App herunterladen
21.73% SANG DEWI AZURA 2 / Chapter 5: BAB 43

Kapitel 5: BAB 43

Di dalam mobil sport mewah Azra duduk dengan tenang dikursi penumpang, setelah penyerangan yang terjadi di perpus Afnan tidak membiarkan Azra untuk pulang sendirian, dia takut pelaku penyerangan itu akan kembali dan melukai Azra.

selama perjalanan tak ada yang bersuara, hanya kesunyian yang menemani perjalanan mereka.

Azra merasa sedikit canggung, baru kali ini dia berduaan dengan Afnan. Namun perasaannya mengatakan ada sesuatu pada diri Afnan yang membuatnya merasa nyaman, seolah telah terbiasa dengan kehadiran Afnan di sampingnya.

Siapa sebenarnya kamu ini Afnan? mengapa kamu memiliki kekuatan sepertiku? dan mengapa aku merasa telah mengenalmu sudah begitu lama? pikir Azra dalam benaknya saat memandangi Afnan secara tidak sadar.

"Ada apa? mengapa kamu melihatku seperti itu?" Afnan akhirnya bersuara tanpa mengalihkan pandangannya.

Azra tersentak kaget dan segera memalingkan wajahnya ke arah jendelah.

"tidak apa-apa! hanya saja aku merasa sudah lama aku mengenalmu, tapi itu sepertinya hanya perasaanku saja, kitakan baru bertemu beberapa waku yang lalu."

Deg!!!

jantung Afnan berdetak kaget, perasaan itu sama seperti yang di rasakan Afnan saat ini. Apakah mereka perna bertemu sebelumnya, tapi sepertinya itu hal yang mustahil, jika Afnan benar-benar perna bertemu dengan Azra pasti dia akan mengingat wajah Azra.

setelah mendengar jawabannya, Afnan hanya diam dan sibuk dengan pikirannya sendiri. Dan sekali lagi suasana menjadi sunyi seperti sebelumnya.

beberapa menit kemudian mereka sampai di depan kos Azra. Azra pun turun dari mobil dan mengucapkan terimah kasih kepada Afnan. Mobil sport mewah itu kini berlalu meninggalkan kosan Azra.

Setelah Afnan memarkirkan mobilnya, secara tidak sengaja dia melihat sebuah kartu di bagian kursi penumpang, dia pun mengambilnya dan itu adalah kartu pelajar milik Azra, dia memperhatikan kartu itu secara seksama dan menemukan bahwa dua hari dari sekarang adalah hari kelahirannya.

*

disebuah pusat perbelanjaan, Dhyan dan Radit sedang sibuk mencari sebuah hadiah untuk hari ulang tahun Azra. Awalnya Dhyan enggan untuk pergi bersama Radit, namun bosnya itu terus bersih keras untuk pergi bersama, akhirnya Dhyan tak bisa berbuat apa-apa selain mengiyakan keinginan Radit yang seenaknya itu.

"Kali ini hadiah apa yang akan kau berikan?" tanya Radit kepada Dhyan masih bingung memilih hadiahnya.

"Entahlah, Azra tak perna mengatakan atau pun menyebutkan sesuatu yang dia inginkan! sepertinya dia sudah memiliki segalanya, Huh...!!!" keluh Dhyan.

meskipun Azra tinggal di sebuah kossan yang tidak terlalu besar, namun dia tak perna kekurangan sesuatu pun. Dhyan hanya tau pasti bahwa kedua orang tuanya adalah seorang pengusaha sukses, Azra sendiri tidak perna membahas tentang masalah pribadinya kepada orang lain, bahkan kepada satu-satunya sahabatnya sendiri, Dhyan.

"Yan.. Coba lihat ini! bagaimana menurutmu?" Radit memperlihatkan sebuah kalung yang cantik, dengan pola mawar mekar yang sangat indah.

"Wah... cantik sekali." melihat ekspresi Dhyan membuat Radit merasa senang.

"Baiklah aku akan mencoba memakaikannya padamu, aku ingin melihat seberapa bagus kalung ini jika digunakan!" kata Radit sambil memasangkan kalung itu di leher Dhyan, dia tidak memberi kesempatan kepada Dhyan untuk menolak.

Dhyan dapat merasakan sentuhan kulit tangan Radit di lehernya, membuat beberapa bulu kuduknya merinding. Dan jarak yang tercipta antara dirinya dan Radit membuat wajah Dhyan sedikit memerah karena malu. Baru kali ini seorang pria memperlakukannya seperti ini.

"Ok.. sudah terpasang!"

"Jadi bagaimana menurutmu?" tanya Dhyan

"Sangat cantik!" jawab Radit santai.

entah mengapa Dhyan merasa pernyataan itu bukan ditujukan untuk kalung yang dia kenakan, melainkan pujian itu ditujukan untuk dirinya. Dhyan berdehem sejenak sebelum kembali berucap.

"Kalau begitu ini saja yang kamu jadikan hadiah untuk Azra!"

"Itu untukmu!" jawab Radit singkat.

"Apa? ta..tapi.." Dhyan tak bisa kerkata-kata. Itu bukanlah kalung biasa, itu adalah kalung edisi terbatas yang hanya orang-orang berada yang mampu membelinya. Gaji Dhyan sebulan tak akan cukup untuk memiliki barang seperti itu. Awalnya Dhyan tak masalah jika hadian itu untuk Azra, tapi jika hadiah itu malah diberikan untuknya, Dhyan merasa itu terlalu berlebihan.

"Kamu sudah memakainya, maka kamu sudah tidak bisa mengembalikannya!"

"Ta..tapi." sebelum Dhyan menolak Radit memotong ucapannya.

"kalung itu terlihat cocok padamu! terimalah, anggap saja ini adalah pemberian yang istimewah dari mahluk paling tampan!" ucap Radit percaya diri sambil mengedipkan sebelah matanya pada Dhyan.

sekali lagi Dhyan tak mampu menanggapi bosnya itu. Radit lalu membayar kalung itu dan menggandeng tangan Dhyan untuk mencari hadiah yang lain untuk Azra. Saat berjalan wajah Radit berserih-serih dia bahkan tak mampu menahan senyuman bahagianya. Ini adalah kali kedua dia berjalan berdua saja dengan Dhyan, dan berhasil memberikannya sebuah hadiah yang cantik.

beberapa kali Radit kesulitan untuk memberikan hadiah pada Dhyan karena semuanya di tolak secara mentah-mentah, tapi hari ini Dhyan menerima pemberiannya untuk pertama kali, membuat hati Radit menjadi berbunga-bunga. Dengan posisi dia memegang tangan Dhyan pun menambah nilai plus kebahagiaannya hari ini. Dia sudah memantapkan bahwa setiap hari selasa adalah hari keberuntungannya.

*

di sebuah ruangan yang remang-remang, sosok pria dingin duduk dengan menyandarkan punggungnya di kursi panas miliknya.

ruangan itu sudah tidak bisa lebih dingin lagi dengan keberadaannya, ekspresinya yang jahat membuat siapapun yang melihatnya berpikir bahwa dia adalah orang yang sangat kejam. postur tubuhnya yang tegap memperlihatkan keagungan tersendiri yang terpancar dari dirinya.

seorang pengawal yang mengenakan tudung berjalan ke arahnya dan membisikan sesuatu di telinga sang tuan yang kejam. Setelah mendengar ucapan dari pengawal itu, bibirnya membentuk suatu senyuman yang sangat jahat. Dengan senyuman seperti itu, wajahnya terlihat sangat menakutkan namun secara bersamaan terlihat menarik dan agung.

"Hanya tersisa dua hari lagi, dan kamu akan menjadi miliku!"

"Sekarang persiapkan semua rencana dengan sempurna, aku tak ingin ada kesalahan sekecil apa pun!" tuntutnya kepada para pelayang setianya.

"Baik tuan!" jawab semua pelayan yang berada di ruangan itu.


Load failed, please RETRY

Wöchentlicher Energiestatus

Rank -- Power- Rangliste
Stone -- Power- Stein

Stapelfreischaltung von Kapiteln

Inhaltsverzeichnis

Anzeigeoptionen

Hintergrund

Schriftart

Größe

Kapitel-Kommentare

Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C5
Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
  • Qualität des Schreibens
  • Veröffentlichungsstabilität
  • Geschichtenentwicklung
  • Charakter-Design
  • Welthintergrund

Die Gesamtpunktzahl 0.0

Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
Stimmen Sie mit Powerstein ab
Rank NR.-- Macht-Rangliste
Stone -- Power-Stein
Unangemessene Inhalte melden
error Tipp

Missbrauch melden

Kommentare zu Absätzen

Einloggen