Deg.. saat menyadari siapa gadis cilik itu, untuk sesaat jantung Azra seakan berhenti berdetak..
gadis itu yang memiliki rambut dan warna mata yang sama adalah dirinya, dia yang masih berusia 6 tahun dan bersama dengan sahabat kecilnya Febri. Memori dikepalanya kini berputar dengan cepat saat dimana dirinya dan Febri berseteruh di taman karena tak ingin membantu sahabatnya itu untuk melakukan tindakan yang jahat.
"Tidak, ingatan ini..! kumohon jangan paksa aku untuk mengingatnya lagi!" Azra merasakan sakit yang teramat dikepalanya, sekarang dia berjongkok sambil memegangi kepalanya yang kesakitan. Dengan kondisinya sekarang dia melihat kearah dimana dua gadis cilik itu berbicara, lalu tiba-tiba febri berjalan pergi meninggalkan sahabatnya sendirian ditaman. Melihat hal itu, mata Azra segera membulat dengan sempurna.
"Tidak! jangan biarkan dia pergi!" ucapnya sambil berteriak dengan susah payah, tapi sepertinya suaranya tak dapat didengar oleh dirinya dari masa lalu.
"Bagaimana dengan persiapannya sekarang?" sebuah suara dingin terdengar tidak jauh dari tempat Azra terbaring tak berdaya.
"Semua persiapan telah tersedia tuanku, sekarang kita hanya perlu menunggu sampai tengah malam nanti untuk melakukan ritualnya!" jawab bawahannya sambil membungkuk dihadapan pria itu.
"Bagus!" pria dingin itu kini memandang Azra dengan tatapan yang berarti, dari balik matanya dia dapat melihat Azra yang tengah berjuang di alam bawah sadarnya. Keringat dingin terus mengalir ditubuhnya, seolah dia tengah terjebak dalam mimpi buruknya.
"Prosesnya telah dimulai! segala bentuk penyesalan dan penderitaanmu akan kembali dan menggerogoti jiwamu. Jika kamu tak berhasil melewatinya maka kekuatanmu yang sejati itu akan menguasai tubuhmu!" ucap pria dingin itu kepada Azra yang dalam kondisi tak sadarkan diri.
*
di alam bawah sadar Afnan seorang pria yang mengenakan baju zirah menghapirinya dalam kegelapan yang menyelimutinya. Sosok itu begitu gagah dengan sebilah pedang yang melekat di pinggangnya, dengan suara beratnya dia memberikan sebuah peringatan pada Afnan.
"Sadarlah! sekarang sang dewi dalam bahaya! kamu harus melindunginya!" suara itu berucap berulang kali dan semakin keras. Sampai akhirnya Afnan tersadar, dia mendapati dirinya dalam posisi menggantung begitu pun dengan Rhyan. Dia mengingat sebelumnya sesuatu yang besar telah menghantam mobil yang dia kendarai, hingga akhirnya mobilnya itu berguling beberapa kali dan mengakibatkan kepalanya terbentur dengan keras. Afnan masih bisa merasakan nyeri di kepalanya dan sebuah darah segar mengalir di sana.
Dengan kondisinya yang masih lemah dia berusaha melepaskan sabuk pengamannya yang terpasang, alhasil dia terjatuh ketika sabuk itu terlepas. Kemudian dengan cepat melepaskan sabuk pengaman Rhyan pula, setelah itu Afnan segera mengeluarkan Rhyan dari dalam mobil.
Afnan berusaha menyadarkan Rhyan, tapi berapa pun cara yang dia lakukan tak dapat menyadarkan Rhyan, mungkinkah sahabatnya ini mengalami luka yang sangat parah? Afnan segera memeriksa tubuhnya, warna mata Afnan segera berubah menjadi berwarna biru, memeriksa semua tubuh vitalnya dengan pandangan ultra Afnan dari ujung kepala sampai ujung kaki. Sepertinya Reyhan mengalami syok yang teramat membuat jantungnya yang lemah tak bisa beradaptasi dengan cepat.
"keadaannya baik-baik saja, namun sepertinya jantungnya mengalami kejutan yang besar!" itulah yang menyebabkan Rhyan tak sadarkan diri dari tadi.
sepintas bayangan yang masuk ke alam bawah sadar Afnan kembali muncul. Dengan tampilan tembus pandang berusaha berkomunikasi dengan Afnan.
"Kamu harus bergerak cepat! sudah tidak ada waktu lagi, sesuatu yang buruk akan menimpa sang dewi! jika kamu tak bisa menyelamatkan dirinya sebelum tepat tengah malam nanti, maka kamu akan menanggung semua kesalahan itu untuk beberapa ribu tahun mendatang, ucapnya lalu perlahan menghilang.
Afnan segera mengingat kembali, bahwa di alam bawah sadarnya tadi, sosok itu juga telah datang padanya. Memberikan sebuah peringatan yang sama, sang dewi? siapa sang dewi itu? pikirnya dalam hati. Dia melihat arah jarum jamnya.
"Oh tidak, sekarang sudah pukul 11:35 menit. Hanya tersisa 25 menit lagi sebelum tengah malam." tapi pertanyaannya? dimana dia harus menemukan sang dewi?