Kmitri benar-benar mengeluarkan usaha terbaiknya, dia berhasil membujuk ayahnya untuk memberinya berlian tersebut dan menggunakannya sebagai mahar saat melamar pria yang dia cintai.
Sebagai putri tertua, tentu dia hanya membutuhkan beberapa trik untuk membujuk kedua orang tuanya, terlebih dia tidak mempunyai saudara laki-laki.
Pria itu hanya memandangi berlian yang berada di tangan Kmitri, dia terlihat sedang memikirkan sesuatu dan memperhitungkan tindakan apa yang akan dia ambil saat ini.
Beberapa saat kemudia pria itu akhirnya berbalik dan meninggalkan Kmitri kembali ke tempat duduknya, dia sudah memberikan jawabannya secara tidak langsung, lamaran Kmitri sudah jelas telak di tolak.
Memandang kepergian pria itu, perasaan Kmitri tenggelam menuju ke alam kesedihan yang tak terkira. Dia sudah mempersiapkan mentalnya untuk hal ini, namun saat mengalaminya, dia tak mampu membendung kesedihannya hingga air matanya mengalir begitu saja.
Kmitri menangis dalam diam, matanya memerah dan tak sanggup berdiri di sana lagi. Kmitri segera berlari dan keluar dari dalam kerumunan.
"Ck... Setelah di berikan harapan yang begitu besar, dia akhirnya mencampakanmu begitu saja!" ucap Nefertari saat melihat kejadian itu.
"Tapi aku tidak mengerti, pria itu jelas sangat tergila-gila dengan kedudukan tinggi, dia bahkan mengeluarkan usaha yang lebih untuk mendekati Kmitri, jadi mengapa pada akhirnya pria itu menolak?" lanjut Nefertari, namun dia tidak memikirkannya lagi, itu bukanlah urusannya.
Terlebih sekarang adalah gilirannya untuk melancarkan serangannya.
Pria yang barusan menolak lamaran Kmitri duduk dengan tenang di kursinya, ekspresinya penuh dengan perhitungan.
Rencana awalnya telah berubah begitu banyak, dia bahkan tidak menyangka akan menjadi seperti ini.
Sudah bertahun-tahun dia merencanakan untuk mendekati Kmitri dengan banyak usaha yang menguras pikiran dan tenaganya, semua itu hanya untuk acara ritual ini.
Dia sudah sangat yakin bahwa Kmitri sudah jatuh di tangannya dan akan melamarnya tepat saat ritual, namun semua rencananya berubah saat dia melihat kecantikan yang tak tertandingi di hadapannya.
Dia sudah jatuh hati pada pandangan pertama saat melihat Indah, kecantikan, kesempurnaan dan aura menawannya yang sangat memikat membuatnya jatuh.
Sebagai seorang pria tertampan dan paling di kagumi di desa ini, dia sangat yakin bahwa Indah akan memilih dirinya di acara ritual ini.
Dengan bentuk tubuhnya dan aura prianya yang memikat, akan membuat Indah mengira dirinya adalah suaminya.
Dan untuk Kmitri, dengan tingkat rasa cintanya yang sudah mendalam. Dia bisa memberikan alasan bahwa dia salah mengenali dirinya dengan orang lain.
Dia sangat tau, menipu seorang yang sedang jatuh cinta, semudah membalikkan telapak tangannya.
Jadi sekali mendayung dua pulau terlampaui.
Dia mendapatkan Indah yang sangat dia cintai, lalu mendapatkan Kmitri dengan bonus kekuasaan dan harta yang berlimpah.
Di desa tidak mengherankan jika seorang pria memiliki lebih dari satu istri, maka dari itu pria ini memilih untuk menolak lamaran Kmitri.
Sekarang giliran Nefertari yang tampil, dia sudah mempersiapkan dirinya dengan sangat sempurna.
Memperlihatkan setiap lekuk tubuhnya yang memikat di sertai dengan aksesoris menarik yang melekat pada tubuhnya.
Nefertari memakai mahkota tengkorak hitam dengan permata batu merah sebagai pusatnya.
Setiap orang yang memandang ke arah Nefertari akan merasakan daya tarik yang luar biasa, baik itu seorang perempuan atau pun seorang pria.
Salah satu senjata rahasia yang di turunkan secara turun temurun di keluarga Nefertari, merupakan mahkota tengkorak hitam yang saat ini dia kenakan.
Daya tarik yang mengelilingi dirinya berasal dari mahkota yang dia kenakan, mahkota itu memiliki daya magis yang unik.
Tak seorangpun mampu menahan daya pemikat yang di keluarkannya, sebagai keturunan satu-satunya, Nefertari sudah menerima peninggalan itu sejak beberapa tahun yang lalu.
Dia sudah menggunakan mahkota itu beberapa kali, dan hasilnya akan selalu sama, semua pria yang dia inginkan akan secara sukarela menyerahkan tubuh dan jiwa mereka kepada Nefertari.
Hanya dengan bermodalkan mahkota itu, Nefertari tidak mempersiapkan hadiah lamaran apa pun, dia sudah yakin 100 persen, bahwa Rafael tifak akan sanggup menahan daya pikatnya.
Semua mata tertuju ke arah Nefertari saat dia mulai melangkah ke arah para pria, kekaguman di mata mereka terus meningkat saat mereka memandang semakin lama.
Sang tetua yang memperhatikan putrinya dari samping tersenyum puas, dia semula berpikir untuk memikat Rafael menggunakan kekuasaan dan kedudukan yang tinggi, bahkan jika perlu menggunakan sesikit ancaman jika dia akan menolak.
Namun dia tidak perna menyangka bahwa Rafael akan begitu mudah melepaskan kesempatan yang di berikan kepadanya.
Jika saja putri tercintanya tidak menyukai pemuda itu, mungkin dia sudah meratakannya ke dalam tanah atas penghinaan yang dia rasakan.
Tapi tetua tersebut tidak merasa khawatir sekarang, sama halnya dengan Nefertari, tetua itu juga sangat yakin dengan kemanjuran mahkota tengkorak hitam untuk memikat Rafael.
Jika putrinya sudah bosan bermain-main dengan pemuda itu, maka tetua tersebut akan memberikan pembalasan yang lebih menyakitkan dari kematian kepadanya.
Nefertari yang berjalan dengan langkah percaya diri berhenti ketika berada tepat di hadapan Rafael yang mengenakan sebuah topeng.
Topeng yang di kenakan oleh Rafael terlihat sangat mengerikan, dengan gambar iblis bengis yang haus akan darah dan teror pembunuhan.
Topeng itu sangat menakutkan, namun dengan kehadiran Rafael yang agung bak seorang iblis yang lebih tinggi dari iblis manapun, memberikan kesan yang kontras dengan topeng yang dia kenakan.
Terlebih lagi dengan sikap acuh tak acuhnya yang bahkan terlihat jelas meskipun tertutupi oleh sebuah topeng.
Auranya begitu kuat memancar hingga beberapa ratus meter dari tubuhnya, sehingga membuat otang-orang yang berada di sampingnya terlihat seperti para bawahan rendahan yang mengikuti tuan mereka.
Hal itu membuat Nefertari semakin tertarik pada pria ini, dia tidak sabar untuk mencicipi setiap inci tubuhnya malam ini.
Saat Rafael melihat Nefertari berhenti tepat di hadapannya, ada rasa tidak senang muncul di hatinya. Hanya dengan sekali pandang, Rafael mampu melihat pikiran kotor di kepala Nefertari tentang tubuhnya saat ini.
Dia merasa muak ketika melihat tatapan mata perempuan yang berada di balik topeng itu ke arahnya, Rafael sungguh tak ingin menerima ajakannya, namun mengingat tentang situasinya, dia hanya perlu melangkah ke altar di depan patung para leluhur, lalu memberikan jawaban dari lamaran perempuan di hadapannya.
Indah yang tadi mengejar Kmitri telah kembali ke tempat duduknya, saat lamaran Kmitri di tolak dia mencoba menghibur Kmitri, bagaimana pun Kmitri adalah teman pertamanya di desa ini.
Saat Kmitri memutuskan pulang untuk beristirahat, Indah mulai kembali ke tempatnya untuk melanjutkan ritual.
Belum sempat Indah duduk, dia sudah melihat sosok yang sangat di kenalnya berjalan menuju altar patung para leluhur, membuat perasaan Indah menjadi tak karuan.
Itu Rafael..? Mengapa dia berjalan ke arah sana? Apakah dia sedang di lamar? Pikir Indah dengan perasaan kecut.
Dia dapat melihat gadis yang memberikan lamaran terlihat begitu memikat, sampai-sampai orang yang menatapnya tak ingin berkedip sekalipun, seolah takut bayangan yang memikat itu akan hilang seketika.
Indah merasakan perasaan tak tenang saat memperhatikan langkah mereka yang semakin dekat ke arah altar.
Entah sejak kapan kedua tangan Indah mengepal dengan keras, jelas kukunya saat ini menusuk kulitnya tanpa ampun membuat aliran merah mengalir sedikit dari telapak tangannya.
Indah berusaha menenangkan dirinya, dia tidak tau mengapa perasaannya menjadi seperti ini. Hal yang lumrah jika pria normal seperti Rafael akan menyukai gadis yang terlihat sempurna seperti di hadapannya.
Mengapa aku seperti takut kehilangannya? Aku bukanlah siapa-siapa baginya! Jika dia menemukan perempuan yang di cintainya, maka aku akan ikut berbahagia atasnya! Indah mencoba berpikiran positif
Namun ketika memikirkan Rafael bahagia! Bahagia dengan orang lain, perasaan Indah menjadi semakin kacau balau.
Rafael dan Nefertari kini saling berhadapan satu sama lain, Nefertari dengan sengaja berdiri dengan jarak yang cukup dekat dengannya.
Dia tidak ingin memberi celah apapun kepada Rafael untuk memikirkan wanita lain.
"Maukah...." sebelum Nefertari sempat menyatakan niat lamarannya, satu kata tegas terdengar dan menghancurkan kepercayaan dirinya saat itu juga.
"Ditolak!" ucap Rafael lantang, membuat setiap orang mampu mendengar ucapannya dengan sangat jelas.
"Ah.."
Semua orang yang hadir sangat terkejut, bahkan tetua yang duduk di kursi nyamannya hampir terjatuh ke tanah.
"Ba..bagaimana mungkin pemuda itu menolak putriku!" ucap tetua tak percaya.
"Ka..kamu!" masih belum sempat Nefertari berbicara, Rafael sudah meninggakkannya dan kembali ke tempat duduknya.
Ucapan Rafael bagaikan petir di siang hari yang cerah di telinga Nefertari, selama ini tak ada yang mampu menahan daya pikat mahotanya, bahkan anak kecilpun akan sangat tertarik padanya. Tapi mengapa pria itu tidak tertarik sedikitpun.
Apa ini mimpi? Aku pasti sedang bermimpi! Nefertari mencoba mencubit pergelangan tangannya dengan sangat keras, namun rasa sakit yang dia rasakan, membuat hatinya menjadi lebih sakit dari sebelumnya.
Ini bukanlah mimpi, pria yang merupakan cinta pertamanya, menolaknya mentah-mentah di hadapan banyak orang, terlebih di hadapan ketua suku, membuatnya tak mampu berbuat sesuka hatinya untuk menghentikan penolakan Rafael.
Semua orang mulai berbisik dan menertawakannya, Nefertari tidak perna merasakan dirinya di permalukan seperti ini.
Jika dia tidak bisa memiliki Rafael, maka tak seorang pun bisa memilikinya.
Nefertari akhirnya turun dari atas altar dengan pikiran jahat di kepalanya, dia sudah memikirkan rencana untuk mencelakai Indah.