Sejak kejadian itu, Tata tidak boleh ikut bermain dengan Randal dan Akbar. Tata jatuh pingsan saat dadanya sangat terasa sangat sesak. Akbar dimarahi oleh Ayah dan Ibunya, dia tidak boleh mengajak Tata bermain lagi. Tata jadi merasa sangat kesepian. Akhirnya Tata memutuskan untuk pergi bermain ke rumah tantenya.
Tata melongok pintu rumah Tantenya yang sedang terbuka. Saat Tata memasukinya ada dua orang gadis dan Tantenya sedang membuat kue. Tata langsung membuka alas kakinya dan masuk ke dalam rumah Tantenya. Tata langsung duduk di samping Tantenya. Tata berfikir, kapan ya Ibunya membuat kue? Sepertinya itu mustahil. Ibu Tata tidak serajin itu.
"Tata ngeliatin aja. Mau bantuin?" Tanya April.
"Jangan! Nanti malah rusak lagi kue gue!" Jawab Tante.
"Bentukin adonan pake cetakan pasti bisa lah." Sahut Nesie.
"Iya Tata bisa." Jawab Tata sambil menganggukkan kepalanya.
"Yaudah cetakin tuh!" Kata Tante sambil melemparkan adonan ke depan Tata.
Mereka berempat fokus dengan tugasnya masing-masing. Tanpa disadari tepung yang akan digunakan telah habis. Tante Tata pun mencoba untuk beridiri walau agak lambat, karena punggungnya yang mulai sakit karena terlalu lama duduk. Tata langsung ikut berdiri untuk membantu Tantenya berdiri.
"Makasih Ta." Kata Tante.
"Iya." Jawab Tata.
"Pril, Nes, jagain adonannya dulu ya. Tante mau beli tepung dulu." Kata Tante.
"Iya Tan." Jawab April dan Nesie bersamaan.
"Tata kamu gak ikut Tante?" Tanya Nesie.
"Mau di sini aja." Jawab Tata.
Setelah Tante ke luar rumah, tiba-tiba Nesie langsung berjalan menuju ruang belakang. Mau apa ya Kak Nesie? Pikir Tata. Tata pun langsung ikut berjalan mengikuti Nesie. Tiba-tiba tangan Tata ditarik oleh sesuatu. Ya, tangan Tata ditahan oleh genggaman tangan April. Entah kenapa wajah April terlihat begitu panik.
"Jangan ke sana Ta." Kata April.
"Emang kenapa Kak?" Tanya Tata.
"Gak boleh pokoknya." Jawab April.
"Kok gitu sih?" Gumam Tata.
"Buruan Nes!!!" Teriak April.
Nesie akhirnya menunjukkan dirinya. Nesie keluar menggenggam sebuah kotak kecil berwarna merah. Itu seperti sebuah kotak perhiasan yang ada di TV, pikir Tata. Untuk apa Nesie membawanya? Apakah perhiasannya mau dipakai? Bukannya ribet kalau pakai perhiasan saat membuat kue?
"Tata, kita berdua pulang dulu ya." Kata April.
"Tolong sampein ke Tante ya." Kata Nesie.
"Oh, Oke." Jawab Tata.
"Kamu jangan bilang aku ke belakang ya." Kata Nesie.
"Emang kenapa?" Tanya Tata.
"Pokoknya jangan bilang deh!" Sahut April dengan kesal.
April dan Nesie ke luar rumah meninggalkan Tata bersama adonan yang masih berantakan. Tata merasa ada yang aneh, tapi dia tidak tau apa itu. Kenapa Tata tidak boleh ikut ke belakang? Kenapa Tata tidak boleh bilang-bilang? Dari pada pusing, Tata lebih memilih mencetak adonannya kembali.
— Bald kommt ein neues Kapitel — Schreiben Sie eine Rezension