Tata bebas dari kata "Bangun Pagi" , hari ini adalah hari Minggu. Dia tidak dimarahi ketika bangun siang. Saat bangun, di sampingnya sudah tidak ada siapa-siapa. Biasanya saat dia bangun, pasti ada abangnya yang masih mengorok. Tata melihat jam menunjukkan pukul sepuluh tepat. Dia langsung berjalan ke luar rumah.
Dia melihat Akbar dan Randal sedang jongkok memegang sesuatu di depan teras rumah. Tidak puas hanya melihat dari balik jendela, Tata langsung membuka pintu rumah dan keluar menghampiri kedua laki-laki itu. Tata langsung ikutan menjongkok dan ikut memperhatikan benda yang ada di tangan kedua laki-laki itu.
"Itu ketapel ya bang?" Tanya Tata.
"Iye." Jawab Akbar.
"Mau ngapain? Kenain orang?" Tanya Tata.
"Iya, mau ikutan gak?" Jawab Randal.
"Mau, mau, mau." Sahut Tata sambil mengangguk-angguk.
"Nih kayak gini nih makenya." Kata Akbar menembak buah belimbing yang ada di pohon.
"Woah." Gumam Tata.
"Nih coba." Kata Randal sambil menyodorkan ketapel ke arah Tata.
Tata langsung menembak buah belimbing yang masing bergantung di atas pohon juga. Buah belimbingnya langsung jatuh ke tanah. Dengan bangga karena tepat sasaran, Tata langsung memberikan buah belimbing itu ke Randal. Randal pun mengambil buah belimbing dari tangan Tata dengan senang hati.
"Bosen nih nembakin buah doang." Kata Akbar.
"Iya bosen." Sahut Tata.
"Apa nembakin orang aja ya? Kayaknya seru." Kata Akbar dengan penuh antusias.
"Leh uga." Sahut Randal.
Tiba-tiba ada seorang anak laki-laki datang menghampiri mereka bertiga. Anak itu berdiri di samping Tata. Melihat ketapel yang ada di tangan Akbar, tiba-tiba dia menarik paksa ketapel yang berada di tangan Akbar. Karena tidak mau ketapelnya diambil, Akbar ikut menarik ketapelnya dan mereka main Tarik-tarikan.
"Apaan sih Ruslan dateng-dateng kok rusuh!" Teriak Akbar yang masih menarik ketapelnya.
"Minjeeem!!!" Teriak Ruslan.
"Udah woy! Ntar ketapelnya rusak!" Sahut Randal yang membantu memisahkan mereka berdua.
"Dienya gak mau lepasin!" Jawab Akbar dengan kesal.
"Ruslan! Lepasin dulu!" Teriak Randal.
Karena bantuan tarikan dari Randal, ketapel itu akhirnya kembali ke tangan Akbar. Ruslan menangis dengan kencang, tangannya merah karena tarik-tarikan tadi. Tata langsung mengusap-usap tangan Ruslan yang merah. Tangisan Ruslan perlahan berhenti karena usapan lembut yang dibuat oleh tangan Tata.
"Najis. Gitu doang nangis." Celetuk Akbar.
"Iya. Cowok tuh gak nangis." Sahut Randal.
"Udah, ntar Ruslan nangis lagi lho." Jawab Tata.
"Pulang deh mendingan sono." Sahut Akbar.
"Lecet dikit nangis." Tambah Randal.
Tata tidak tau apa yang harus dia lakukan. Kenapa dadanya terasa sakit saat Akbar dan Randal mengatakan kata itu? Padahal kata itu bukan untuk dirinya. Memang benar Ruslan itu adalah anak yang sangat cengeng. Sebenarnya Tata sangat tidak suka laki-laki yang cengeng. Tapi mengapa dadanya sangat terasa sakit? Tata memegangi dadanya yang terasa sakit. Terlalu sakit sampai dia meremas bajunya sendiri. Tata mulai sesak nafas, kepalanya sedikit pusing. Tata tidak mau merasakan ini. Dia mencoba membuang rasa yang berada di benaknya.