Ibunya menjawab; "Kamu adalah kristalisasi cinta ibu dan ayah. Kami saling mencintai, jadi kami memilikimu!"
Dia tetap tidak tahu tentang masalah pria dan wanita sampai dia mencapai usia remaja, pada usia dua belas atau tiga belas tahun. Saat itulah sekolah memiliki kelas fisiologi. Dia masih ingat teriakan malu-malu dari teman-teman sekelasnya ketika guru menunjukkan kepada mereka perbedaan struktur fisiologis pria dan wanita.
Dari pelajaran fisiologis itulah dia secara intuitif memahami bahwa kelahirannya tidak bisa dijelaskan dengan 'kristalisasi cinta'.
Jadi, dia memberi penjelasan kepada putranya. "Sayang, apakah kamu pernah melihat berudu sebelumnya?"
Dia mengangguk. "Ya! Berudu benar-benar kecil, berwarna hitam, dan memiliki ekor yang panjang; mereka sangat imut!"
"Pada awalnya, kamu dan kakakmu adalah berudu kecil di tubuh ayah."
Matanya melebar dengan takjub. "Eh? Aku seekor berudu kecil di tubuh ayah?"