astuti." Saya sudah dapat untuk kamu,Her ".
Herman terdiam.
" Kamu serius ya. ingin bekerja "'
Herman masih terdiam.
Kemudian Astuti bercerita tentang PT.Rejeki yang dipimpin oleh Maiwirman.Herman bisa menyimpulkan." Kamu memasukan saya kerja di perusahaan milik Maiwirman ? ", tanya Herman dengan perasaan gembira yang meluap-luap,karena kegembiraannya itu ia tak bisa menahan airmata nya keluar.Astuti melihat Herman dengan terharu.
" Dua atau paling lama tiga hari lagi kamu sudah bisa bekerja di sana ", kata Astuti lagi."Maiwirman meminta kamu besok datang ke kantor PT.Rejeki ".Sesudah itu ia menyarkan agar Herman jangan buru-buru pulang ke Subang." Kalau kamu malam ini kesulitan tempat menginap bisa kamu pergunakan rumah saya di Bintaro,ada dua kamar kosong di sana ".
" Terima kasih tawaran menginapnya ", ujar Herma.Dia harus menolak,tidak mau repotkan karena soal tempat menginap malam ini sudah diputuskan berdua dengan Heri.Menginap di Hotel.
Jam telah munjukan pukul 23.30 WIB.Herman dan Heri keluar dari rumah Yulinar, Astuti mengantar mereka hingga depan pagar halaman rumah.Ketia Herman dan Heri masuk ke dalam mobil Astuti memandangi mereka dengan perasaan berat.Dalam hati Astuti sedang tumbuh kekhawatiran yang begitu berat.