App herunterladen
2.79% Echoes Of Love|GAoW1| / Chapter 9: Echoes Of Love|GAoW1| [9]

Kapitel 9: Echoes Of Love|GAoW1| [9]

Warning! Kebaperan meningkat!.

Maafkan Aiden yang tingkat kemesuman nya meluber-luber wkwk.

Semoga chapter pendek ini mengobati rasa penasaran kalian. Maaf ya pendek soalnya aku lagi sibuk wkwk.

note: Chapter ini untuk para pembaca setia yang selalu mendukung novel ini. Terima kasih banyak karena kalian luar biasa.

Jangan lupa vote,coment,share,tulis ulasan, dan dukung terus dengan cara baca dan tungguin terus bab selanjutnya.

___________

Bulir air mata terus menetes dari kedua bola matanya saat dia melihat ibu yang sangat dia sayangi dan cintai menangis dalam diam di dalam kamar tidur milik orang tuanya. Ingin rasanya dia memarahi dan menasehati orang yang telah membuat ibunya sedih tapi apa daya. Dia saja bahkan tidak mengetahui masalah apa yang sedang menimpa ibunya hingga wanita itu terlihat sedih seperti ini.

Kaki nya yang kecil dan lemah melangkah mendekat kearah ibunya yang masih menangis dengan kedua telapak tangannya yang menutupi wajahnya yang pucat. Tangan kecil nya yang halus dan kecil perlahan meraih punggung rapuh milik ibunya lalu memberi pergerakan naik turun dengan sangat pelan. Seolah ikut mencoba merasakan aliran kesedihan yang tengah dirasakan ibunya.

"Mommy.." Bisiknya dengan pelan dan hati-hati.

Wanita itu tersentak kaget dan langsung menghentikan tangisannya. Kedua tangannya yang kurus langsung mengusap jejak air mata di pipinya dengan gerakan cepat. Setelah dirasa sudah tenang dan air matanya berhenti mengalir. Dia kembali menatap anaknya dengan sebuah senyuman hangat yang biasa dia tunjukkan pada gadis kecil nya itu.

"Hey.. my sweety cupcake!." Ucapnya dengan sedikit nada getar di dalamnya.

Wanita itu memeluk gadis kecil berambut hitam kecoklatan sebatas bahu itu dengan sangat erat lalu menatap kedua bola mata hitam bulat itu setelahnya. Tangan kanan wanita itu mengusap puncak kepala anaknya dengan sayang dan lembut.

"Apa kau memerlukan sesuatu, honey?." Tanya wanita itu pada gadis kecil kesayangan nya.

Sebuah senyuman hangat masih bersinar di wajahnya yang tampak lelah dan pucat. Dia berusaha keras untuk menyembunyikan kesedihan nya melalui senyuman hangat nya tapi gadis kecil itu tau. Kalau ibunya tidak sedang baik-baik saja. Dia tau itu.

"I just want to see your smile, mom. Not your tears." Ucap gadis kecil itu pelan dengan nada sedih.

Tangan kecilnya mengusap pipi kanan wanita cantik yang ada di hadapannya dengan lembut. Gadis kecil itu mengerti kalau ibunya baru saja menangis dan dia tidak bodoh hanya untuk mengetahui fakta itu.

Bagi Lova kecil saat itu. Ibunya adalah simbol kecantikan dan kehangatan di dalam hidup nya. Bagi Lova kecil saat itu. Ibunya adalah pusat dari segala perputaran hidupnya. Bagi Lova kecil. Ibunya adalah segala sumber bahagia dan inspirasi nya. Oleh karena itu, kesedihan milik ibunya juga merupakan kesedihan bagi Lova dan rasa sakit ibu nya juga merupakan rasa sakit untuk jiwa dan raganya.

"Look at me dear." Ucap wanita itu sambil tersenyum tipis.

Wanita itu memaksakan dirinya untuk tersenyum walau matanya sudah berkaca-kaca sekarang. Tangan kiri miliknya meraih tangan mungil gadis kecilnya lalu menggenggam mungil itu dengan sangat erat.

"Apapun yang terjadi kedepan nya nanti. Ingat lah selalu bahwa mommy selalu menyayangi mu melebihi apapun." Ucap wanita itu tanpa ada nada getar didalamnya.

Wanita dengan paras cantik itu memberi jeda sejenak sebelum melanjutkan perkataan nya. Dia menatap wajah anaknya dengan tatapan sayang dan cinta yang ia miliki. Bibirnya terlihat sedikit bergetar walau tidak terlalu kentara.

"Jangan membenci daddy mu atas semua yang terjadi. Dia juga menyayangi mu sebesar mommy menyayangi mu." Ucap wanita itu lagi sambil memegan kedua bahu gadis kecil itu dengan erat seolah meyakinkan bahwa apa yang dia katakan adalah benar adanya.

Tangan nya yang kurus dan putih itu beralih membelai puncak kepala anaknya dengan lembut dan pelan. Air mata kembali menetes dari kedua mata wanita itu. Entah apa yang sedang wannita itu pikirkan namun gadis kecil itu dapat mengerti kalau ibunya sedang memikirkan hal yang membuatnya sedih.

"Turuti semua perkataan kakakmu dan jangan membantah perkataannya karena kita sama-sama tau bukan kalau kakak sangat menyeramkan kalau dia sedang marah." Bisik nya pelan pada gadis kecil itu dan disusul dengan kekehan kecil dari keduanya.

"Aku tidak akan pernah mengecewakan mu, mom. Aku akan selalu jadi anak yang baik untukmu." Ucap nya dengan lantang dan pasti dan dibalas dengan senyuman bangga dari ibunya. Ada perasaan lega di hati gadis kecil itu setelah melihat ibu nya kembali ceria.

"Good little girl.. You're my sunshine" Ucap wanita itu dengan bangga.

Wanita itu kembali memeluk gadis kecil itu namun kali ini hanya sebentar.

"Mommy akan pergi mengurus sesuatu setelah itu mommy akan kembali menjemput mu dan kakak mu." Ucap wanita itu meyakinkan anaknya lagi.

Kedua tangan wanita itu kembali mememegang bahu gadis itu dengan erat seolah meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja dan gadis kecil itu tidak perlu merasa khawatir dengan apa yang akan terjadi kedepannya.

"Kau tidak harus pergi mengurus sesuatu itu mom. Kan ada daddy-.." Ucap gadis kecil itu tidak rela.

"Daddy mu tidak bisa mengurus ini jadi mommy yang akan mengurusnya." Ucap wanita itu cepat dan tegas.

Tangan kanan nya terjulur ke pipi gadis kecil itu. Mengusap air mata bening yang meluncur dari mata gadis kecil itu dengan usapan lembut.

"Mommy janji akan kembali dan kau harus jadi anak yang baik selama mommy tidak ada. Janji?." Ucap wanita itu kembali tersenyum.

Wanita itu menyodorkan jari kelingking nya sebagai tanda bahwa mereka akan membuat sebuah kesepakatan. Janji yang sampai kini dia sesalkan. Mungkin seumur hidupnya dia akan membenci dirinya yang menyetujui perjanjian itu dengan ibunya.

Dengan pelan dan ragu gadis kecil itu menyodorkan dan menautkan kelingkingnya pada jari kelingking ibunya.

"Yes.. i'm promise." Jawab gadis kecil itu ragu.

"Good my little girl." Ucap wanita itu dengan lega lalu kembali memeluk gadis itu dengan erat.

Wanita itu tersenyum lega sambil menatap anaknya sebelum berdiri lalu berjalan mengambil koper yang sudah dia siapkan di sudut ruangan. Gadis kecil itu sudah tidak kuasa menahan kesedihannya saat melihat ibunya akan pergi meninggalkan dirinya. Air matanya kembali mengalir saat melihat ibunya tersenyum tulus kearahnya untuk terakhir kalinya. Senyuman itu adalah senyuman hangat dan cantik terakhir yang ia lihat dari ibunya.

Ya senyuman terakhir.

Sebelum Mommy nya benar-benar meninggalkan dirinya untuk selamanya.

_____________

To be continuous

Don't forget to click star and keep reading this story. I hope you enjoy!.


Load failed, please RETRY

Geschenke

Geschenk -- Geschenk erhalten

    Wöchentlicher Energiestatus

    Rank -- Power- Rangliste
    Stone -- Power- Stein

    Stapelfreischaltung von Kapiteln

    Inhaltsverzeichnis

    Anzeigeoptionen

    Hintergrund

    Schriftart

    Größe

    Kapitel-Kommentare

    Schreiben Sie eine Rezension Lese-Status: C9
    Fehler beim Posten. Bitte versuchen Sie es erneut
    • Qualität des Schreibens
    • Veröffentlichungsstabilität
    • Geschichtenentwicklung
    • Charakter-Design
    • Welthintergrund

    Die Gesamtpunktzahl 0.0

    Rezension erfolgreich gepostet! Lesen Sie mehr Rezensionen
    Stimmen Sie mit Powerstein ab
    Rank NR.-- Macht-Rangliste
    Stone -- Power-Stein
    Unangemessene Inhalte melden
    error Tipp

    Missbrauch melden

    Kommentare zu Absätzen

    Einloggen