App herunterladen
10.06% Pernikahan Paksa / Chapter 44: Ibu Tiri yang baik hati

Kapitel 44: Ibu Tiri yang baik hati

Serena melihat ke arah jam. Jam menunjukkan pukul setengah enam. Tidak ada tanda-tanda bahwa Jasmine atau kakaknya bangun. Rendi biasanya bangun subuh dan jam Setengah enam sudah bersiap sarapan pagi bersama.

Serena membolak-balik lagi buku sosiologi nya. Ia sudah menghapal semua materi tentang bab I perubahan sosial. Tapi untuk mengusir rasa cemasnya Ia bahkan membaca lagi, membaca lagi sampai ingin muntah. Ketika ibunya datang dari arah dapur sambil membawa beberapa roti dalam piring, Ia melirik anak bungsunya yang sedang duduk gelisah di meja makan. Nasi gorengnya dibolak-balik menggunakan sendok tanpa dimakan. Serena jadi sedikit kesal. Kakaknya dan Jasmine menikah kho dia yang jadi resahnya. Kemarin malam Ia tidak tidur karena menunggu mereka pulang. Sekarang Ia kebingungan karena menunggu mereka bangun. Hidup Serena jadi penuh dengan masalah Jasmine dan kakaknya.

"Serena apa yang sedang Kau lakukan? mengapa Nasi gorengnya belum dimakan? apa tidak enak atau kau ingin sarapan yang lain. Ini Ibu ada roti lapis selai kacang dan coklat." Kata Ibunya sambil menyodorkan roti yang baru dibawanya.

Ibunya atau ibu tirinya Rendi adalah wanita tipikal ibu rumah tangga yang baik. Ia jarang keluar kecuali bersama suaminya. Ia juga memastikan bahwa semua keperluan anak-anaknya terpenuhi termasuk keperluan anak tirinya. Ia tidak pernah membeda-bedakan perlakuan terhadap anak-anaknya apalagi memang tiga anak kandungnya adalah wanita sehingga Ia mencintai Rendi kadang melebihi anaknya sendiri.

" Kakak Rendi, mengapa jam segini belum bangun" kata Serena dengan resah. Ibunya mengerutkan kening sambil menatap anak bungsunya. Serena memang cerdas tetapi usianya baru 17 tahun, tentu saja pemikirannya masih belum bisa menalar secara dewasa. Pasangan yang baru menikah terlambat bangun adalah hal yang biasa.

"Sayang, Kakakmu kan sudah menikah, tentu saja tidak bisa disamakan lagi" Kata Ibunya sambil tersenyum sedikit kaku.

Serena langsung memerah, "Oh iya Bu, he..he..he.. tapi Aku khawatir kalau Jasmine terlambat ke sekolah. Ia sudah sering terlambat ke sekolah" Kata Serena sambil tersipu-sipu. Otak Serena sangat cerdas sehingga Ia bisa langsung memahami apa maksud dari perkataan Ibunya. Serena lalu terdiam menerawang mengingat nasib sahabatnya Jasmine.

Ibunya juga jadi terdiam kebingungan. Kalau dulu ketika Rendi terlambat bangun terkadang tanpa sungkan Ia suka mengetuk pintunya. tapi sekarang Rendi sudah menikah, tidak sopan rasanya kalau harus mengetuk pintu kamarnya lagi.

Tapi memang sedikit keterlaluan kalau sampai hampir jam enam, Rendi masih belum bangun. Seingatnya Rendi adalah orang yang paling disiplin. Tidur tepat waktu, bangun tepat waktu, pergi ke kantor juga tepat waktu. Rendi adalah orang yang perfeksionis dan tergila-gila dengan kebersihan.

Tiba-tiba ibunya Serena jadi ingin bertanya sesuatu kepada anaknya. Ia lalu menarik kursi dimeja makan dan duduk dihadapan Serena. Menatap Serena lekat-lekat sambil mulai berkata,

" Serena, coba kau ceritakan tentang Jasmine kepada Ibu! Mungkin saja Ibu bisa melakukan sesuatu untuk memperbaiki hubungan mereka. Bukankah mereka masih belum cocok satu sama lain" Katanya dengan hati-hati.

Serena jadi menatap ibunya dengan matanya yang penuh selidik tapi mulai bercerita, " Ibu... Jasmine adalah gadis yang kekurangan kasih sayang. Ia jadi sangat kasar dan bertingkah ugal-ugalan tetapi sebenarnya Ia sangat baik dan setia kawan"

"Hmmmm..terus" Ibunya duduk mendengarkan penuh minat. Selama ini Ia tahunya cuma sekilas-sekilas dari cerita suaminya tentang Jasmine.

"Dulu karena Aku terlihat cupu..." Serena tidak melanjutkan perkataannya karena Ibunya terlihat mengerutkan keningnya. Serena tersenyum lupa Ia kalau Ia sedang menggunakan kata-kata gaul.

"Cupu Bu, alias culun punya." kata Serena sambil tersenyum.

Ibunya menganggukkan kepalanya sambil manggut-manggut," Duh..bahasa anak jaman sekarang pada aneh. Ayo lanjutkan lagi!"

"Karena Aku terlihat culun maka banyak teman-teman yang suka membully aku, lalu Jasmine datang dan Ia selalu menolong Aku dari mereka. Sejak itulah Aku dengan Jasmine bersahabat. Aku tidak pernah lagi dibully oleh teman-teman. Mereka ketakutan pada Jasmine. Bu...Aku selalu berusaha agar Jasmine menjadi anak yang baik tetapi selalu kesulitan. Jasmine selalu berbuat semaunya. dan yang paling mengkhawatirkan adalah dia selalu ikutan gank motor bersama Alex"

"Alex??? Apakah dia pacarnya Jasmine??"

"Kata Jasmine sih bukan, tapi dia dekat sekali dengan Alex. Dia merasa punya hobi yang sama dengan Alex. Yaitu balapan motor"

"Ya Alloh..anak gadis kho balapan motor" Ibunya Serena ngelus dada, prihatin terhadap kondisi Jasmine.

"Itulah Bu, Mengapa Kakeknya Jasmine menikahkan Jasmine dengan Kakak Rendi"

"Duh..Serena, mengapa Ibu merasa ini tidak adil untuk Kakakmu. Kamu tahu Ibu sangat menyayangi Kakakmu itu, walaupun dia bukan putra kandungku, tapi Aku menganggapnya seperti anakku sendiri. Dia begitu tampan dan baik hati. Hatinya sangat lembut. Rasanya tidak tega kalau harus bersanding dengan gadis seperti Jasmine" Ibunya Serena mengelus dada.

Tapi belum juga Serena menjawab perkataan Ibunya tiba-tiba terdengar jeritan histeris dari kamar Rendi dan Jasmine membuat semua penghuni rumah gempar.


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C44
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen