*Kriiiiinngggg....* terdengar bel meraung panjang. Tanda jam pulang sekolah.
Para siswa pulang dengan berkerumun melewati satu gerbang sekolah.
Di tiap sudut sekolah tampak orang-orang asing sedang menyamar untuk mengamati Aswa dan kawan-kawannya. Mereka pasti dari Guild Cahaya.
Namun, di hari kedua pengintaian mereka masih belum bisa menemukan Aswa dan rekan-rekannya. Hari pertama mereka hanya menemukan Jeon dan Yanda. Itupun mereka tidak berhasil menangkap salah satunya.
"Tidak ada satupun dari mereka terlihat melewati gerbang." Salah seorang anggota Guild Cahaya membuat laporan sambil berjualan cireng.
Pengintai lain ikut menerima pesan tersebut dan lalu menjawab, "Terus amati. Aku akan fokus mengawasi jendela kelas mereka." Pengintai ini menyamar sebagai emak-emak pakai daster.
Kali ini Jeon dan Yanda ikut-ikutan tidak terlihat. Padahal menurut informasi dari kader Guild Cahaya yang bersekolah di sana, baik Aswa, Jeon dan Yanda pada hari ini mengikuti proses belajar mengajar. Para pengintai tidak dapat menutupi bahwa mereka sangat kebingungan kali ini.
...........
#Rumah Pohon Aswa#
"Apa-apaan Kau ini? Serius mau jadi perempuan?!" Pukus membentak ke arah Aswa. Lagi-lagi Aswa mengenakan pakaian perempuan. Kali ini seragam sekolah Jeon.
Aswa menepuk wajahnya lalu menggeleng. "Bukannya begitu. Kalau tidak seperti ini mana bisa aku kabur, brother! Guild Cahaya betul-betul dendam kepada kami."
Sejurus kemudian Aswa menoleh ke arah Jeon. "Yuk tukaran baju lagi... ehm..."
*Plak!*
Dengan reflek Jeon menampar wajah Aswa. "Tukaran kepalamu mesum! Ambil aja itu baju!"
"Betul! Kasih tau Aswa, Jeon!" seru Pukus.
"Hiks... makasih... tapi kembalikan bajuku sekarang..." ujar Aswa sambil mengelus pipinya yang memerah.
*Plok!* *Plok!* *Plok!* *Plok!* *Plok!* *Plok!*
Jeon menyerang Aswa dengan membabi buta. [4 Hit] [8 Hit][16 Hit] BRUTALITY!!!!
"Kau mau aku pulang dengan telanjang, mesum!" Jeon terlihat sangat kesal.
Aswa hanya bisa memelas minta kasihani. "Ampuuuun... Maaa.... Cuma bercanda..."
"Bercanda? Kau memang niat!" ujar Jeon sembari memberi pukulan terakhir.
Health point yang Aswa miliki sepertinya sudah terkuras. Terbukti dengan tidak adanya kata-kata yang dapat Aswa ungkapkan. Aswa terbaring lemah.
Melihat Aswa sudah tidak berdaya, Jeon merasa kasihan.
"Aduuhh... kau sih yang mulai! Sini ku obati..." Ada rasa penyesalan yang sangat di hati Jeon.
"Anuu..." Aswa ingin berucap, tapi urung dilakukannya.
"Sudah jangan ngomong! Atau mau ditambah lagi?" Jeon mengancam.
Kepala Aswa sedikit bergeleng. Pukulan Jeon seolah melumpuhkan sendi lehernya. Segera Jeon mengangkat kepala Aswa.
"Hihihi..." Ningtyas tertawa sambil menutup mulutnya.
"Ning..?" tawa Ningtyas mengagetkan Jeon.
*Duk..!*
"Aduhh..." Kepala Aswa terjatuh ke lantai karena terlepas dari pegangan Jeon.
"Nah... Gitu donk! Kita sudah seperti saudara. Jangan pelit dengan senyum... hihihi..." kata Jeon seraya memeluk tubuh Ningtyas.
Dengan mengesot Aswa mencoba ikut-ikutan memeluk.
*Plok!*
Sebuah tendangan Jeon berikan kepada Aswa. Membuat Aswa terlempar hingga keluar Rumah Pohon.
"Oh, iya.. Neo sama Godel kemana?" tanya Jeon kepada Pukus. Kali ini Jeon tidak menyesal telah menendang Aswa. Kelakukan Aswa benar-benar membuat Jeon jengkel.
"Neo pergi mencari makan buat kita. Sedangkan Godel pergi ke Pasar Gelap. Lantas, kemana si Jangkung? Ku lihat ia tidak bersama kalian." Ujar Pukus.
"Oh, itu. Yanda disuruh Aswa mengalihkan perhatian Guild Cahaya. Aku juga masih cemas dengan keadaan Yanda." Jeon terlihat murung mengingat nasib Yanda.
Pukus berucap, "Percaya saja dengan keputusan Aswa. Ku pikir itu juga untuk melatih fisik Yanda. Si Jangkung itu ku lihat malas berlatih fisik. Padahal jika raganya diolah akan sangat mengerikan."
"Akan lebih baik jika tidak dengan jalan seperti itu," kata Jeon. Ia jelas masih tidak bisa menerima dengan keputusan Aswa.
"Benar juga sih. Tapi berkat si Jangkung pada akhirnya kalian berhasil kabur," terang Pukus.
..................
#Restoran Ayam Geprek Bensyu#
"Hiiiiiaaaaattt....tee...bang...sateeee...." Neo berseru sambil berlari kencang pada tembok setinggi sebelas meter.
Sejurus kemudian Neo melompat akrobatik ke tanah. Kekuatan fisik Neo betul-betul sudah dibuff sama Tuhan.
"Lewat tembok sudah. Tinggal masuk lewat lubang angin! Ayoo... semangat, babe!"
Tanpa membuang waktu Neo kembali berlari kencang untung meraih lubang angin setinggi delapan meter. Rute ini sudah biasa Neo lewati hanya untuk mencuri makanan di restoran wara laba milik Buben Onsyu. Entertainer tersukses di negeri Antarnusasia.
"Hap.." Neo berhasil meraih lubang angin restoran. "Aduuuhh... kok berat? Hiaaa..."
Seseorang berjubah warna maroon dengan sekuat tenaga menarik celana Neo!
*Buk...!*
Neo dan orang tersebut terjatuh ke tanah. Naasnya Neo sekarang dalam posisi tertindih.
"Bogloknya orang ini!" umpat Neo.
"Kau yang bego!" orang tersebut membalas. Dia adalah Godel.
"Ngapain kau ikut kemari?" Neo merasa kesal saat ini.
Godel berdiri sambil membersihkan jubahnya dari pasir. Ia lalu berseru, "Ada pintu di sana! Buat apa kau lewat lubang tikus?"
Dengan cuek Godel berjalan ke arah suatu pintu besi berkarat. Neo mengikutinya dari belakang.
"Ini pintu masuk khusus pencuri..." Godel sedikit menjelaskan.
"Hah! Mulai kapan pencuri mendapat fasilitas dari korbannya?" Neo menutupi kebodohannya. Selama ini ia tidak tau ada pintu masuk di sekitar lubang angin.
Setelah memasuki pintu, duo anak iblis ini berjalan melalui sebuah ruangan yang cukup luas. Di bagian lain ruangan ada dua lorong bersebelahan. Satu lorong mengarah ke atas dan lorong yang lain mengarah ke bawah.
"Kau naik ke atas. Itu jalan menuju dapur," ungkap Godel. SPJ (Singkat, padat dan jelas).
"Kau mau kemana ke bawah situ?' tanya Neo.
Tanpa mengindahkan pertanyaan Neo, Godel berjalan menuruni tangga.
Neo segera berlari menaiki tangga.
Setelah berpisah dengan Neo, Godel tersenyum lebar. "Hihihi... Makan tuh anjing mata enam!"
..............
Godel berjalan menuruni tangga. Setelah sepuluh menit berjalan ia menemui sebuah dinding. Di depan dinding ada penjaga bertubuh besar sedang bermain kartu.
Mendekati penjaga itu Godel menaruh selembar BlackMarket Pass. Dinding tiba-tiba berubah menjadi portal dan Godel segera masuk ke dalamnya.
Tidak berapa lama Godel memasuki sebuah dimensi yang tidak memiliki banyak cahaya. Suasananya remang-remang dengan semarak musik gaduh dan lampu kelap-kelip. Di sepanjang jalan toko-toko berbaris rapi tapi kumuh.
Seorang wanita paruh baya berpakaian pria menghampiri Godel. "Mau cari apa, coy?"
Godel mengambil secarik kertas di kantongnya. Pada kertas tersebut tertulis daftar barang yang ingin Aswa beli. Godel mengernyitkan dahi. "Buat apa Aswa membeli sparepart mobil? Si brengsek ini..."
"Hei! Kau mau beli apa?" Wanita itu membentak.
Godel beranjak pergi tanpa menoleh sedikitpun. Menghiraukan wanita itu dapat menyebabkan tambahan pengeluaran. Di dimensi ini calo benar-benar profesi yang sangat populer.
#Hutan Kota Samreand#
"Sudah hampir satu jam aku berputar-putar di hutan ini. Tapi Guild Cahaya masih mengejarku. Apa Aswa menipuku?" Yanda terlihat sudah kelelahan setelah terus berlari menghindari serangan pengintai. Untungnya Yanda berhasil melepaskan diri dan bersembunyi di antara rimbunan pohon.
Suasana yang dirasakan Yanda tiba-tiba sangat hening. Hal ini menyebabkan jantungnya berdebar kencang. "Ada apa ini? Aku berfirasat buruk," batin Yanda.
"Ketemu kau!" seseorang terbang ke arah Yanda sambil mengambil ancang-ancang menebaskan pedang.
*Sliiing...!* Sabetan pendang mengarah ke tubuh Yanda.
Seketika itu juga Yanda kehilangan kesadaran. Tubuhnya terkulai lemas hingga terjatuh ke tanah.
*Praaakkk...!*
Sabetan pedang hanya berhasil memotong dahan tempat Yanda berdiri tanpa mengenai tubuh Yanda.
"Target ditemukan! Ayo berkumpul!" seru pengintai.
Puluhan orang berkumpul mengelilingi Yanda yang sudah tidak sadarkan diri. "Dia masih hidup. Ayo kita sandera di markas!"
............
Dalam keadaan tidak sadarkan diri, Yanda memasuki alam bawah sadar. Kegelapan mengelilinginya.
"Mmmmmmmmm..."
Dalam keheningan Yanda mendengar suara gumaman.
"Mmmmmmmmmm....."
"Siapa itu?" tanya Yanda dengan setengah takut.
"Mmmmmmmmm....."
Sepasang mata berwarna merah melotot ke arah Yanda.
"Agh... Whooaaaaa...!!!" Yanda tiba-tiba sadar.
Ia saat ini akan diikat oleh kelompok dari Guild Cahaya.
"Awasss! Dia mau mengamukss!" salah seorang berseru sambil berdesis.
"Cepat lumpuhkan dan ikat!"
"Aaaaggghhhh....!!!" Seketika rambut berwarna abu-abu di tubuh Yanda melebat.
Otot-otot Yanda mengecil tapi menjadi sangat keras. Perubahan lain nampak pada kuku-kukunya yang memanjang dan giginya yang meruncing.
"Ras Neofelis tidak sulit ditangani. Tangkap kaki dan tangannya!"
"Tidak, bunuh saja dia!" seorang yang lain ikut berseru.
*Roar...!!!* *Roar...!!!* *Roar...!!!* *Roar...!!!*
Yanda mengaum kepada siapa saja yang hendak mendekatinya. Mencakar dengan membabi buta. Pertarungan akhirnya tidak terhindarkan.
*Bite..!* "Aagghh...!" salah seorang digigit Yanda di bagian bahu.
*Sling..!* *Sling..!* *Sling..!* *Sling..!* *Sling..!*
Tanpa mampu bertahan Yanda harus menerima sabetan pedang. Tubuh Yanda mengalami pendarahan di beberapa bagian. Beruntung kerusakan yang ia terima tidak begitu fatal karena berada dalam [Mode Macan Dahan].
Sabetan pedang berkali-kali merobek punggung dan lengan Yanda. Bercak darah membasahi pakaiannya. Walau sudah mampu berubah menjadi wujud macan dahan, Yanda tidak mampu meladeni puluhan anggota Guild Cahaya.
"Aku harus kabur! Aku harus kabur!!" Yanda terus memotivasi dirinya untuk dapat mengurangi kerusakan dan lari dari lubang maut.
Dalam keadaan terdesak Yanda berbalik menyerang siapapun yang ada didekatnya.
[Gelombang Psikis] "Stuuunn...!" beberapa orang menembakkan tenaga dalam untuk menghentikan pergerakan Yanda. Anehnya Yanda terus bergerak setelah terkena [Gelombang Psikis] yang dapat menyebabkan efek pusing.
"[Gelombang Psikis] memang tidak begitu efektif saat berhadapan dengan ras Neofelis. Tapi dengan jumlah yang besar dan simultan, Ia pasti akan terciduk juga. Terus seraang..."
Yanda mengalami sedikit pusing. Hal ini jelas memperlambat gerakannya.
.............
#Rumah Pohon Aswa#
"Sudah satu jam setelah kita berpisah dengan Yanda. Aku khawatir terjadi sesuatu," ujar Jeon, cemas.
Pukus berjalan menemui Aswa. "Bagaimana kalau kita temui Yanda?"
"Baiklah... tapi sebelumnya ada yang ingin ku sampaikan kepada Jeon," Aswa berucap sambil melepaskan [Kain Keramat] dari tubuhnya. Pukulan Jeon sedikit banyak membuatnya cedera.
Dengan ketus Jeon berkomentar, "Asalkan hal yang penting. Jangan sampai kau mengucapkan perkara negatif yang dapat membuatmu kembali babak belur. Apa itu?"
"Kau cari misi di internet yang berkaitan dengan makhluk spiritual. Pilih dua misi yang menurutmu mudah. Kita akan menjalankan misi itu. Kalau bisa sore ini kau daftarkan," kata Aswa.
Jeon melipat tangan lalu berkata, "Itu sih gampang. Asalkan kau bisa menjamin keselamatan Yanda."
"Jangan kau remehkan Yanda. Aku memberinya tugas karena aku yakin dia mampu," Aswa berkata dengan nada serius. "Selain tugas yang pertama, aku ingin kau rajin-rajin membaca situs filsafatleak. Aku tau kau lebih suka membaca situs novel. Jadi anggap aja kau sedang membaca novel."
"Kenapa membaca situs itu? Emm... Setidaknya kau beritahu aku alasannya," tawar Jeon.
"Ini berkaitan dengan pengembangan tenaga dalammu. Membaca kajian filsafat dapat membantumu memahami alam," Lanjut Aswa. Ia lalu memberi Jeon sebuah buku tipis.
"Apa ini?" tanya Jeon.
Aswa hanya membalas dengan lirikan ketus.
"Maksudku, buku apa ini?" Jeon memperbaiki pertanyaannya.
"Buku karanganku untuk mengembangkan ranah pikiran. Awalnya aku ingin menulis teknik dasar bagi pendekar berelemen api. Tapi aku merasa teknik itu terlalu kuat jika dipublikasikan. Aku memberimu! Apabila ada hal-hal yang kau bingungkan tanyakan padaku." Terang Aswa.
"Oh, Cuma-Cuma?" Jeon ragu menerima buku itu. Namun akhirnya ia menyimpan buku itu ke dalam bajunya setelah tidak nyaman dengan tatapan Aswa. Mencoba-coba teknik pengembangan bisa sangat berbahaya. Jeon paham tentang hal tersebut.
Beberapa saat setelah menyimpan buku pemberian Aswa Jeon memberanikan diri berkomentar, "Teknik pengembangan tidak semudah ini diberikan. Harus ada pengakuan guru dan murid sebagai sandaran ilmu. Bahkan tanpa panduan dari seorang guru ranah pikiran bisa hancur."
"Kau belum membacanya... Bahkan melihat covernya saja belum. Aku tidak akan memberikannya jika itu membahayakanmu. Itupun hanya opsi. Aku tidak memaksa," ujar Aswa.
"Emmm..." Jeon menatap ke lantai.
Aswa segera berdiri lalu menatap Ningtyas. "Kami pergi dulu, Ning. Berikan kain ini kepada Yanda jika ia duluan sampai di sini."
"E-eh..." Ningtyas mengangguk tanda setuju.
...............
#Hutan di Belakang Restoran Ayam Geprek Bensyu#
*Buuuk..!!!!*
Godel mengeluarkan sebuah benda dari ranah pikirannya. Sebuah Gardan Mini Bus.
"Buat apa Aswa membeli ini? Ia ingin berpergian keluar kota? Hmm... Mini bus lumayan juga," Godel berkomentar dalam hati.
Ia lalu memandang ke arah restoran. "Hah! Gila nih bocah, kok bisa gak terluka?" Godel melihat Neo sedang berlari membawa sekarung makanan.
Tidak berapa lama Neo berhasil menghampirinya. "Ayo, Del...! Mantap! Aku langsung masuk ke ruangan bosnya."
"Itu mereka! Kejar!"
Dari kejauhan petugas keamanan restoran berteriak ke arah Godel dan Neo. Jumlah mereka hanya dua orang. Tapi di belakangnya ada puluhan Anjing Spiritual Mata Enam!
"Si Boglok! Bedebah!" Godel mengumpat ke arah Neo. Segera ia mengambil gardan yang dibelinya lalu berlari sebisanya. Dalam keadaan darurat Godel tidak bisa menyimpan sesuatu apapun ke ranah pikirannya.
"Lariii..." teriak Neo kegirangan. Kali ini ia berlari secepat tenaga mendahului Godel yang tengah membawa benda berat.
Sambil berlari Godel terus-menerus mencaci Neo. Otot-otot Godel terlihat jelas saat mengangkat gardan mini bus yang berbobot ratusan kilogram.
..............
*Roaaarrr...!!!*
Dengan liar Yanda mencabik dada seorang anggota Guild Cahaya yang mencoba menembasnya. Dalam keadaan menyerang, pertahanan Yanda terbuka hingga empat pedang berhasil menyayat tubuhnya.
Sayatan meninggalkan sobekan baju dan luka di tubuh Yanda. Dalam Mode Binatang daya tahan tubuh Yanda meningkat. Tapi staminanya sangat cepat terkuras.
Sabetan pedang membuat Yanda terlempar beberapa meter. Ia kembali berlari meninggalkan kerumunan.
*Wuuusssszzzz...!!**Dhuaaaaarrrr...!!!*
Sebuah tembakan laser menimpa kerumunan pengejar Yanda. Meninggalkan asap tebal hingga memberikan tambahan jarak bagi Yanda untuk kabur.
Saat ini Pukus dan Aswa berhasil menghentikan gerakan anggota Guild Cahaya yang mengejar Yanda.
"Sikaatt...!!!" Pukus melompat hendak melakukan serangan berikutnya. Namun tertahan karena ekornya dipegang dengan erat oleh Aswa.
"Apa yang kau lakukan? Ini kesempatan kita!" seru Pukus.
"Cukup aja. Mereka tidak akan sanggup mengejar Yanda. Sebaiknya kita mengawal Jeon diam-diam. Aku lebih khawatir dengan Jeon," terang Aswa.
Pukus lalu melemaskan tubuhnya. Setelah Aswa melepaskan pengangan di ekornya, ia segera melompat kepundak Aswa.
"Ayoo... Berangkat!" seru Pukus sambil mengeplak kepala Aswa.
***