Hahh.. akhirnya sampai juga di sekolah pagi hari, tanpa rasa khawatir akan telat dan siap untuk mencontek PR Bahasa Indonesia milik Saki. Seketika aku melihat sebuah mobil Audi A3 milik Saki yang sedang berjalan melewati gerbang dan berhenti di depan lapangan upacara. Sementara aku masih berjalan dengan siswa siswi lainnya menuju ke arah papan pengumuman yang berada di belakang lapangan upacara. Di sana ada sebuah papan besar yang tertempel di tembok berwarna krem cerah, yang setiap harinya akan mengumumkan berbagai kegiatan, acara ekskul, kasus dan laporan lainnya dari semua murid di Kagurasai.
Sesaat sampai di atas lantai yang memisahkan antara lapangan upacara dengan bangunan sekolah ini. Aku pun berhenti untuk menunggu Saki keluar dari mobil mewahnya, sesaat.. mobil mewah milik Fujito pun muncul memasuki lapangan upacara, sebuah mobil berjeniskan Mazda RX7 dengan warna coklat metalicnya yang elegan. Dengan mesin yang sudah di modif habis habisan. Yang pastinya memiliki accleration yang sangat menakjubkan dengan top speednya yang sangat tinggi.
Seketika.. Fujito mencari perhatian dari para siswi yang berada di sekitar lapangan dengan rev boom dari mobil miliknya yang menggetarkan jiwa. Sontak.. para siswi pun mulai memandangi ke arah mobilnya. Dan tak banyak para siswa di sekolahan ini yang memandanginya dengan tatapan sirik. Karena tidak mampu memilikinya. Huhh.. andai saja aku memiliki mobil yang seperti itu, pasti sudah banyak cowo yang mendekat ke arah ku.
" Hey.. sudah cukup bermimpinya " Sebuah suara yang terdengar cukup pelan dari arah belakang ku. Ehh.. sontak dengan cepatnya aku langsung menoleh ke arah suara itu. Sesaat aku memutar badan ku yang Ternyata.. Saki sudah berada tepat di belakang ku. " saki.. mengagetkan ku saja " Ujar ku dengan nada riangnya sambil memegangi lengannya. " Ayo masuk.. sebelum nanti telat " dengan semangatnya Ia mengenggam tangan ku. " Iyah.. " tapi.. pandangan ku masih melirik ke arah Fujito yang mulai keluar dari mobil mewahnya. Aku mau melihat wajah tampannya ketika Ia keluar dari mobilnya, tiba tiba.. Saki menarik lengan ku dengan kuatnya sampai sampai aku pun langsung terbawa dengan cepatnya, " saki.. kenapa buru buru seperti ini " Ujar ku dengan penasarannya melihat antusias Saki yang begitu bersemangat. " Aku gak sabar.. mau melihat buku kecil itu " Ujarnya sambil berlari menarik lengan ku, Huhh.. saki ini ya, kalau sudah bersemangat dengan suatu hal pasti perlakukannya akan berubah menjadi tak terkendalikan dan agresive.
Sesaat sampai di dalam lorong.. Saki mulai menuruni kecepatannya dan membisikkan ku sesuatu, sebuah lorong berliku yang berada tepat di belakang kelas ku. " Ada yang mau ku bicarakan " Bisiknya yang membuat ku penasaran dan juga lelah. " Apa.. cepatlah katakan mumpung sepi " Seketika Ia kembali menaruh tangannya di telinga ku sambil membisikkan ku sebuah kalimat, " Berat badan ku bertambah dua kilogram " Ujarnya dengan nada yang lesuh, seketika wajah ku merengut karena kesal dengan jawabannya yang membuat ku penasaran. Huhh.. dasar, ku kira ada sesuatu yang mengerikan terjadi. " Makanya jangan ngemilin Tacos mulu, jadi gendut kan " Ucap ku dengan sedikit keras ke arahnya, seketika Ia menutup mulut ku dengan tangannya. " Sssttt.. jangan keras keras, ntar ada yang denger " sontaknya dengan suara pelan sambil melirik ke segala arah. " Tenang saja, tidak ada satu pun orang yang akan mendengar, ayo.. " Aku menggandeng Saki yang sekarang nampak ketakutan. Bagaimana pun kalau urusan berat badan pasti semua wanita merahasiakannya, paling tidak.. Ia akan memberitahu kepada sahabatnya.
Kami pun melanjutkan perjalanan menuju kelas, setelah kami keluar dari lorong itu. Tepat di samping kami terdapat dua kelas yang saling bersebelahan, yaitu kelas dua F dan kelas dua E. " Saki.. apa kamu sudah mengerjakan PR Bahasa Indonesia " Tanya ku dengan penuh harapan kepadanya, tapi.. Saki kan termasuk murid yang rajin. Jadi ku pastikan Ia sudah mengerjakan semuanya, bahkan.. Ia juga pastinya sudah mempersiapkan untuk ulangan Sejarah hari ini.
Tidak seperti ku yang mengerjakan PR-nya di saat waktunya sudah mepet. Bahkan.. di saat pelajaran lain pun aku masih menyempatkan diri untuk menyalin PR yang belum selesai, huhh.. sungguh malas bukan diri ku ini. " Sudah.. memangnya kamu belum? " Iya menoleh ke arah ku dengan tatapan seriusnya. Yang membuat wajahnya semakin imut, aku hanya menggeleng gelengkan kepala ku sambil menahan senyum. " Hahaha.. dasar Mugi, kebiasaan PR tidak pernah di kerjakan " Ucapnya sambil tertawa ke arah ku.
Ketika kami sudah sampai di samping kelas, aku mengintip ke arah jendela kelas ku dan melihat ada delapan orang yang sudah berada di kelas, lima di antaranya sedang sibuk menjalankan tugas piket. Mereka sedang bersih bersih kelas dengan penuh tanggung jawabnya, sampai sampai tidak ada satu pun sampah yang tertinggal. Sungguh murid murid yang teladan dan bertanggung jawab, oppss.. termasuk juga aku ya.
Setibanya di tempat duduk kami, aku langsung menaruh tas ku di atas meja untuk mengambil tempat pensil ku bersama buku tulis Bahasa Indonesia. Sesaat Saki meminta ku untuk mengambil buku misterius kecil itu. " Buku kecilnya mana Mugi? " Ujarnya dengan wajah yang begitu menginginkannya yang terpancarkan dengan penuh kegembiraan. Aku langsung membuka ransel bagian kecil ku dan mengambil buku itu. " Nih.. tapi jangan di baca sendirian " Aku menarik buku misterius itu dari dalam ransel dan mengalihkan buku itu ke tangannya. Namun.. ketika aku ingin memberikannya kepada Saki.. seorang siswi bernama Dera dengan jabatannya sebagai ketua kelas menghampiri kami. " Hey saki.. bukannya kamu piket hari ini " Sontak buku pun masih tergantung di tengah tengah transaksi. " Oh.. iya, maaf aku lupa " Sesaat Dera pun melihat ke arah buku itu. " Woow.. buku apa itu, apakah itu buku cinta. " Ucapnya dengan nada yang sedikit histeris, Ia memandang ke arah buku itu dengan begitu penasaran dan bola matanya yang terbuka lebar, yang membuat ku langsung menarik kembali buku itu dan menyembunyikannya di di balik jaket oblong ku. " Bukan bukan.. ini.. hanya contoh bagian dari.. browser bibi ku " Wajah ku tampak sedikit pucat saat berhadapan dengan Dera yang terkenal mengumbarkan segala aib murid murid dikelas ini. Dan membuat sebuah trending topik yang akan sangat panas jika di bicarakan olehnya. " Yah.. benar itu " Tambahnya Saki yang mencoba untuk meyakinkan Dera dari rasa ingin tahunya, kami berdua pun hanya tertawa kecil ke arahnya, berharap semoga Ia tidak mengira sesuatu yang aneh aneh dari buku kecil ini. " Benarkah.. ya sudah Saki nanti setelah di sapu, kamu piket bagian mengepel lantai hari ini ya " Ucapnya dengan tegas sambil membawa pel dan ember berwarna hijau yang sudah Ia siapkan sebelumnya. Ia menaruhnya tepat di samping meja Saki. Dan kembali ke meja guru yang terletak di depan dari barisan kami.
" Hyuhh.. Syukur lah, tidak jadi salah sangka " Ucapku sambil memegangi dada ku yang sekarang sedikit sesak dengan rasa khawatir, hampir saja.. kalau ketahuan bisa bisa menjadi heboh satu kelas. Mana aku belum tahu lagi isinya apa, kalau isinya yang aneh aneh kan bisa bisa di kucilkan oleh massa. Aku memasukkan buku kecil itu kedalam saku seragam ku. " Iyahh.. kalau sampai di ambil olehnya pasti gawat " Kata Saki sambil mengambil sebuah buku dari dalam ranselnya. Ia mengeluarkan sebuah buku tulisnya dan menyodorkannya ke arah ku. " Tapi pr nya banyak lohh.. jadi ku pastikan kamu pasti telat " Ucapnya dengan nada yang sedikit merendahkan, memangnya kamu belum tahu kalau aku ini adalah si raja nyalin.. hah, seketika Saki mengeluarkan buku tulis nya dan menyodorkannya ke arah ku. Aku mengambilnya dan langsung membuka buku tulis itu. " Benarkah.. kalau aku bisa menyelesaikannya tepat waktu, kamu harus traktir aku kopi di cafe baru itu ya " Ucap ku dengan begitu antusiasnya sambil menunjuk ke arah wajahnya dengan pulpen biru ku, aku memandangi wajahnya yang terlihat sedikit tembem dari biasanya sedang melamunkan sesuatu. Yang tak lain adalah barang barang mewah yang sedang memiliki potongan harga hari ini di Mall. " Siapa takut.. tapi kalau aku yang menang, kamu yang traktir ya " Ucapnya seketika membuat wajah ku menjadi bingung karena tawaran darinya. Aku jadi ragu dengan sebuah taruhan yang sudah kami tetapkan satu sama lain, tapi.. yang bertaruh pertama kan aku, masa iya di batalkan begitu saja taruhannya. Wah gawat.. aku tidak boleh sampai kalah, bisa bisa uang jajan ku selama seminggu habis tak tersisa. " Deall.. " Ujarnya sambil mengacungkan jari kelingkingnya ke arah ku dan menaik turun kan jarinya seraya meledek ku. Aku meneguk ludah ku dan memberanikan diri untuk menerima tantangan darinya. " Deeall.. aku pasti menang " Ucapku dengan begitu percaya dirinya sambil menjepit kuat jari kelingkingnya. " Cepat kerjakan, sebelum nanti aku menang " Ucapnya sambil tertawa dan meninggalkan tempat duduknya, Ia mengambil ember kosong hijaunya bersama dengan sapu pel yang sudah di siapkan oleh si Dera.
Sementara.. aku langsung mengambil pulpen biru ku dan membuka penutupnya. Kemudian langsung menyalin dengan cepat semua pr miliknya, tatapan ku sekarang hanya terfokus pada setiap soal dan kalimat yang tertera di bukunya Saki. " Mugi.. aku piket dulu ya " Ucapnya sambil pergi meninggalkan ku, Ia berjalan keluar kelas untuk mengisi ember hijau itu dengan air. Sementara bagian yang menyapu lantai sekarang sudah membersihkan bagian depan kelas. Huhh.. ternyata cukup banyak juga, keluh ku saat menyadari jika pr-nya berjumlahkan dua puluh soal. Aku tidak tahu apakah aku bisa menyelesaikannya tepat waktu atau tidak. Pikir ku dengan cemasnya ketika melihat jawaban miliknya yang sangat banyak di setiap soalnya.
Aku masih menyalin pr-nya yang sekarang sudah nomor lima, sementara si Saki sudah mulai mengepel bagian belakang pada bagian pojok kiri kelas, dan meneruskannya sampai ke depan. Di kelas kami kalau mengepel hanya bagian luarnya saja, tidak sampai pada bagian bawah meja dan kursi murid. Karena seminggu sekali kami mengepel seluruh kelas yang sudah ditetapkan setiap minggu. Dan itu di ambil tiga orang saja dari setiap nama yang tertera pada jadwal piket. Sebenarnya.. ada lima orang yang betugas, dua di antaranya merupakan ketua kelas dan wakilnya.
Sesaat Saki mulai mengepel bagian belakang pada pojok kanan, Saki sekarang berada tepat di samping ku sambil mengepel lantai yang sengaja Ia buat lama olehnya. " Hey.. rasa apa ya yang paling enak, ketika lelah sehabis mengepel lantai di sekolahan? " Ucapnya dengan kata kata yang meledek ku, Ia menundukkan kepalanya seraya mengepel dan tertawa kecil ketika sedang menghadap kebelakang kelas. " Mungkin.. rasa original untuk ku dan Mugi rasa semangka, semangat kaka.. " Ia masih tertawa sambil meledek ku dengan tingkahnya. " Hentikan.. aku tak kan kalah dari mu " Ucapku sambil mempercepat tulis ku di setiap barisnya.
Seketika Saki kembali ke tempat duduknya saat sudah mengepel seluruh lantai kelas, " Bagaimana.. sudah selesai kah, tinggal.. lima menit lagi " Tanyanya kepada ku yang sedang terfokus pada buku tulisnya, Ia mengarahkan permukaan jam mewahnya ke arah ku untuk menunjukkan pukul berapa sekarang. " Tenang.. sedikit lagi kok selesai " Ucap ku dengan begitu seriusnya sambil mejulurkan sedikit lidah ku keluar seraya mempercepat tulis ku. Huhh.. sial, yang satu ini terlalu banyak, memuat sebelas baris dari dua puluh sembilan baris pada buku tulisnya.
( Treett.. trett.. treeetttt.. ) Sesaat suara bel pun berbunyi terdengar menghentikan bisingnya ruang kelas ini. " apa apaan ini, pasti belnya kecepetan itu " Kesal ku dengan rasa tak percaya jika aku kalah, padahalkan.. sedikit lagi selesai, hanya kurang tiga soal lagi. " Hohoho.. akhirnya aku di traktir oleh Mugi juga " Ucapnya sambil menggenggam erat tangannya dengan pose layaknya seseorang yang sedang memohon. Sambil memasang wajah manjanya ke arah ku. " Oke oke.. aku mengaku kalah, tapi kamu janji ya.. tidak menunda acara ini lagi. Kalau kamu menundanya berarti aku batal mentraktir kamu " Ucapku dengan sedikit kesal karena harus mentraktirnya sesaat pulang sekolah nanti, huhh.. aku tidak jajan deh selama seminggu. " Iyah.. hari ini aku tidak memiliki kepentingan apapun setelah pulang sekolah " Ucapnya sambil tersenyum senyum memandang ke arah permukaan mejanya, ku rasa hal ini benar benar lucu untuknya. Aku hanya melemas sambil menempelkan pipi ku ke atas meja, dan melihatnya yang masih tertawa sambil memainkan rambutnya.
Sesaat.. semua murid di kelas pun langsung menyiapkan sehelai kertas polio berukuran F4 di atas meja mereka, dan memasukkan semua buku buku ke dalam tas atau menaruhnya ke dalam kolong meja, sampai tidak ada satu pun buku yang tertinggal di atas meja. Dan ini saatnya.. untuk ulangan sejarah.